Mereka pulang bersama-sama, dengan Lika yang menyelinap masuk ke mobil Naka. Sebenarnya Naka tidak mau begini, tapi dia juga sadar jika dia sudah beristri. Kasihan Naka melihat Lika yang harus bersembunyi seperti ini.Akan ada waktunya, Lika dan dirinya tidak main kucing-kucingan begini. Saat Lika sudah masuk, Naka langsung menjalankan mobilnya.“Mau makan apa?” tanya Naka lembut, jauh dari kebiasaannya.“Emmm.. Aku ngantuk, tapi lapar.”Naka bingung mendengarnya, tapi tahu jika istrinya sedang hamil, makanya dia tidka banyak protes. “Nanti aku suapi.” Rasanya Naka ingin selalu memanjakan Anulika, karena sedang mengandung anaknya.“Mau makan telur sama kecap saja.” Serunya. Naka malas sekali, dikira dia tidak mampu memberi makan anak dan istrinya.“Harus ada sayur, Lika.”“Ckk, repot sekali.”“Memang, namanya juga sedang hamil.”“Ya sudah kamu yang buatkan.” Jawabnya mengagetkan Naka. “Kenapa aku?”“Anaknya maunya kamu, mas.” cicit Lika, memang Naka memintanya memanggil mas, jika seda
Di tengah keramaian kantin Gasendra Companys, yang penuh sesak, suara tawa dan canda tumpah ruah mengisi udara. Lika, dengan pakaian kerjanya yang rapi, berdiri di tengah kerumunan, menjadi pusat perhatian setelah insiden yang hampir menimpanya."Berasa jadi pegawai kesayangan nih, habis di tolong big bos." ujar Kimberly dengan nada sinis, sambil menatap Lika dari kejauhan. Wajah Lika tampak tenang, senyumnya terkembang saat dia membalas. "Ceuceu Kim selalu iri dengan gadis sederhana ini." kata Lika dengan nada santainya. Tawa renyah pecah di antara kerumunan, membuat Kimberly semakin geram.“Ngapain juga iri sama gadis kampung kaya kamu!” cemooh Kim.Lika heran, darimana dia kampungnya sih. Dia berasal dari bandung kota, disana infrastruktur sudah bagus, malah menyamai Jakarta.“kalau-kalau Kakak Kim lupa, aku dari Bandung loh. Orang Jakarta saja liburan ke Bandung. Lalu darimana letak kampungannya?” kekeh Lika menantang dengan suara tawa yang menyebalkan ditelinga Kimberly.Geram su
Weekend, seharusnya Naka mengunjungi Lika melihat keadaannya. Namun sang istri dirumah juga harus ia perhatikan. Naka tahu begini konsekuensi dari pilihannya, maka Naka pun akan membuat semua semudah mungkin. Selesai mengajak Ivanka jalan, dia akan pergi ke apartemen gadis itu.Melirik jam ditangan, Naka berpikir Lika pasti tidur semalam ia menghubungi gadis itu, dan Lika tidak bisa tidur karena mual. Tidak tega Naka ini, inginnya dia menginap disana. Namun apa daya, Ivanka juga membutuhkannya.Di tengah hiruk pikuk mal yang ramai, Ivanka yang ceria berjalan-jalan. Wajah Ivanka berseri, tidak menunjukkan tanda-tanda sakit yang ia derita lama. Naka fokus mendorong kursi roda, sedangkan suster dan Bara sang sekretaris mengikuti mereka. Naka memang butuh bantuan, jika Ivanka mendadak sakit.“Aku senang sekali, babe.” Ivanka terus tersenyum, Naka membawanya ke sebuah butik atas permintaan Ivanka.Naka adalah bos yang baik, dia juga meminta suster dan Bara membeli apa yang dia mau.“Habis
