Beranda / Pernikahan / Simpanan Ayah Mertua / Pengawal Malam Pertama

Share

Pengawal Malam Pertama

Penulis: ATM Berjalan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-04 12:08:06

“Naya!!”

Seluruh ruangan di periksa Herni. Mencari keberadaan Naya yang tidak lagi terlihat batang hidungnya semenjak dibawa Rendi masuk ke rumah.

Rahang wanita itu mengeras. Melampiaskan rasa kesal karena tak kunjung menemukan sosok Naya yang sedari tadi dicari. Padahal tamu undangan semakin ramai dan piring kotor menggunung di belakang.

“Kemana dia? Berduaan dengan Rendi, kah? Dasar wanita murahan, mau saja sama tua bangka penyakitan seperti Rendi!” umpatnya. Menendang barang apa saja yang menjadi penghalang baginya dalam berjalan.

“Apalagi yang kurang bagimu, Herni!” Rendi menghadang langkah Herni yang ingin menuju ke arah gudang. Ia tidak ingin sang istri mengganggu Naya beristirahat.

“Kurang katamu? Banyak!! Tidak perlu aku sebutkan karena kamu sendiri yang akan malu. Jadi lebih baik kamu awas, sebelum aku lepas kendali!” pekik Herni tepat di depan Rendi.

“Aku tidak akan membiarkanmu mengganggu dia lagi!”

“Oh, begitu? Sudah bisa melarangku demi melindungi wanita murahan itu?” Wajah Herni terangkat. “Apa saja yang telah diberikannya padamu sampai-sampai melindungi dia seperti ini?”

“Tutup mulutmu, kalau tidak ingin acara ini aku bubarkan!!”

Keras Herni, Rendi lebih keras lagi. Membentak istri yang selama ini sama sekali tidak pernah ia sakiti. Rendi terlalu memuja Herni, yang dianggap sebagai satu-satunya wanita yang sanggup mencintai meskipun Ia memiliki kekurangan. Yang katanya, tidak mampu kuat di ranjang, dan kekurangan tersebut tidak akan mampu diterima oleh wanita mana pun.

Sehingga Herni percaya diri Rendi tidak akan pernah berani marah apalagi menceraikannya. Tapi sekarang?

“Aku ingin gugat kamu ke pengadilan. Aku ingin bercerai!!”

Rendi tertegun. Tatapannya nanar kepada Herni yang sudah beranjak pergi. Dengan emosi yang meletup di rongga dadanya.

Mata Rendi terpejam. Merasakan sakit yang amat dalam atas ucapan Herni. Mengancam akan menggugat cerai atas kelakuannya yang membela Naya.

Namun, anehnya Rendi tidak terlalu merasakan sakit. Sangat jauh dibandingkan dengan yang biasanya. Rasanya ia tidak mempermasalahkan segala ucapan yang keluar dari mulut Herni.

Tidak seperti biasanya, Rendi merasa ada yang hilang dari hidupnya jika Herni sampai marah seperti sekarang. Ia juga takut ditinggal pergi karena kekurangan yang dimiliki.

Niat Naya untuk istirahat sejenak, nyatanya kebablasan. Ia malah ketiduran hingga malam menjelang. Saking lamanya Naya tidur, pesta pernikahan Kendra sudah selesai dilangsungkan. Para tamu tinggal beberapa orang saja, dan Kendra sendiri sudah masuk ke kamar. Meninggalkan Aira di pelaminan. Sendirian. Menyambut kedatangan tamu yang datang untuk sekedar memberikan kata selamat.

Takut Herni marah padanya, Naya segera keluar dari gudang. Awalnya dia terkejut melihat pintu yang terkunci. Tapi, itu tidak lama. Ia melihat anak kunci yang tergeletak tidak jauh dari pintu.

Seulas senyum terbit di bibirnya, melihat betapa perhatiannya Rendi kepadanya. Dan rasa itu semakin tidak mampu dikendalikan disaat Naya melihat Rendi yang tengah mencuci banyak piring seorang diri.

