Zion tidak menjawab, hanya berdehem saja, seperti tengah memikirkan sesuatu yang sangat serius.
Keningnya yang mulus berkerut dengan tatapan sedikit menyipit.
Namun justru, dehemannya itu malah membuat Asha ketar ketir. Seketika dia tahu jika ada yang salah dan masalah di antara mereka tidak sesederhana yang dipikirkan Asha.
"Tolong katakan kepada saya, Anda bingung kenapa, Tuan Muda?"
Suara gadis itu memohon dan sedikit merengek.
Zion melirik Asha dengan acuh dan tak acuh, lalu berbicara.
"Aku sedang bingung untuk menentukan hukuman yang pantas bagi orang yang sudah melukai tubuhku dan menjadi pencuri di rumahku. Menurutmu, apakah cukup memecatnya saja, atau..."
"Atau apa, Tuan Muda?" tanya Asha dengan was was.
Zion memberi isyarat kepada Asha untuk mendekat, menyentuh dagu gadis itu dengan senyum memesona.
"Mungkinkah aku perlu melaporkannya ke polisi? Bukankah dia pencuri? Aku belum mengeceknya, sih. Tapi aku tiba-tiba khawatir ada barang berharga di rumah yang dia ambil."
Asha seketika mau pingsan saat mendengar ucapan sang boss yang seperti petir di siang bolong tersebut.
Dilaporkan ke polisi? Gila! Dia... dia tak mau masuk penjara!
Bosnya ini punya kekuatan yang sangat besar, jadi memasukkan seorang Asha ke dalam penjara bukanlah hal yang sulit.
Bahkan jika Asha tidak bersalah....
"Tidak ada barang apa pun yang hilang, saya berani jamin!" teriak Asha dengan panik.
"Lho? Kok kamu tahu kalau tidak ada barang yang dia curi? Kamu ingat dong tadi malam melakukan apa saja di rumahku?" tanya Zion dengan tenang, tersenyum lebar.
Seketika Asha terdiam dengan mata terbelalak lebar.
Dia sudah jatuh sepenuhnya ke dalam perangkap yang dipasang Zion.
Kini dia tak bisa mengelak atau memberi alasan apa pun lagi.
Zion tidak memaafkannya dan tak berniat menyelesaikan masalah ini dengan baik-baik. Itulah yang kini baru diketahui Asha.
Asha menarik semua ucapannya tentang Zion adalah orang baik, dia ternyata iblis! Iblis!
"T-Tuan muda, Anda tadi bilang kalau memahami keadaan saya dan... dan.... "
"Hey, Asha."
Panggilan dingin Zion membuat Asha seketika menutup mulutnya dengan telapak tangan dan berhenti bicara.
Zion berdiri, melepaskan jas hitamnya dan berjalan mendekati Asha, menarik tangan gadis tersebut agar dia berdiri dan mendudukkan Asha di kursi yang sebelumnya dia duduki, lalu memenjara tubuh Asha dengan kedua lengannya, dengan tangan yang menggenggam pegangan kursi.
Jarak keduanya kini begitu dekat, Asha yang merasa sangat terintimidasi dengan sikap Zion hanya berani menunduk dalam-dalam dengan jantung yang berdentam-dentam seperti hendak keluar dari rongganya.
"Asha," panggil Zion dengan mengangkat dagu Asha agar wanita itu menatap ke arahnya.
"Kamu tadi bilang kalau salah mengenali orang saat bercinta denganku tadi malam, benar?"
Asha mengangguk dengan gemetaran, tatapan Zion seperti sanggup membuat tubuhnya berubah menjadi batu.
"I-iya, Tuan muda. Karena teramat mabuk, saya jadi salah mengira bahwa Anda adalah kekasih saya, karena tubuh kalian mirip dan—"
Ucapan Asha seketika terhenti saat melihat tatapan tajam Zion, dia pun hanya bisa menggigit bibir bawahnya dengan gelisah, tak berani meneruskan ucapannya.
"Sepertinya kamu ingin aku mengulangi lagi apa yang terjadi tadi malam di sini, agar kamu sadar seberapa besar kesalahan yang telah kamu lakukan," gumam sang boss dengan dingin dan marah, yang membuat Asha langsung sadar, bahwa menggunakan alasan salah mengenali orang, adalah pilihan paling gila yang telah dia ambil.
