"Kamu sudah gila! Datang kesini ….""Ini untukmu," ucap seorang pria yang tiba-tiba saja masuk ke rumah dan memeluk Herni dengan kuat. Membuat wanita itu meronta, meminta dilepaskan.Takut tiba-tiba saja Kendra dan Aira kembali. Tentu saja ini akan menjadi masalah yang sangat besar baginya. Berpelukan dengan laki-laki lain di rumah tanpa ada lagi orang lain disana."Apa ini?" Herni mendengus, kesal dengan Tio yang tak pernah sabar. Padahal mereka berjanji bertemu di tempat biasa pukul sebelas siang. Nyatanya Tio tiba-tiba ke rumah, untung Kendra dan Aira sudah pergi ke toko baru mereka.Dan meskipun Herni kesal, ia tetap saja mengambil kantong yang ada di tangan pria itu. Membukanya dan mengulas senyum."Tumben kamu belikan makanan untukku. Biasanya cuma bawa badan saja," sindirnya seraya mengeluarkan bolu pandan dan nasi bungkus dari kantong tersebut."Itu untuk Febi dari Naya, tapi aku bawa kesini daripada mubazir," sahut Tio seraya menutup dan mengunci pintu rumah. Tidak ingin ada
“Nay, kamu nggak ikut acara di balai desa?” Seorang wanita paruh baya yang tengah berpapasan dengan Naya, menegurnya. Tampak wanita itu sudah selesai dengan pekerjaannya di sawah, padahal hari masih siang. Bukan hanya wanita itu, beberapa temannya yang lain juga ikut menyusul langkahnya untuk keluar dari sawah. Naya menggeleng. “Tidak, Bu. Pekerjaanku masih banyak dan ini semua harus selesai dalam lima hari lagi. Tapi, kalau boleh tahu ada acara apa di balai desa?” Meskipun tidak ikut, tetap saja rasa ingin tahu Naya amatlah besar. Tidak bisa menikmati acara, setidaknya ia tahu acara apa yang sedang berlangsung di desanya. “Biasa, Nay. Kenduri selamatan karena hasil panen di kampung kita sangat berlimpah. Pak kades dan istrinya menggelar acara yang sangat meriah. Siang ini katanya ada artis ibu kota yang datang. Daripada bekerja lebih baik kita melihat acara itu, lagian ini mau hujan.” Menatap langit yang mulai mendung. “Tunggu dulu. Ibu yakin di balai desa ada acara?” Naya kemb
“Kamu datang kesini mau bertemu ibumu?” tanya Tio, saat Naya sudah berdiri di depan pintu rumah. Dengan tubuh yang basah kuyup karena hujan tak kunjung berhenti dari tadi siang.Di tangannya juga terdapat sebungkus nasi, yang didapat dari Kardi. Makanan yang diberikan Rendi tadi pagi sudah dirampas ayahnya, tentu saja Naya harus mengganti dengan makanan miliknya. Karena ia yakin sang ibu tidak pernah makan jika ia tak memberikan uang kepada sang ayah.Naya hanya mengangguk. Ingin masuk tapi, tangan Tio sudah terangkat dan memintanya untuk berhenti.“Diam disitu dan berikan uang untuk ayahmu ini terlebih dahulu.” Tio bangkit dan mendekati Naya. Menengadahkan tangannya untuk meminta uang. “Jangan katakan kamu tidak memiliki uang, sedangkan makanan tadi pagi harganya sangat mahal.”Naya memejamkan matanya. “Aku tidak memiliki uang, Yah. Makanan yang tadi pagi diberikan oleh ayah mertuaku.”“Kalau begitu katakan padanya ayahmu ini meminta uang.” Merampas makanan yang ada di tangan Naya. “