Membersihkan area dapur tanpa bantuan siapapun, agar Herni tidak memarahi Naya.

Naya tertegun. Melihat baju batik yang dikenakan Rendi sudah digulung hingga siku. Celana bahannya sudah di gulung lutut. Pria itu menyiram dan membersihkan, menata piring di satu tempat. Tidak peduli dengan tubuhnya yang lelah dan basah ia tetap mengerjakan sebagai bayaran karena mengizinkan Naya beristirahat.

“Bapak, boleh aku bantu?”

Rendi menoleh. Mengulas senyum ke arah Naya. “Tidak ada, Nay. Kamu temui ibu saja di luar. Tanya apa yang harus dikerjakan. Disini sudah selesai semua kok,” sahutnya.

“Bapak yakin?”

Alih-alih menemui Herni, Naya justru mendekati Rendi. Membantu pria itu memindahkan dan menata piring yang sudah bersih.

“Ya, sana kamu ke depan!”

Naya mengangguk. “Pak, terima kasih sudah mau lindungi aku. Padahal aku belum pernah melakukan apapun untuk Bapak.”

Entah darimana datangnya kata-kata tersebut. Tiba-tiba saja meluncur bebas dari mulut Naya. Seakan Rendi adalah sahabat lamanya, bukan ayah mertua.

“Tidak perlu melakukan apapun untuk membalas, saya sudah melakukan apa yang seharusnya dilakukan seorang mertua kepada menantunya.”

Sangat sederhana kalimat yang keluar dari mulut Rendi demi rasa gugupnya bertemu dengan Naya. Ia sangat takut Naya tahu apa yang tadi siang ia lakukan. Meremas dan menyentuh Naya, akan sangat memalukan jika gadis itu tahu.

“Bapak benar. Kalau begitu aku ke depan dulu. Mau lihat ibu.”

Naya segera beranjak pergi. Tidak ingin berlama-lama berada di dekat Rendi. Ia harus menjauh agar rasa nyaman saat bersama Rendi semakin menjalar jauh. Menggerogoti hatinya dan membuang posisi Kendra. Sedangkan hubungan mereka menantu dan mertua yang tidak boleh melebihi batas wajar. Dan Rendi sudah menegaskan itu semua di depan Naya.

Namun, hal yang dilakukan Rendi tadi siang padanya tentu saja masih membekas kuat di pikiran Naya. Bahkan rasa hangat di bibirnya masih terasa sangat jelas.

“Kalau sebatas menantu dan mertua, kenapa bapak berani menyentuhku?” tanya Naya dalam hati.

Mengabaikan Rendi yang kini mengulas senyum padanya. Bersikap biasa, seakan tidak ada apapun yang terjadi diantara mereka.

“Kamu kemana saja? Bisa-bisanya bersembunyi saat tamu undangan berdatangan. Aku rasa bukan Cuma harga diri saja yang tidak kamu miliki. Tapi kini kini tidak ada!” ketus Herni, begitu Naya datang menghampirinya.

Padahal Naya belum mengatakan apa-apa, tapi Herni sudah menyerangnya dengan kata-kata pedas.

“Maaf, Bu. Aku …”.

“Tidak perlu minta maaf.” Tangan Herni terangkat. “Kamu beruntung suamiku menggantikanmu untuk mencuci piring. Dan mertua Kendra ada di ruang tamu. Kalau tidak, sudah habis kamu.” Menggertak Naya dengan melayangkan tangannya.

Naya menunduk takut. Tangan Herni benar-benar sampai di pipinya.

“Sekarang kamu masuk ke kamar Kendra dan Aira. Bantu Aira berganti pakaian. Sekalian, nanti ketika mereka akan melakukan malam pertama kamu harus siaga di depan pintu kamar mereka. Takut-takut Aira kesakitan saat Kendra melakukannya. Kamu harus di sana untuk memberikan jamu untuk Aira agar kuat menjalani malam pertama. Paham?”