"T-Tuan Muda...."
"Aku sangat sakit hati," bisik Zion dengan suara rendah, menyapu pipi Asha dengan telapak tangannya yang besar.
Kini dia menyibak rambut panjang Asha, membelai bekas merah di leher gadis itu dengan tatapan sendu.
"Jadi kamu berpikir yang telah meninggalkan bekas-bekas ini di tubuhmu semalam adalah kekasihmu?"
Asha kini hanya bisa memejamkan mata saat Zion terus meraba lehernya. Dia tak berani menatap Zion karena tahu bahwa sang bos saat ini sangat marah, harga dirinya pasti terluka. Asha tahu itu.
Zion mendekatkan wajahnya ke Asha, pipi mereka hampir bersentuhan.
Asha merasa sesak napas karena aroma parfum bosnya yang entah kenapa terasa familiar di indra penciumannya, sesuatu sepertinya benar-benar terjadi tadi malam.
"Kau semalam sangat liar, Asha. Bukankah kamu sudah melihat semua bekas di tubuhku? Kau bahkan bilang tidak mau malam berakhir... kamu terus meminta aku memasukimu dan—"
Asha segera menutup mulut bosnya karena tak tahan mendengar semua itu, semua hal yang terjadi tadi malam tapi tak diingatnya sama sekali.
"Tolong hentikan," ucapnya dengan pipi merah padam menahan malu.
"Kenapa? Aku hanya ingin membuat dirimu ingat, kok. Kamu bahkan meneriakkan namaku saat mencapai puncak kenikmatan," jawab Zion dengan kalem.
"S-sungguh?"
Zion mengangguk dengan sangat meyakinkan. Sedangkan Asha hanya bisa menangis darah di dalam hati.
Itu tidak mungkin....
Rasanya sangat tidak mungkin!
Tapi kenapa, secara bersamaan apa yang diucapkan Zion seperti benar-benar nyata?
"Lalu sekarang kamu malah bilang kalau yang bercinta denganmu tadi malam bukan aku? Kau mau kita mengulanginya lagi di sini? Agar kamu ingat dan mengakui perbuatanmu?"
Asha yang panik dengan sindiran tajam dari sang bos, segera mengatupkan kedua tangannya di depan muka dengan kepala menunduk dalam.
"Maafkan saya, Tuan Muda. Tolong maafkan ketidak sengajaan saya tadi malam!"
Zion sedikit menjauh darinya dan menyilangkan kedua tangan di dada, menatap Asha dengan helaan napas panjang.
"Asha.... "
Asha memberanikan diri mendongak untuk melihat bosnya, tatapan penuh penyesalan dari Zion membuat Asha menatapnya dengan ekspresi bertanya.
Zion yang kini berdiri, mengendikkan bahu.
"Aku sebenarnya memanggilmu ke mari hanya untuk memperingatkan agar dirimu tak menyebarkan rumor yang tidak-tidak tentang kejadian semalam. Tapi pengakuanmu tadi...membuat aku sangat kesal," ucap Zion seraya berjalan ke arah kursi kebesarannya dan duduk di sana.
Ekspresinya campur aduk antara kecewa, marah dan tak berdaya.
Entah kenapa dia sangat marah saat mendengar gadis itu mengatakan bahwa dia ingat kekasihnya saat menghabiskan malam dengan Zion, padahal dia yang pertama menggoda dan merangsang gairahnya.
Bisa-bisanya tadi malam ternyata Asha tak ingat dia?
Padahal jelas-jelas semalam gadis itu begitu liar dan penuh nafsu saat menggodanya, Zion tak menyangka bahwa tingkahnya seperti itu karena menganggap Zion adalah kekasihnya.
Harga diri pria itu seperti diinjak-injak, tiba-tiba dia tak ingin melihat wanita itu lagi di kantornya mulai hari ini.
Apalagi saat tadi pagi dia pergi tanpa pamit dari rumahnya.
Zion menarik napas panjang.
"Haaah, tiba-tiba aku ingin memecatmu sekarang," lanjut Zion dengan tatapan dingin yang membuat Asha seperti kehilangan nyawa saat mendengar kata 'PECAT' keluar dari mulutnya.
"A-apa? Apakah Anda serius, Tuan Muda?"
Lirih Asha bertanya. Dia seperti kehilangan separuh nyawa mendengar pemecatan tersebut.