Keadaan yang tidak memungkinkan, Lika dengan hormon kehamilannya yang membuatnya sering meledak tidak jelas. Naka dengan kebimbangan, karena memiliki dua pelabuhan yang sama-sama membutuhkannya.“Mau kemana kamu?” sentaknya menarik tangan Lika dan menahannya. Naka tidak jadi pergi, akan sangat berbahaya jika dia benar-benar melakukan itu. Lika pasti akan merasa Naka tidak mempedulikannya.“Aku mau pergi, ini kan apartemen mas. Bukan aku!” balasnya.“Dengarkan aku dulu!”"Tidak perlu jelaskan apa-apa, mas." potong Lika, suaranya lirih. "Aku tahu aku bukan satu-satunya. Tapi melihat kamu bersamanya, hatiku sakit."“Lika..” Desah Naka, tidak menyangka gadis ini akan mengatakan apa yang ia rasakan.Naka langsung menarik bahu gadis itu, menenggelamkannya kedalam pelukannya. Lika terisak, hatinya sakit. Tapi dia juga harus tahu diri, dia ada di posisi ini kuga karena kecelakaan yang terjadi diantara mereka berdua.“Jangan menangis, hatiku sakit melihatmu menangis.” Lirih Naka.Hiks …Naka m
“Babe..” lirih Ivanka, saat Naka malah membalik tubuhnya, dan dengan cepat Naka menyelimutinya.“Tidurlah, sudah malam.”Naka langsung keluar kamarnya, biarlah dia tidur di kamar lain. Meninggalkan Ivanka yang menangis dengan penolakan halus sang suami. Dia sadar diri kondisinya sakit, tapi Ivanka ingin melayani Naka seperti istri pada umumnya. Kesakitan tidak akan menghalangi Ivanka untuk terus memenuhi kebutuhan sang suami, tapi kenapa suaminya malah menolaknya.Segelintir pikiran negatif hinggap dikepala, mencoba mengindahkan. Selingkuh adalah hal utama, yang dia pikirkan. ‘Jangan selingkuh, please.’ Ivanka hanya bisa meminta itu didalam hatinya.Tidak kuat Ivanka jika menerima kenyataan suaminya memiliki wanita lain. Tapi Ivanka juga tahu, bagaimana dinginnya hati Naka, bagaimana pria itu jika bertemu wanita, pasti menghindar. Naka bukan pria murahan yang mengumbar hati dan tubuhnya, Ivanka tahu itu.Sedangkan Naka, kini dia mandi dikamar tamu. Dibawah guyuran shower dengan air di
Asisten Naka memberikan sebuah proposal, terkait acara gathering karyawan yang sebenarnya sudah diajukan ke Naka jauh-jauh hari. Namun karena kesibukannya, dia baru melihat isinya.“Kemana, Bara?” tanya Naka pada asistennya.“Vila di Puncak, pak.”Naka menganggukkan kepalanya, lalu memberi izin untuk acara hiburan karyawannya itu. Gathering diperlukan agar karyawan tidak stress menghadapi pekerjaan yang memusingkan. Healing gratisan, kalau kata karyawan Naka.“Kasih mereka bekal Bara. Bonus di gathering.”“Siap pak.”“Hmm.. Sama kasih hadiah hiburan. Belilah barang yang mewah, aku akan memberikannya dari uang pribadiku,” ucapnya. Naka memang bos yang tidak pelit, seperti sekarang dia memakai uang pribadi untuk memberi hadiah para karyawan yang sudah sangat loyal padanya.Lagipula, ini bentuk rasa bahagianya yang akan segera memiliki anak. Betapa Naka sangat gembira menyambut sang buah hati yang sudah lama ia nantikan itu.“Baik pak Naka,” seru Bara girang juga. Namun ada kebingungan j
Dua..Deg!Rasanya tidak ada yang bisa menggantikan kebahagiaan Bayanaka Rasyid Gasendra, setelah dokter mengatakan detak jantung bayinya ada dua. Itu artinya, Naka akan memiliki bayi dua, kembar. Oh Tuhan, kebahagiaan Naka sampai membuatnya lemas, mulutnya terbuka tanpa berkata apa-apa, ingin berteriak tapi tidak bisa saking jantungnya pun berdetak kencang.Dokter pun menjelaskan bayi-bayi mereka tumbuh dengan baik. Naka memegang tangan Lika erat saat dokter menempatkan transduser pada perut Lika dan suara detak jantung bayi terdengar melalui speaker. Naka merasakan desiran emosi yang kuat, sebuah campuran antara kelegaan, kebahagiaan, dan keajaiban. Detak jantung itu, bukti nyata dari kehidupan baru yang sedang tumbuh dalam rahim Lika, adalah musik terindah yang pernah ia dengar.“Dua Lika, kita akan punya anak kembar,” serunya senang. Lika tersenyum, mata keduanya berkaca-kaca akan kabar gembira ini.Dokter pun tersenyum senang akan reaksi calon orangtua baru ini. “Selamat Pak Naka