“A-apa, Bu? Aku di depan pintu?”

“Ya, jangan membantah. Kalau tidak kamu harus bercerai dari Kendra dan kembalikan seluruh uangnya yang digunakan ayahmu untuk berjudi. Bagaimana?”

Naya tergugu. Hatinya terasa hancur berkeping-keping. Disaat Herni memintanya untuk menunggui Kendra dan Aira yang sedang melakukan malam pertama. Di mana hati Herni? Melihat Kendra dan Aira menikah saja sakit hati Naya sudah sulit diungkapkan.

“Aku tidak akan sanggup.” Gumamnya dalam hati. Ketika kakinya mulai melangkah, mendekati kamar Kendra yang tidak jauh dari dapur.

Kamar yang paling luas itu sudah dihias sedemikian rupa. Khas kamar pengantin yang menjadi impian Naya. Mulai dari warna dan bentuk dekorasinya.

Namun, semuanya kini hanya angan semata. Semuanya sudah digantikan oleh Aira.

“Mas Kendra,” panggil Naya pelan. Ketika ia masuk tapi, didahului oleh Aira yang langsung memeluk Kendra dari belakang.

“Mas, aku mandi sebentar. Setelah itu, kita langsung malam pertama, ya. Itu Naya sudah datang buat jagain kita dan membuat jamu untukku.”

“Ya, terserah padamu,” sahut Kendra acuh. Meskipun untuk memanasi Naya, tetap saja ia tidak mampu bermesraan dengan Aira. Karena cintanya masih tertaut dengan Naya.

Bab terkait

  • Simpanan Ayah Mertua   Jamu untuk Suami

    Kamu pegang ini!” Herni menyerahkan segelas jamu ke tangan Naya. Masih terasa hangat di kulit telapak tangan Naya. “Ini jamu penghilang nyeri untuk Aira. Kamu diam disini dan langsung serahkan begitu mereka selesai!”Menekan pundak Naya agar duduk di sebuah kursi plastik yang ada di depan pintu kamar Kendra.Tubuh Naya berkeringat dingin. Melihat dengan jelas bagaimana situasi kamar pengantin yang ada di hadapannya. Meskipun pintu tidak terbuka secara utuh, tapi tetap saja matanya bisa menangkap bagaimana kini Aira bergelayut manja pada Kendra. Membuka kaos tipis yang dikenakan Kendra dengan gerakan lambat.Agar Naya semakin panas, Aira langsung memagut bibir Kendra dan duduk di pangkuannya. Menuntut Kendra agar menyambut apa yang sedang ia lakukan.Naya memejamkan matanya kuat. Agar tak melihat apa yang dilakukan Kendra bersama Aira di dalam sana. Mau beranjak ia tidak akan sanggup karena Herni sudah memberikan ancaman. Jika nanti Aira selesai dan meminta jamu, habislah dia.Pastinya

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-13
  • Simpanan Ayah Mertua   Terima Kasih, Bapak

    “Sa-saya …” Rendi gelagapan. “Saya selesai buang air kecil jadinya dicuci dulu agar bersih.” Tetap mengusap jagoannya yang masih berdiri tegak. Bukannya menyembunyikannya dari Naya.Bukannya Rendi tidak segan ataupun tak tahu malu. Akan tetapi, busa sabun masih membaluti tidak mungkin dimasukkan tanpa dibilas. Dan rasanya ini sudah sampai di ujung ubun-ubun.“Ah, begitu.” Naya mengusap tengkuknya. Mencuri pandang pada jagoan Rendi yang panjang dan kokoh. Kalau tak salah dalam melihat ukuran Rendi melebihi jengkal tangannya. Dengan ukuran yang sangat besar.“Aku balik ke gudang dulu, ya, Pak.”Naya pamit. Tapi tak kunjung melangkah pergi dari ambang pintu. Kakinya terasa terpaku di lantai, tidak sanggup bergerak sama sekali.“Naya … Nay!” Suara Kendra menggema. Tepat saat Rendi ingin membuka mulutnya untuk mempersilahkan Naya untuk kembali ke gudang.Alih-alih menutup pintu kamar mandi dan menemui Kendra, Naya yang tersentak justru masuk ke kamar mandi. Menutup, dan mengunci pintu agar