"Sangat serius," jawab Zion dengan membuang pandangan.
Padahal pagi ini dia begitu bersemangat pergi ke kantor karena ingin melihat wajah Asha lagi, tapi sekarang....
Entahlah.
Zion menunjuk ke arah pintu dengan wajah kaku.
"Silakan keluar dan kemasi barang-barangmu dari perusahaanku, sekarang juga," tutupnya. Mengusir Asha dari ruangan.
5.Asha masih duduk di tempatnya dan tak bergerak sedikit pun, tatapannya kosong.Dia dipecat dari perusahaan ini? Tidak, tidak bisa. Ini tidak adil!Bukankah tadi malam dia mabuk berat dan tak ingat apa pun? Seharusnya Zion yang masih sadar bisa mencegah hal itu, bukan?Asha berdiri sambil menggelengkan kepalanya, menolak untuk pergi dari ruangan Zion."Tidak mau. Saya menolak dipecat dari sini, Tuan Muda.""Bosnya itu aku atau kamu?" balas Zion, lebih tegas."Meskipun begitu, saya tetap tidak mau!" tolak Asha, kembali menggeleng.Zion menarik napas panjang, tiba-tiba menyesal kenapa tadi tidak menyerahkan masalah ini kepada Axel saja.Ini karena Zion yang ingin melihat sekali lagi wajah perempuan yang semalam menggodanya sampai mereka bergelut di atas ranjang dengan menggila.Dan kini dia menyesal, tak menyangka jika urusannya jadi rumit seperti ini.Asha menolak dipecat, karena merasa alasan pemecatannya t
6."Huft, untunglah aku nggak jadi dipecat," ucap Asha pada dirinya sendiri ketika sudah keluar dari ruangan Zion.Dia memandang pintu besar di belakangnya dengan ngeri dan cepat-cepat berjalan ke lift untuk segera pergi dari lantai ruang kerja Zion."Aku harus segera kabur sebelum dia berubah pikiran!"Entah apa yang akan terjadi jika dia dipecat dari sini, kekasihnya, Zico, pasti akan sangat marah besar.Kepala Asha sedang sangat pening, dia tak mau menambah kepeningan kepalanya dengan membuat masalah pada Zico.Dia sampai ruangannya dan duduk di kursi kerjanya, pura-pura kembali sibuk bekerja padahal karena tak ingin ditanya-tanya oleh rekan kerjanya kenapa sampai dipanggil ke ruangan Zion.Akhirnya, setelah siksaan yang panjang di mana dia harus pura-pura serius bekerja di tengah tatapan curiga dan penasaran rekan kerjanya, jam pulang pun datang.Asha seketika bernapas lega dan buru-buru mengemas barang-barang agar bisa seg
7.Asha tidak bisa berpikir dengan jernih tentang ancaman dari Zion di lift tadi, karena begitu dia sampai parkiran dan berjalan menuju mobilnya, Zico kekasihnya menelepon."Ya, Babe?"Asha menjawab dengan suara di ceria-ceriakan, meskipun dia masih sakit hati teringat akan pertengkaran mereka kemarin sehingga berakibat membuat dirinya tidur dengan Zion, bosnya yang kejam."Sayang, ke sini. Kangen."Asha tertawa mendengar nada manja Zion, meluruhkan semua kekesalan yang beberapa detik lalu memenuhi dadanya.Sebucin itulah dia kepada Zico, kekasih yang dulu merupakan idola Asha sejak SMA."Kamu di mana?"Asha yang kini sudah masuk mobil bertanya dengan wajah sumringah, bahkan semua caci maki Zico tadi malam secara otomatis dia lupakan hanya gara-gara mendengar suara manja pria tampan tersebut.Tadi malam mereka bertengkar karena Zico ingin Asha datang ke konsernya, bahkan sudah mengirimkan tiket VVIP kepada gadis tersebut,