Aira tidak pernah berhenti mencebikkan bibir melihat Herni yang bersenandung kecil. Bahagia karena pertemuannya dengan Randi, pria yang membuat Herni tak pernah sanggup jatuh cinta kepada sosok Rendi. Padahal pria Itu memperlakukan Herni dengan sangat baik, melebihi dari seorang ratu.Sesekali Aira menggeleng. Mengusir bayangan menjijikan saat Herni bergumul dengan Randi di bangku belakang mobil. Sedangkan dirinya harus berkonsentrasi menyetir mobil yang diminta Herni untuk berkeliling kampung agar tak ada yang curiga. Karena di rumah Randi ada istrinya, otomatis mereka tidak bisa bertempur di sana.Maka dari itu, dengan sangat terpaksa Aira harus mau menjadi supir agar Herni dan Randi bisa menyalurkan hasrat mereka. Andai saja tidak ingat perjanjian yang terikat dengan Herni, tidak akan mungkin Aira mau melangkah sejauh ini.Rasanya ia begitu mual mencium aroma pelepasan Herni dan Randi. Benar-benar sangat menjijikkan ketika menggoda indra penciumannya. Dan yang paling parah, Aira ti
“Kalau tidak mau mengaku saya akan laporkan ke pihak berwajib, sebaiknya jujur apa yang membuatmu datang kesini? Menyelinap ke rumah saya seperti tadi, padahal kita tidak saling mengenal dan bertegur sapa.” Rendi melipat kedua tangannya di depan dada, mengintimidasi Kardi yang kini duduk di hadapannya.Kardi yang tertangkap basah ingin masuk ke rumahnya tentu saja membuat Rendi naik darah. Terlebih lagi Naya tiba-tiba saja diberi obat oleh Aira, tentu saja ia berpikir kedatangan Kardi ada hubungannya dengan itu.Alih-alih meminta maaf, Kardi justru bangkit dari tempatnya duduk. Menarik satu sudut bibirnya, mengejek Rendi yang kini sedang marah padanya.“Laporkan saja kalau tidak ingin saya laporkan balik. Karena semua tuduhan yang anda berikan tidak memiliki bukti apapun. Lagipula saya datang kesini karena pesan yang dititipkan Naya kepada Aira. Dia mengatakan tidak masuk hari ini karena sedang sakit. Jadi apa salahnya saya datang untuk membesuk?” Mengusap dagunya. “Aira juga meminta
Kendra mengerang. Melepaskan banyak calon kehidupan di dalam tubuh Lisa. Nafasnya tersengal. Lututnya ikut lemas dikala selesai dengan segala gaya yang diajarkan Aira. Dan gaya terakhir yang dipilih Kendra adalah, menggendong Lisa Menyandarkan punggung Lisa ke dinding dan bergerak, menusuk Lisa dibawah guyuran air shower.Tak jauh berbeda dengan Kendra yang telah selesai, Lisa pun sama. Tubuhnya bergetar hebat dengan nafas yang putus-putus. Menahan gelombang kenikmatan yang diiringi rasa kebas di pangkal pahanya. Sehingga tubuhnya terkulai lemas di gendongan Kendra, yang masih bersarang di tubuhnya.“Kak, aku tidak yakin kamu bisa melepaskan aku,” bisik Lisa dengan senyuman nakal di bibirnya. Saat otak kotornya tiba-tiba saja ingin memiliki Kendra secara utuh.Di matanya Aira mengambil Kendra dari Naya. Tentu saja ketika ia mengambil Kendra dari Aira, tidak akan menyakiti siapapun. Karena Aira harus tahu ada hukum karma yang berlaku ketika ia merebut milik orang lain. Dan Lisa merasa