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-13
  • Simpanan Ayah Mertua   Ditawar 5 Juta

    Disaat Kendra dan Aira duduk berduaan di ruang tamu, menikmati buah apel yang telah dikupas. Didampingi dengan segelas susu coklat hangat, semakin mempertegas bertapa santainya kehidupan mereka berdua.Makan tinggal makan. Minum pun begitu. Mereka cukup menyeru Naya, tidak lama kemudian apa yang mereka berdua inginkan segera datang. Disediakan dengan cepat oleh Naya agar tak dimarahi Herni.“Bu, pekerjaanku sudah selesai semuanya. Aku juga sudah masak untuk nanti siang. Untuk makan malam aku usahakan sudah di rumah sebelum jam lima sore,” terang Naya, kepada Herni yang tengah bersolek di depan cermin meja riasnya.“Ya, sudah. Sana pergi! Ingat, sebelum jam lima kamu sudah di rumah dan memasak untuk makan malam!” Herni menoleh sekilas sebelum kembali sibuk dengan make up yang ada di tangannya. “Oh, ya. Kalau mau pergi, kamu lewat pintu samping saja agar Kendra tidak terganggu karena ulahmu.”Naya hanya mengangguk. Segera beranjak pergi, takut terlambat ke ladang. Karena sebelum berangk

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-13
  • Simpanan Ayah Mertua   Perhatian dari Bapak

    Tidak sanggup membayangkan bagaimana menjadi Naya. Sudahlah punggung penuh dengan luka memar, kini ia harus memertik satu persatu cengkeh yang ada di pohon. Naik turun pohon seraya menahan rasa sakit di punggungnya.Dan rasa sakit itu semakin tak tertahankan ketika Naya mengangkat karung di punggung. Perih dan menusuk ketika luka memar ditindih beban berat. Tapi, itu tak terlalu sakit jika dibandingkan dengan mengingat sang ibu yang kini berada di rumah. Ingin rasanya Naya segera pulang dan membawakan makanan untuknya.“Naya! Ayo makan dulu!” ajak seorang wanita paruh baya yang baru saja keluar dari sawah. Menyeru Naya agar turun dari pohon cengkeh.Naya mengangguk. “Ibu duluan saja. Karungku sedikit lagi penuh. Tanggung kalau di tinggal. Jadi nanti sekalian aku bawa ke gubuk saja,” tolaknya secara halus.Meskipun karung yang ada di bawah pohon masih berisi setengah, tapi Naya tetap tidak mau ke gubuk. Ia ingin menunggu sedikit lagi, sampai Aira pergi dari gubuk. Rasanya ia malas jika

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-14
  • Simpanan Ayah Mertua   Pusing atas Bawah

    “Sa-sakit, Pak …,” desah Naya, seraya menggigit bibir bawahnya. Menahan rasa sakit dan perih ketika Rendi mulai menekan dan mengusap.“Tahan sebentar, ini tidak akan lama,” bisik Rendi. Agar tak ada yang mendengar kini ia tengah berada di kamar Naya.“Pak, aku nggak sanggup. Sakit,” lirih Naya. Menahan pergelangan tangan Rendi yang sibuk menyapukan alkohol di lukanya.“Kalau nggak kamu tahan, kapan luka ini akan diobati? Kamu mau ini semua infeksi?” ketus Rendi. Tidak ingin Naya terus-menerus melarangnya untuk mengobati luka di punggung dan memarnya. Padahal Rendi sudah susah payah menahan diri agar tak kelewat batas terhadap Naya yang kini membelakanginya.Setengah polos, seraya memeluk selimut, Naya membelakangi Rendi yang sedari tadi mengobatinya. Di mata Naya Rendi hanya sebatas mengobati tanpa tahu bagaimana sakit menjadi dirinya. Padahal Rendi jauh lebih menderita daripada Naya. Kepala atas bawahnya terasa berdenyut harus berhadapan dengan punggung Naya.“Nah, sudah. Kalau kamu