Pikiran Lika terhenti ketika Naka harus meninggalkannya untuk pulang. Naka sendiri dihubungi suster dirumah, mengatakan Ivanka tidak mau makan dan terus menanyakan dirinya.“Lika, aku harus pulang. Apa tidak apa kalau aku tinggal sendiri?” tanya Naka lembut.Lika terdiam, inginnya dia Naka disini bersamanya. Namanya juga sedang hamil, bawaannya mau dimanja terus. “Pengennya mas disini, temani aku,” ujarnya mellow. Ini bukan Lika yang seperti biasanya, tolong pahami, dia sedang mengandung.Ini yang Naka beratkan, dia tahu Lika sedang mengandung. Mellow begini, Naka tahu pengaruh hormon. Karena aslinya Lika termasuk gadis yang mandiri dan tidak lemah. Ah seketika dia menyesal, dialah yang membuat gadis kuat ini menjadi lemah.“Aku tahu, mas minta maaf. Tapi ada yang harus mas urus dirumah,” Kata Naka, dia mencoba menjelaskan sepelan mungkin.Lika mengangguk lemah, memberikan izin dengan hati yang berat. Seorang diri, ia kembali ke apartemen, mencoba fokus pada kandungannya yang kini sem
Karyawan perusahaan Naka berkumpul di lapangan kantor, suasana ceria terlihat jelas pada wajah mereka. bagaimana tidak, mereka ini mau melakukan perjalanan wisata ke Ciwangun Indah Camp, dalam rangka gatering perusahaan Gasendra Corp.Lokasi gathering kali ini, banyak direkomendasikan untuk kegiatan wisata yang menarik dan dijamin seru, karena kawasannya yang merupakan terdiri dari perpaduan Hutan Pinus dan juga lokasi salah satu Perkebunan Teh di Bandung. Lokasi ini juga merupakan pilihan yang paling banyak dipilih oleh karyawan Gasendra Corp.Semua sudah antusias sekali, karena tempat wisatanya akan memiliki keindahan alam yang indah, berhawa sejuk dan udaranya bersih sambil jalan-jalan menyusuri tepian sungai situ lembang, menuruni lembah dan beristirahat di sebuah danau buatan yang seklilingnya terdapat saung.Fasilitas wisata yang menarik juga banyak seperti camping Ground, area outbound, saung, aula, gazebo, villa, kebun stroberi, saung makan. Jika semua bergembira menyambut hea
Pikiran Lika terhenti ketika Naka harus meninggalkannya untuk pulang. Naka sendiri dihubungi suster dirumah, mengatakan Ivanka tidak mau makan dan terus menanyakan dirinya.“Lika, aku harus pulang. Apa tidak apa kalau aku tinggal sendiri?” tanya Naka lembut.Lika terdiam, inginnya dia Naka disini bersamanya. Namanya juga sedang hamil, bawaannya mau dimanja terus. “Pengennya mas disini, temani aku,” ujarnya mellow. Ini bukan Lika yang seperti biasanya, tolong pahami, dia sedang mengandung.Ini yang Naka beratkan, dia tahu Lika sedang mengandung. Mellow begini, Naka tahu pengaruh hormon. Karena aslinya Lika termasuk gadis yang mandiri dan tidak lemah. Ah seketika dia menyesal, dialah yang membuat gadis kuat ini menjadi lemah.“Aku tahu, mas minta maaf. Tapi ada yang harus mas urus dirumah,” Kata Naka, dia mencoba menjelaskan sepelan mungkin.Lika mengangguk lemah, memberikan izin dengan hati yang berat. Seorang diri, ia kembali ke apartemen, mencoba fokus pada kandungannya yang kini sem