"Aira, Kendra mana?”Kardi melongok ke dalam toko elektronik milik Kendra yang baru saja dibuka. Mencari sosok pria yang bisa saja muncul dan menanggalkan giginya jika ketahuan menggoda Aira.Aira memutar bola matanya malas. “Pulang. Mengantar obat untuk ayah. Kenapa? Nggak puas sama pelayanan Naya?” dengusnya.“Puas bagaimana? Ayah mertuamu datang dan nyaris saja melaporkan aku ke kantor polisi!” Kardi masuk dengan omelan yang masih bertahan di bibirnya. “Kalau aku ketahuan tadi, bisa dipastikan apa yang kita lakukan selama ini ikut terbongkar.”Ucapan Kardi yang lebih mirip dengan ancaman itu seketika membuat Aira membeku. Tak sanggup lagi melawan ucapan Kardi yang tengah melihat mesin cuci.“Karena kelalaianmu membuatku tidak bisa menikmati Naya. Maka kamu harus melayaniku, Ra.” Kardi melirik Aira dengan sudut matanya. “Jangan menolak karena kamu sudah menipuku.”“Tidak bisa begitu.” Aira menyusul Kardi yang sengaja berbicara dari jarak jauh agar ada yang mengetahui pembicaraan mer
Baru juga Kendra sampai di toko, ia harus putar balik pulang ke rumah karena Aira sudah menutup toko mereka. Dengan perasaan kesal ia kembali karena menganggap Aira malas. Belum pukul enam sore toko sudah ditutup, bagaimana caranya bisa mendapatkan pembeli kalau buka lambat tutup cepat, pikirnya.Dan ketika rasa kesal Kendra belum hilang, ia sudah dikejutkan dengan keadaan rumah. Kedua orang tuanya duduk bersisian di sofa, Aira di sofa tunggal, Naya duduk bersimpuh di lantai. Dan Lisa berdiri bersandar di dekat Aira. Mereka semua memasang wajah tegang sehingga Kendra ikut duduk dengan tanda tanya besar di kepalanya.“Ada apa ini?” tanyanya setelah sepersekian detik diam memperhatikan.“Itu, istrimu memberikan obat perangsang kepada Naya sampai dia gila dan menggoda ayahmu!” sahut Herni ketus. Menyalahkan Aira tapi tatapan kebenciannya tertuju kepada Naya.Kendra menahan diri agar tak terpancing emosi. Karena ia masih bingung emosi yang tercipta entah untuk Naya atau Aira.Sehingga dis
Kakeknya Ratna mengangkat satu tangannya, meminta Ratna dan Doni untuk diam. Menyerahkan semuanya kepada dirinya sebagai bentuk bukti bahwasanya dia mampu dan sanggup menerima Doni sebagai suaminya Ratna dan mengakhiri segala penderitaan yang selama ini telah dirasakannya."Kami memiliki rumah yang tak jauh dari sini. Jika berkenan silahkan mampir untuk bersilaturahmi. Dan asal kamu tahu, cucuku ini tinggal di sini bukan karena rumah ini merupakan tempat satu-satunya yang bisa mereka tinggali. Namun Ratna memilih angkat kaki dari rumah karena aku tidak merestui hubungannya dengan Doni yang lumpuh.Karena besarnya cinta yang dimiliki Ratna dia rela membuangku dan meninggalkan rumah mewahnya hanya membawa beberapa barang serta kendaraan saja untuk mengangkut seluruh keluarganya. Aku tidak bisa berbuat apa-apa karena Ratna keras dengan keputusannya dan tidak bisa diganggu gugat sama sekali. Seharusnya sebagai orang yang memiliki tahta yang lebih tinggi daripada kalian akulah yang melaran
"Kesempatan kedua, apakah tadi kamu bertemu dengan kakek?" Doni menoleh ke arah Ratna yang kini duduk di sampingnya.Ratna menganggukan kepalanya. "Tepat di depan gang rumah kakek menghadang jalanku dan memohon agar memberitahu di mana kita tinggal. Aku rasa itu hanya bualan kakek semata, aku tidak yakin dia tidak mengetahui di mana kita. Jika kakek sudah sampai di sana itu artinya dia sudah mengetahui kalau di sinilah kita tinggal untuk sementara waktu.""Kenapa kamu tidak mau memberi kesempatan