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-14
  • Simpanan Ayah Mertua   (Bukan) Gadis

    "Ken, kamu sudah janji buat lupain Naya. Tapi, kenapa kamu malah mencoba untuk menidurinya? Apakah bagimu aku masih kurang? Kurang cantik? Kurang mampu membuatmu puas di ranjang sehingga kamu masih butuh dia?" cecar Aira. Begitu ia dan Kendra sampai di kamar.Aira benar-benar belum puas melampiaskan amarahnya kepada Kendra, karena merasa di khianati.Di malam pengantin Kendra pertama kali menyentuh Aira …,"Sekarang jelaskan kenapa kamu tak gadis lagi, Ra? Seharusnya kamu masih gadis karena setahuku kamu belum pernah menikah."Aira gelagapan. Bukannya menjelaskan Aira justru menangis. Menghambur ke dalam pelukan Kendra dan memeluknya dengan erat."A-aku diperkosa, Ken. Dari sana aku kehilangan segalanya. Dan aku tidak tahu siapa yang melakukannya, karena tiba-tiba saja aku sudah terbangun di sebuah gubuk. Padahal seingatku, aku pergi ke rumah pak Kades untuk mengantarkan beras pesanannya," bohong Aira. Mengurai pelukannya dari Kendra.Ia menjauh dan menggaruk kulit tangannya yang mulu

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-15
  • Simpanan Ayah Mertua   Kamu Sudah Cantik

    “Anak pintar.” Rendi mengulas senyum dan mengusap pucuk kepala Naya, begitu nasi habis tak bersisaKedua pipi Naya bersemu merah. Mendapat pujian dari Rendi, dan agak segan karena tadinya ia menolak untuk makan. Nyatanya disuapi Rendi nasi bungkus malah habis tak bersisa.“Sekarang kamu berkemas. Saya akan ajak kamu ke satu tempat!” pinta Rendi seraya mengemasi bekas makan Naya.“Ke-kemana, Pak?” Naya menengadah ke arah Rendi yang kini berdiri tidak jauh dari tempatnya duduk.“Berkemas saja. Nanti kamu akan tahu sendiri kemana kita akan pergi.” Melihat jam yang melingkar di tangannya. “Saya tunggu sepuluh menit. Tidak usah dandan, kamu sudah cantik,” tuturnya sebelum keluar dari kamar Naya.Tidak tahu kemana Rendi mengajaknya tengah malam begini, tapi tak mampu membuat Naya menolak. Ia tetap mengikuti perintah Rendi. Beringsut duduk dan meraih pakaiannya yang terletak tidak jauh dari kasur tipis yang ia duduki. Cepat Naya mengenakannya dan menyusul langkah Rendi keluar.Tadinya Naya i

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-15
  • Simpanan Ayah Mertua   Besan pun Diembat

    "Kamu sudah gila! Datang kesini ….""Ini untukmu," ucap seorang pria yang tiba-tiba saja masuk ke rumah dan memeluk Herni dengan kuat. Membuat wanita itu meronta, meminta dilepaskan.Takut tiba-tiba saja Kendra dan Aira kembali. Tentu saja ini akan menjadi masalah yang sangat besar baginya. Berpelukan dengan laki-laki lain di rumah tanpa ada lagi orang lain disana."Apa ini?" Herni mendengus, kesal dengan Tio yang tak pernah sabar. Padahal mereka berjanji bertemu di tempat biasa pukul sebelas siang. Nyatanya Tio tiba-tiba ke rumah, untung Kendra dan Aira sudah pergi ke toko baru mereka.Dan meskipun Herni kesal, ia tetap saja mengambil kantong yang ada di tangan pria itu. Membukanya dan mengulas senyum."Tumben kamu belikan makanan untukku. Biasanya cuma bawa badan saja," sindirnya seraya mengeluarkan bolu pandan dan nasi bungkus dari kantong tersebut."Itu untuk Febi dari Naya, tapi aku bawa kesini daripada mubazir," sahut Tio seraya menutup dan mengunci pintu rumah. Tidak ingin ada