8."Ash, jujur sama aku. Kemarin kamu dipanggil Tuan Muda Zion karena apa?"Liliana langsung menodong Asha dengan pertanyaan saat Asha baru datang ke kantor dan duduk di kursinya di pagi hari."Apa, sih. Nggak ada."Asha mengibaskan tangan untuk menyingkirkan Liliana dari tempat duduknya, menyuruh sahabatnya itu kembali ke tempatnya sendiri.Dia merasa tubuhnya pegal-pegal setelah bermain dengan Zico tadi malam.Pria itu masih sama, tenaganya luar biasa!Asha harus keluar dari apartemen mereka pada tengah malam untuk menghindari sorot kamera penggemar fanatik Zico setelah bersenang-senang dengan Zico beberapa jam.Dia keluar diam-diam seperti pencuri karena hubungan rahasia mereka ini.Sejujurnya dia lelah menjadi kekasih rahasia Zico, tapi rasa cinta Asha kepada pria yang satu tahun di bawahnya tersebut terlalu besar sehingga dia bahkan menoleransi keadaan di mana dia mempunyai kekasih tapi tak bisa memamerkan hubungann
"Astaga! Apa ini?!" Mata Asha terbelalak lebar ketika dia mendapati dirinya terbangun tanpa sehelai benang pun di sebuah kamar mewah yang sangat asing, tubuhnya hanya tertutup selimut bersama dengan seorang pria. Kepalanya terasa sangat pusing beberapa saat yang lalu ketika baru membuka mata, efek mabuk semalam, dan kini, rasanya semakin pusing saat menyadari bagaimana keadaannya sekarang. Asha memegangi kepalanya yang berdenyut sakit, menatap selimut di badan dan menoleh pada seorang pria yang berbaring miring membelakanginya, sama-sama tanpa busana seperti Asha. Punggungnya yang sedikit terbuka dari selimut yang menutupinya, tampak indah dan kokoh. Asha awalnya berpikir jika itu Lucas, ekasihnya, tapi, saat dia melihat lebih jelas... "Ini tidak mungkin.... " Asha buru-buru menutup mulutnya, badannya tiba-tiba gemetar ketakutan. Dia sekali lagi melongok ke arah pria yang tampaknya masih tertidur pulas tersebut untuk melihat lebih jelas. Dan dia semakin merinding hebat
2."Ash, segera masuk. Zion bukan orang yang bisa menahan kesabaran dalam waktu lama," tegur Axel, membuat Asha yang masih berdiri di depan pintu, hanya bisa mendesah dan dengan terpaksa membuka pintu besar itu, ekspresinya pasrah.Tanpa bertanya, Asha sudah tahu apa yang akan menimpanya begitu masuk ke sini.Dia pasti akan dipecat!Ada peraturan tak tertulis di kantor ini di mana tidak ada yang boleh menyentuh Zion tanpa izin karena kabarnya dia memiliki sebuah phobia.Siapa saja yang nekat melanggar peraturan itu akan dihukum dengan sangat berat.Dan tadi malam, bukan hanya menyentuhnya, melihat bekas di tubuh Asha, kemungkinan besar dia bahkan sudah bercinta dengan Zion!"Betapa bodohnya aku ini," tutuk Asha.Dari begitu banyaknya pria dia kantor, kenapa... kenapa dia harus berakhir di ranjang Zion, sih???Tamat sudah riwayatnya, Asha akan menjadi pengangguran sekarang.Dia berjalan dengan lunglai melewati seka
Wajah Asha seketika memucat."Saat tidak ingat apa pun, sungguh. Apakah Anda tidak salah mengenali orang? Mungkin saja itu... itu bukan saya."Suara Asha menghilang di akhir kalimat, dia kini hanya bisa menunduk dalam merutuki kebodohannya sendiri.Pembelaan diri macam apa itu?!Jelas-jelas id card karyawan miliknya tertinggal di kamar Zion, bagaimana mungkin dia masih mengelak jika itu perbuatannya?Asha rasanya mau mati saja sekarang.Orang-orang yang tanpa sengaja menyentuh Zion saja langsung dipecat, bagaimana dengannya yang tadi malam malah bercinta dan melukai tubuh pria kejam ini?Ini benar-benar akhir hidupnya!"Apa maksud pertanyaanmu itu, Asha?"Zion berjalan mendekat, sementara Asha secara refleks melangkah mundur sehingga kini pantatnya menabrak meja kerja Zion yang besar.Zion menyeringai sini