kepada kakek sedangkan dia melakukan ini semua demi kebaikan kamu? Wajar jika kakek ingin memberikan hal yang sempurna padamu dan memintaku menjauh semua semata-mata beliau lakukan pasti karena menyayangi kamu dan tidak ingin kamu susah di masa depan nanti.""Aku tahu itu tapi, rasanya aku belum bisa menerima hal tersebut karena aku tidak pernah menuntut kamu untuk menjaga laki-laki sempurna ketika mendampingiku. Kakek seharusnya mengetahui bahwasanya aku ini sangat mencintaimu jadi sangatlah
"Hai apa kabar saudara kembarku?" sapa Danis mendekati Doni. Dia tidak tahan tidak mencari tahu siapa sosok dua anak kecil yang kini berada di depan saudara kembarnya itu.Doni yang sedang sibuk memperhatikan kedua anaknya menoleh ke arah pintu masuk. bBetapa dia terkejut mendapati keberadaan Danis di sana. Dia tidak menemukan kata untuk membalas sapaan Danis karena benar-benar tidak menyangka Danis bisa menemukan keberadaannya hanya dalam kurun waktu satu malam saja.Danis semakin mendekat dan berkacak pinggang tepat di samping Doni."Aku tidak perlu bertanya siapa mereka karena dari wajah dan semua yang ada pada mereka sangatlah mirip dengan kita berdua. Aku curiga mereka merupakan anakku bukan anakmu karena …""Jangan coba-coba mengacaukan rumah tanggaku dan Ratna. Karena istriku berbeda dengan Ajeng. Dia tidak mudah melakukan hubungan dengan pria manapun, buktinya hingga detik ini, meskipun aku sudah lama menghilang dia masih sendiri . Mencari keberadaanku, tidak ada sedikitpun n
Ratna bersimpuh di hadapan Doni dan menatap kedua anaknya secara bergantian. "Terkadang bukan hanya kesempurnaan yang merupakan sebuah kebahagiaan melainkan kebersamaan. Apapun kekuranganmu asalkan kita selalu berkumpul bersama rasanya itu bukanlah sebuah masalah dan aku yakin keberadaan kami bisa mendorongmu untuk sembuh. Tidak ada penyakit di dunia ini yang tidak bisa disembuhkan aku yakin Tuhan bisa memberikan itu semua untukmu. Asalkan kita mau berusaha dan berdoa lebih kuat lagi," tuturnya menenangkan hati Doni yang sempat ingin mundur.Memiliki istri yang begitu cantik dan sempurna tentu saja menghadirkan rasa rendah diri di hati Doni, terlebih lagi kedua buah hatinya yang begitu cantik dan tampan, sangat menggemaskan.Doni hanya mengangguk pelan menerima semangat dari sang istri dia berharap Tuhan menjabah doa Ratna agar dia bisa bekerja seperti dulu menafkahi istri dan anak-anaknya."Kamu tahu Mas, diantara barang-barang ini masih ada barang-barangmu. Aku tidak pernah mengusik
Risa juga tidak mengenal siapa sosok Ajeng yang dipertanyakan Danis kepadanya. Sebagai orang yang belum pernah bertemu dengan Ajeng tentu saja Danis mempercayai segala perkataan Risa, dia juga tidak mungkin mengatakan bahwasanya Ajeng itu merupakan selingkuhan Yandi yang baru sehingga dia menyerah dan berhenti mencari keberadaan istri dari adiknya tersebut padahal dia sudah sangat merindukan sang buah hati.Meskipun kini Danis sudah menikah dengan asisten rumah tangganya sendiri dan sudah memiliki buah hati yang baru tetap saja dia masih membutuhkan Rafki. Dia masih merindukan sosok anak yang lebih dahulu dia miliki bersama Ajeng, meskipun Rafki terlahir karena hubungan di luar nikah tetap saja Rafki itu merupakan darah dagingnya sendiri."Jadi sekarang kamu ingin menuntut balasan atas semua yang Mama berikan kepadamu? Kamu menuntut kasih sayang begitu?" Ibunya Doni tertawa. "Kalau memang itu yang kamu inginkan tolong kembalikan segala fasilitas yang telah kamu nikmati selama ini, tol