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-15

Bab terbaru

  • Simpanan Ayah Mertua   Eks 2

    Kakeknya Ratna mengangkat satu tangannya, meminta Ratna dan Doni untuk diam. Menyerahkan semuanya kepada dirinya sebagai bentuk bukti bahwasanya dia mampu dan sanggup menerima Doni sebagai suaminya Ratna dan mengakhiri segala penderitaan yang selama ini telah dirasakannya."Kami memiliki rumah yang tak jauh dari sini. Jika berkenan silahkan mampir untuk bersilaturahmi. Dan asal kamu tahu, cucuku ini tinggal di sini bukan karena rumah ini merupakan tempat satu-satunya yang bisa mereka tinggali. Namun Ratna memilih angkat kaki dari rumah karena aku tidak merestui hubungannya dengan Doni yang lumpuh.Karena besarnya cinta yang dimiliki Ratna dia rela membuangku dan meninggalkan rumah mewahnya hanya membawa beberapa barang serta kendaraan saja untuk mengangkut seluruh keluarganya. Aku tidak bisa berbuat apa-apa karena Ratna keras dengan keputusannya dan tidak bisa diganggu gugat sama sekali. Seharusnya sebagai orang yang memiliki tahta yang lebih tinggi daripada kalian akulah yang melaran

  • Simpanan Ayah Mertua   Eks 1

    "Kesempatan kedua, apakah tadi kamu bertemu dengan kakek?" Doni menoleh ke arah Ratna yang kini duduk di sampingnya.Ratna menganggukan kepalanya. "Tepat di depan gang rumah kakek menghadang jalanku dan memohon agar memberitahu di mana kita tinggal. Aku rasa itu hanya bualan kakek semata, aku tidak yakin dia tidak mengetahui di mana kita. Jika kakek sudah sampai di sana itu artinya dia sudah mengetahui kalau di sinilah kita tinggal untuk sementara waktu.""Kenapa kamu tidak mau memberi kesempatan kepada kakek sedangkan dia melakukan ini semua demi kebaikan kamu? Wajar jika kakek ingin memberikan hal yang sempurna padamu dan memintaku menjauh semua semata-mata beliau lakukan pasti karena menyayangi kamu dan tidak ingin kamu susah di masa depan nanti.""Aku tahu itu tapi, rasanya aku belum bisa menerima hal tersebut karena aku tidak pernah menuntut kamu untuk menjaga laki-laki sempurna ketika mendampingiku. Kakek seharusnya mengetahui bahwasanya aku ini sangat mencintaimu jadi sangatlah

  • Simpanan Ayah Mertua   End

    "Hai apa kabar saudara kembarku?" sapa Danis mendekati Doni. Dia tidak tahan tidak mencari tahu siapa sosok dua anak kecil yang kini berada di depan saudara kembarnya itu.Doni yang sedang sibuk memperhatikan kedua anaknya menoleh ke arah pintu masuk. bBetapa dia terkejut mendapati keberadaan Danis di sana. Dia tidak menemukan kata untuk membalas sapaan Danis karena benar-benar tidak menyangka Danis bisa menemukan keberadaannya hanya dalam kurun waktu satu malam saja.Danis semakin mendekat dan berkacak pinggang tepat di samping Doni."Aku tidak perlu bertanya siapa mereka karena dari wajah dan semua yang ada pada mereka sangatlah mirip dengan kita berdua. Aku curiga mereka merupakan anakku bukan anakmu karena …""Jangan coba-coba mengacaukan rumah tanggaku dan Ratna. Karena istriku berbeda dengan Ajeng. Dia tidak mudah melakukan hubungan dengan pria manapun, buktinya hingga detik ini, meskipun aku sudah lama menghilang dia masih sendiri . Mencari keberadaanku, tidak ada sedikitpun n