Dua..Deg!Rasanya tidak ada yang bisa menggantikan kebahagiaan Bayanaka Rasyid Gasendra, setelah dokter mengatakan detak jantung bayinya ada dua. Itu artinya, Naka akan memiliki bayi dua, kembar. Oh Tuhan, kebahagiaan Naka sampai membuatnya lemas, mulutnya terbuka tanpa berkata apa-apa, ingin berteriak tapi tidak bisa saking jantungnya pun berdetak kencang.Dokter pun menjelaskan bayi-bayi mereka tumbuh dengan baik. Naka memegang tangan Lika erat saat dokter menempatkan transduser pada perut Lika dan suara detak jantung bayi terdengar melalui speaker. Naka merasakan desiran emosi yang kuat, sebuah campuran antara kelegaan, kebahagiaan, dan keajaiban. Detak jantung itu, bukti nyata dari kehidupan baru yang sedang tumbuh dalam rahim Lika, adalah musik terindah yang pernah ia dengar.“Dua Lika, kita akan punya anak kembar,” serunya senang. Lika tersenyum, mata keduanya berkaca-kaca akan kabar gembira ini.Dokter pun tersenyum senang akan reaksi calon orangtua baru ini. “Selamat Pak Naka
Asisten Naka memberikan sebuah proposal, terkait acara gathering karyawan yang sebenarnya sudah diajukan ke Naka jauh-jauh hari. Namun karena kesibukannya, dia baru melihat isinya.“Kemana, Bara?” tanya Naka pada asistennya.“Vila di Puncak, pak.”Naka menganggukkan kepalanya, lalu memberi izin untuk acara hiburan karyawannya itu. Gathering diperlukan agar karyawan tidak stress menghadapi pekerjaan yang memusingkan. Healing gratisan, kalau kata karyawan Naka.“Kasih mereka bekal Bara. Bonus di gathering.”“Siap pak.”“Hmm.. Sama kasih hadiah hiburan. Belilah barang yang mewah, aku akan memberikannya dari uang pribadiku,” ucapnya. Naka memang bos yang tidak pelit, seperti sekarang dia memakai uang pribadi untuk memberi hadiah para karyawan yang sudah sangat loyal padanya.Lagipula, ini bentuk rasa bahagianya yang akan segera memiliki anak. Betapa Naka sangat gembira menyambut sang buah hati yang sudah lama ia nantikan itu.“Baik pak Naka,” seru Bara girang juga. Namun ada kebingungan j
“Babe..” lirih Ivanka, saat Naka malah membalik tubuhnya, dan dengan cepat Naka menyelimutinya.“Tidurlah, sudah malam.”Naka langsung keluar kamarnya, biarlah dia tidur di kamar lain. Meninggalkan Ivanka yang menangis dengan penolakan halus sang suami. Dia sadar diri kondisinya sakit, tapi Ivanka ingin melayani Naka seperti istri pada umumnya. Kesakitan tidak akan menghalangi Ivanka untuk terus memenuhi kebutuhan sang suami, tapi kenapa suaminya malah menolaknya.Segelintir pikiran negatif hinggap dikepala, mencoba mengindahkan. Selingkuh adalah hal utama, yang dia pikirkan. ‘Jangan selingkuh, please.’ Ivanka hanya bisa meminta itu didalam hatinya.Tidak kuat Ivanka jika menerima kenyataan suaminya memiliki wanita lain. Tapi Ivanka juga tahu, bagaimana dinginnya hati Naka, bagaimana pria itu jika bertemu wanita, pasti menghindar. Naka bukan pria murahan yang mengumbar hati dan tubuhnya, Ivanka tahu itu.Sedangkan Naka, kini dia mandi dikamar tamu. Dibawah guyuran shower dengan air di
Keadaan yang tidak memungkinkan, Lika dengan hormon kehamilannya yang membuatnya sering meledak tidak jelas. Naka dengan kebimbangan, karena memiliki dua pelabuhan yang sama-sama membutuhkannya.“Mau kemana kamu?” sentaknya menarik tangan Lika dan menahannya. Naka tidak jadi pergi, akan sangat berbahaya jika dia benar-benar melakukan itu. Lika pasti akan merasa Naka tidak mempedulikannya.“Aku mau pergi, ini kan apartemen mas. Bukan aku!” balasnya.“Dengarkan aku dulu!”"Tidak perlu jelaskan apa-apa, mas." potong Lika, suaranya lirih. "Aku tahu aku bukan satu-satunya. Tapi melihat kamu bersamanya, hatiku sakit."“Lika..” Desah Naka, tidak menyangka gadis ini akan mengatakan apa yang ia rasakan.Naka langsung menarik bahu gadis itu, menenggelamkannya kedalam pelukannya. Lika terisak, hatinya sakit. Tapi dia juga harus tahu diri, dia ada di posisi ini kuga karena kecelakaan yang terjadi diantara mereka berdua.“Jangan menangis, hatiku sakit melihatmu menangis.” Lirih Naka.Hiks …Naka m