8."Ash, jujur sama aku. Kemarin kamu dipanggil Tuan Muda Zion karena apa?"Liliana langsung menodong Asha dengan pertanyaan saat Asha baru datang ke kantor dan duduk di kursinya di pagi hari."Apa, sih. Nggak ada."Asha mengibaskan tangan untuk menyingkirkan Liliana dari tempat duduknya, menyuruh sahabatnya itu kembali ke tempatnya sendiri.Dia merasa tubuhnya pegal-pegal setelah bermain dengan Zico tadi malam.Pria itu masih sama, tenaganya luar biasa!Asha harus keluar dari apartemen mereka pada tengah malam untuk menghindari sorot kamera penggemar fanatik Zico setelah bersenang-senang dengan Zico beberapa jam.Dia keluar diam-diam seperti pencuri karena hubungan rahasia mereka ini.Sejujurnya dia lelah menjadi kekasih rahasia Zico, tapi rasa cinta Asha kepada pria yang satu tahun di bawahnya tersebut terlalu besar sehingga dia bahkan menoleransi keadaan di mana dia mempunyai kekasih tapi tak bisa memamerkan hubungann
7.Asha tidak bisa berpikir dengan jernih tentang ancaman dari Zion di lift tadi, karena begitu dia sampai parkiran dan berjalan menuju mobilnya, Zico kekasihnya menelepon."Ya, Babe?"Asha menjawab dengan suara di ceria-ceriakan, meskipun dia masih sakit hati teringat akan pertengkaran mereka kemarin sehingga berakibat membuat dirinya tidur dengan Zion, bosnya yang kejam."Sayang, ke sini. Kangen."Asha tertawa mendengar nada manja Zion, meluruhkan semua kekesalan yang beberapa detik lalu memenuhi dadanya.Sebucin itulah dia kepada Zico, kekasih yang dulu merupakan idola Asha sejak SMA."Kamu di mana?"Asha yang kini sudah masuk mobil bertanya dengan wajah sumringah, bahkan semua caci maki Zico tadi malam secara otomatis dia lupakan hanya gara-gara mendengar suara manja pria tampan tersebut.Tadi malam mereka bertengkar karena Zico ingin Asha datang ke konsernya, bahkan sudah mengirimkan tiket VVIP kepada gadis tersebut,
6."Huft, untunglah aku nggak jadi dipecat," ucap Asha pada dirinya sendiri ketika sudah keluar dari ruangan Zion.Dia memandang pintu besar di belakangnya dengan ngeri dan cepat-cepat berjalan ke lift untuk segera pergi dari lantai ruang kerja Zion."Aku harus segera kabur sebelum dia berubah pikiran!"Entah apa yang akan terjadi jika dia dipecat dari sini, kekasihnya, Zico, pasti akan sangat marah besar.Kepala Asha sedang sangat pening, dia tak mau menambah kepeningan kepalanya dengan membuat masalah pada Zico.Dia sampai ruangannya dan duduk di kursi kerjanya, pura-pura kembali sibuk bekerja padahal karena tak ingin ditanya-tanya oleh rekan kerjanya kenapa sampai dipanggil ke ruangan Zion.Akhirnya, setelah siksaan yang panjang di mana dia harus pura-pura serius bekerja di tengah tatapan curiga dan penasaran rekan kerjanya, jam pulang pun datang.Asha seketika bernapas lega dan buru-buru mengemas barang-barang agar bisa seg
5.Asha masih duduk di tempatnya dan tak bergerak sedikit pun, tatapannya kosong.Dia dipecat dari perusahaan ini? Tidak, tidak bisa. Ini tidak adil!Bukankah tadi malam dia mabuk berat dan tak ingat apa pun? Seharusnya Zion yang masih sadar bisa mencegah hal itu, bukan?Asha berdiri sambil menggelengkan kepalanya, menolak untuk pergi dari ruangan Zion."Tidak mau. Saya menolak dipecat dari sini, Tuan Muda.""Bosnya itu aku atau kamu?" balas Zion, lebih tegas."Meskipun begitu, saya tetap tidak mau!" tolak Asha, kembali menggeleng.Zion menarik napas panjang, tiba-tiba menyesal kenapa tadi tidak menyerahkan masalah ini kepada Axel saja.Ini karena Zion yang ingin melihat sekali lagi wajah perempuan yang semalam menggodanya sampai mereka bergelut di atas ranjang dengan menggila.Dan kini dia menyesal, tak menyangka jika urusannya jadi rumit seperti ini.Asha menolak dipecat, karena merasa alasan pemecatannya t