  • Simpanan Ayah Mertua   Tak harus sempurna

    Ratna bersimpuh di hadapan Doni dan menatap kedua anaknya secara bergantian. "Terkadang bukan hanya kesempurnaan yang merupakan sebuah kebahagiaan melainkan kebersamaan. Apapun kekuranganmu asalkan kita selalu berkumpul bersama rasanya itu bukanlah sebuah masalah dan aku yakin keberadaan kami bisa mendorongmu untuk sembuh. Tidak ada penyakit di dunia ini yang tidak bisa disembuhkan aku yakin Tuhan bisa memberikan itu semua untukmu. Asalkan kita mau berusaha dan berdoa lebih kuat lagi," tuturnya menenangkan hati Doni yang sempat ingin mundur.Memiliki istri yang begitu cantik dan sempurna tentu saja menghadirkan rasa rendah diri di hati Doni, terlebih lagi kedua buah hatinya yang begitu cantik dan tampan, sangat menggemaskan.Doni hanya mengangguk pelan menerima semangat dari sang istri dia berharap Tuhan menjabah doa Ratna agar dia bisa bekerja seperti dulu menafkahi istri dan anak-anaknya."Kamu tahu Mas, diantara barang-barang ini masih ada barang-barangmu. Aku tidak pernah mengusik

  • Simpanan Ayah Mertua   Kuterima kau Apadaya

    Risa juga tidak mengenal siapa sosok Ajeng yang dipertanyakan Danis kepadanya. Sebagai orang yang belum pernah bertemu dengan Ajeng tentu saja Danis mempercayai segala perkataan Risa, dia juga tidak mungkin mengatakan bahwasanya Ajeng itu merupakan selingkuhan Yandi yang baru sehingga dia menyerah dan berhenti mencari keberadaan istri dari adiknya tersebut padahal dia sudah sangat merindukan sang buah hati.Meskipun kini Danis sudah menikah dengan asisten rumah tangganya sendiri dan sudah memiliki buah hati yang baru tetap saja dia masih membutuhkan Rafki. Dia masih merindukan sosok anak yang lebih dahulu dia miliki bersama Ajeng, meskipun Rafki terlahir karena hubungan di luar nikah tetap saja Rafki itu merupakan darah dagingnya sendiri."Jadi sekarang kamu ingin menuntut balasan atas semua yang Mama berikan kepadamu? Kamu menuntut kasih sayang begitu?" Ibunya Doni tertawa. "Kalau memang itu yang kamu inginkan tolong kembalikan segala fasilitas yang telah kamu nikmati selama ini, tol

  • Simpanan Ayah Mertua   Keputusan Ratna

    "Kamu yakin dengan ini semua?" Doni menahan pergelangan tangan Ratna, mencegah istrinya itu untuk turun dari mobil. Meskipun Ratna sudah kokoh dengan pendiriannya, tapi tetap saja Doni merasa rendah diri. Takut sang kakek malah berpikir bahwasanya dia berusaha kembali mendekat dan meracuni pikiran Ratna agar bisa menampung hidupnya yang kini tak lagi sempurna.Ratna menarik kedua sudut bibirnya, menganggukan kepala. Hatinya telah mantap untuk melangkah, membawa Doni menuju masa depan yang lebih baik. Dia tidak peduli dengan siapapun nantinya. Entah itu sang kakek atau bahkan semua orang di dunia ini mencegah mereka untuk menjadi pasangan suami istri kembali..Ratna tidak peduli karena di matanya Doni merupakan satu-satunya tumpuan hidup untuk mendampinginya dalam membesarkan kedua buah hati mereka."Aku tidak akan pernah peduli lagi dengan mereka semua. Sama seperti mereka yang tidak peduli dengan perasaan kita. Jadi kamu tidak perlu khawatir, Mas. Semuanya akan baik-baik saja dan per