Weekend, seharusnya Naka mengunjungi Lika melihat keadaannya. Namun sang istri dirumah juga harus ia perhatikan. Naka tahu begini konsekuensi dari pilihannya, maka Naka pun akan membuat semua semudah mungkin. Selesai mengajak Ivanka jalan, dia akan pergi ke apartemen gadis itu.Melirik jam ditangan, Naka berpikir Lika pasti tidur semalam ia menghubungi gadis itu, dan Lika tidak bisa tidur karena mual. Tidak tega Naka ini, inginnya dia menginap disana. Namun apa daya, Ivanka juga membutuhkannya.Di tengah hiruk pikuk mal yang ramai, Ivanka yang ceria berjalan-jalan. Wajah Ivanka berseri, tidak menunjukkan tanda-tanda sakit yang ia derita lama. Naka fokus mendorong kursi roda, sedangkan suster dan Bara sang sekretaris mengikuti mereka. Naka memang butuh bantuan, jika Ivanka mendadak sakit.“Aku senang sekali, babe.” Ivanka terus tersenyum, Naka membawanya ke sebuah butik atas permintaan Ivanka.Naka adalah bos yang baik, dia juga meminta suster dan Bara membeli apa yang dia mau.“Habis
Di tengah keramaian kantin Gasendra Companys, yang penuh sesak, suara tawa dan canda tumpah ruah mengisi udara. Lika, dengan pakaian kerjanya yang rapi, berdiri di tengah kerumunan, menjadi pusat perhatian setelah insiden yang hampir menimpanya."Berasa jadi pegawai kesayangan nih, habis di tolong big bos." ujar Kimberly dengan nada sinis, sambil menatap Lika dari kejauhan. Wajah Lika tampak tenang, senyumnya terkembang saat dia membalas. "Ceuceu Kim selalu iri dengan gadis sederhana ini." kata Lika dengan nada santainya. Tawa renyah pecah di antara kerumunan, membuat Kimberly semakin geram.“Ngapain juga iri sama gadis kampung kaya kamu!” cemooh Kim.Lika heran, darimana dia kampungnya sih. Dia berasal dari bandung kota, disana infrastruktur sudah bagus, malah menyamai Jakarta.“kalau-kalau Kakak Kim lupa, aku dari Bandung loh. Orang Jakarta saja liburan ke Bandung. Lalu darimana letak kampungannya?” kekeh Lika menantang dengan suara tawa yang menyebalkan ditelinga Kimberly.Geram su
Mereka pulang bersama-sama, dengan Lika yang menyelinap masuk ke mobil Naka. Sebenarnya Naka tidak mau begini, tapi dia juga sadar jika dia sudah beristri. Kasihan Naka melihat Lika yang harus bersembunyi seperti ini.Akan ada waktunya, Lika dan dirinya tidak main kucing-kucingan begini. Saat Lika sudah masuk, Naka langsung menjalankan mobilnya.“Mau makan apa?” tanya Naka lembut, jauh dari kebiasaannya.“Emmm.. Aku ngantuk, tapi lapar.”Naka bingung mendengarnya, tapi tahu jika istrinya sedang hamil, makanya dia tidka banyak protes. “Nanti aku suapi.” Rasanya Naka ingin selalu memanjakan Anulika, karena sedang mengandung anaknya.“Mau makan telur sama kecap saja.” Serunya. Naka malas sekali, dikira dia tidak mampu memberi makan anak dan istrinya.“Harus ada sayur, Lika.”“Ckk, repot sekali.”“Memang, namanya juga sedang hamil.”“Ya sudah kamu yang buatkan.” Jawabnya mengagetkan Naka. “Kenapa aku?”“Anaknya maunya kamu, mas.” cicit Lika, memang Naka memintanya memanggil mas, jika seda