"Hmm."Zion tidak menjawab, hanya berdehem saja, seperti tengah memikirkan sesuatu yang sangat serius.Keningnya yang mulus berkerut dengan tatapan sedikit menyipit.Namun justru, dehemannya itu malah membuat Asha ketar ketir. Seketika dia tahu jika ada yang salah dan masalah di antara mereka tidak sesederhana yang dipikirkan Asha."Tolong katakan kepada saya, Anda bingung kenapa, Tuan Muda?"Suara gadis itu memohon dan sedikit merengek.Zion melirik Asha dengan acuh dan tak acuh, lalu berbicara."Aku sedang bingung untuk menentukan hukuman yang pantas bagi orang yang sudah melukai tubuhku dan menjadi pencuri di rumahku. Menurutmu, apakah cukup memecatnya saja, atau...""Atau apa, Tuan Muda?" tanya Asha dengan was was.Zion memberi isyarat kepada Asha untuk mendekat, menyentuh dagu gadis itu dengan senyum memesona."Mungkinkah aku perlu melaporkannya ke polisi? Bukankah dia pencuri? Aku belum mengeceknya, si
Wajah Asha seketika memucat."Saat tidak ingat apa pun, sungguh. Apakah Anda tidak salah mengenali orang? Mungkin saja itu... itu bukan saya."Suara Asha menghilang di akhir kalimat, dia kini hanya bisa menunduk dalam merutuki kebodohannya sendiri.Pembelaan diri macam apa itu?!Jelas-jelas id card karyawan miliknya tertinggal di kamar Zion, bagaimana mungkin dia masih mengelak jika itu perbuatannya?Asha rasanya mau mati saja sekarang.Orang-orang yang tanpa sengaja menyentuh Zion saja langsung dipecat, bagaimana dengannya yang tadi malam malah bercinta dan melukai tubuh pria kejam ini?Ini benar-benar akhir hidupnya!"Apa maksud pertanyaanmu itu, Asha?"Zion berjalan mendekat, sementara Asha secara refleks melangkah mundur sehingga kini pantatnya menabrak meja kerja Zion yang besar.Zion menyeringai sini
2."Ash, segera masuk. Zion bukan orang yang bisa menahan kesabaran dalam waktu lama," tegur Axel, membuat Asha yang masih berdiri di depan pintu, hanya bisa mendesah dan dengan terpaksa membuka pintu besar itu, ekspresinya pasrah.Tanpa bertanya, Asha sudah tahu apa yang akan menimpanya begitu masuk ke sini.Dia pasti akan dipecat!Ada peraturan tak tertulis di kantor ini di mana tidak ada yang boleh menyentuh Zion tanpa izin karena kabarnya dia memiliki sebuah phobia.Siapa saja yang nekat melanggar peraturan itu akan dihukum dengan sangat berat.Dan tadi malam, bukan hanya menyentuhnya, melihat bekas di tubuh Asha, kemungkinan besar dia bahkan sudah bercinta dengan Zion!"Betapa bodohnya aku ini," tutuk Asha.Dari begitu banyaknya pria dia kantor, kenapa... kenapa dia harus berakhir di ranjang Zion, sih???Tamat sudah riwayatnya, Asha akan menjadi pengangguran sekarang.Dia berjalan dengan lunglai melewati seka
"Astaga! Apa ini?!" Mata Asha terbelalak lebar ketika dia mendapati dirinya terbangun tanpa sehelai benang pun di sebuah kamar mewah yang sangat asing, tubuhnya hanya tertutup selimut bersama dengan seorang pria. Kepalanya terasa sangat pusing beberapa saat yang lalu ketika baru membuka mata, efek mabuk semalam, dan kini, rasanya semakin pusing saat menyadari bagaimana keadaannya sekarang. Asha memegangi kepalanya yang berdenyut sakit, menatap selimut di badan dan menoleh pada seorang pria yang berbaring miring membelakanginya, sama-sama tanpa busana seperti Asha. Punggungnya yang sedikit terbuka dari selimut yang menutupinya, tampak indah dan kokoh. Asha awalnya berpikir jika itu Lucas, ekasihnya, tapi, saat dia melihat lebih jelas... "Ini tidak mungkin.... " Asha buru-buru menutup mulutnya, badannya tiba-tiba gemetar ketakutan. Dia sekali lagi melongok ke arah pria yang tampaknya masih tertidur pulas tersebut untuk melihat lebih jelas. Dan dia semakin merinding hebat