  • Simpanan Ayah Mertua   Tiada yang Mengerti

    Egois. Begitulah penilaian Ratna terhadap keluarganya maupun keluarga Doni. Jadi untuk apa lagi mereka memiliki keluarga jika seperti itu kenyataannya. Sumpah demi apapun, Ratna tidak bisa memaafkan sang kakek..Ini kali kedua menorehkan luka di hatinya hanya karena Doni tidak bisa berjalan. Sang kakek mengatakan bahwasanya sampai detik ini belum memiliki informasi apapun tentang keberadaan Doni. Nyatanya sang kakek sudah meminta Doni untuk menjauhinya dan tidak mencoba untuk mencari keberadaannya lagi. Seperti inikah cara manusia berpikir? Sang kakek meminta Doni menjauh karena dia sudah lumpuh. Kedua orang tua Doni memintanya menjauh karena merasa dia hanyalah seorang gadis desa yang tidak memiliki apa-apa, sungguh kenyataan yang begitu miris tapi, begitulah adanya."Sekarang aku ingin bertanya kepadamu, Mas. Apa yang akan kamu lakukan dan apa yang harus aku lakukan untuk rumah tangga kita? Jika meminta berpisah maaf aku tidak bisa," tutur Ratna pada Doni yang tengah memeluk Alya. G

  • Simpanan Ayah Mertua   Ini Papi

    "Tidak, ini tadi Mami kelilipan nyamuk makanya seperti ini.""Ooo." bibir mungil Alya membulat sempurna, dia juga menganggukan kepalanya hingga rambutnya yang sedang berdiri, di kepang dua ikut bergerak.Ratna mengusap pipi Alya. "Kamu benar-benar anak yang manis dan perhatian," ucapnya memaksakan senyuman agar Alya tak khawatir padanya. "Kamu persis seperti ayahmu. Pria yang begitu baik dan lembut. Tuhan bolehkah aku menuntutMu sekarang, mempertemukan kami dengannya?" sambung Ratna dalam hati.Tujuan mereka datang ke lapangan bola tersebut untuk melihat wahana permainan tapi, nyatanya malah membuat kedua buah hatinya merasa iri melihat anak-anak yang lain didampingi kedua orang tuanya. Ingin rasanya Ratna berteriak menuntut keadilan untuk dirinya dan kedua buah hatinya agar mereka juga bisa merasakan kebahagiaan yang begitu sempurna."Mami mau itu!" seru Bima tanpa menunggu Ratna terlebih dahulu, dia langsung berlari menuju ke arah penjual mainan. Bocah laki-laki tersebut sangat tert

  • Simpanan Ayah Mertua   Mami Menangis?

    “Itu tuduhan!” Bantah Yandi, meskipun benar apa yang istrinya itu katakan tapi, dia tidak ingin mengakui secara jujur bahwasanya tuduhan yang diajukan Risa merupakan sebuah kenyataan.“Percuma kamu mengatakan patahan seperti itu tapi, di mataku kamu itu sudah menghianati pernikahan kita. Sakit, namun karena aku dulu juga menyakiti hati Ratna jadi aku anggap ini semua sebagai karma atas perbuatanku di masa lalu.”Risa melanjutkan langkahnya menuju kamar, jika perdebatan dengan Yandi diteruskan yang ada dia akan bersedih lagi gara-gara merasa bersalah kembali atas dosa yang dia lakukan di masa lalu.Jujur saja saat ini dia menyesal merebut Yandi dari Ratna. Andai saja hari itu dia mendengarkan hati kecilnya untuk berhenti dan tidak melanjutkan hubungan dengan suami orang, Risa yakin ini tidak akan pernha terjadi padanya.Dulu Risa tidak takut hal ini terjadi ,tapi sekarang dia sangat ingin memutar waktu dan tidak mau memulai hubungan apapun dengan Yandi.***Yandi hanya bisa menembus ke

DMCA.com Protection Status