"Kamu yakin dengan ini semua?" Doni menahan pergelangan tangan Ratna, mencegah istrinya itu untuk turun dari mobil. Meskipun Ratna sudah kokoh dengan pendiriannya, tapi tetap saja Doni merasa rendah diri. Takut sang kakek malah berpikir bahwasanya dia berusaha kembali mendekat dan meracuni pikiran Ratna agar bisa menampung hidupnya yang kini tak lagi sempurna.Ratna menarik kedua sudut bibirnya, menganggukan kepala. Hatinya telah mantap untuk melangkah, membawa Doni menuju masa depan yang lebih baik. Dia tidak peduli dengan siapapun nantinya. Entah itu sang kakek atau bahkan semua orang di dunia ini mencegah mereka untuk menjadi pasangan suami istri kembali..Ratna tidak peduli karena di matanya Doni merupakan satu-satunya tumpuan hidup untuk mendampinginya dalam membesarkan kedua buah hati mereka."Aku tidak akan pernah peduli lagi dengan mereka semua. Sama seperti mereka yang tidak peduli dengan perasaan kita. Jadi kamu tidak perlu khawatir, Mas. Semuanya akan baik-baik saja dan per
Egois. Begitulah penilaian Ratna terhadap keluarganya maupun keluarga Doni. Jadi untuk apa lagi mereka memiliki keluarga jika seperti itu kenyataannya. Sumpah demi apapun, Ratna tidak bisa memaafkan sang kakek..Ini kali kedua menorehkan luka di hatinya hanya karena Doni tidak bisa berjalan. Sang kakek mengatakan bahwasanya sampai detik ini belum memiliki informasi apapun tentang keberadaan Doni. Nyatanya sang kakek sudah meminta Doni untuk menjauhinya dan tidak mencoba untuk mencari keberadaannya lagi. Seperti inikah cara manusia berpikir? Sang kakek meminta Doni menjauh karena dia sudah lumpuh. Kedua orang tua Doni memintanya menjauh karena merasa dia hanyalah seorang gadis desa yang tidak memiliki apa-apa, sungguh kenyataan yang begitu miris tapi, begitulah adanya."Sekarang aku ingin bertanya kepadamu, Mas. Apa yang akan kamu lakukan dan apa yang harus aku lakukan untuk rumah tangga kita? Jika meminta berpisah maaf aku tidak bisa," tutur Ratna pada Doni yang tengah memeluk Alya. G
"Tidak, ini tadi Mami kelilipan nyamuk makanya seperti ini.""Ooo." bibir mungil Alya membulat sempurna, dia juga menganggukan kepalanya hingga rambutnya yang sedang berdiri, di kepang dua ikut bergerak.Ratna mengusap pipi Alya. "Kamu benar-benar anak yang manis dan perhatian," ucapnya memaksakan senyuman agar Alya tak khawatir padanya. "Kamu persis seperti ayahmu. Pria yang begitu baik dan lembut. Tuhan bolehkah aku menuntutMu sekarang, mempertemukan kami dengannya?" sambung Ratna dalam hati.Tujuan mereka datang ke lapangan bola tersebut untuk melihat wahana permainan tapi, nyatanya malah membuat kedua buah hatinya merasa iri melihat anak-anak yang lain didampingi kedua orang tuanya. Ingin rasanya Ratna berteriak menuntut keadilan untuk dirinya dan kedua buah hatinya agar mereka juga bisa merasakan kebahagiaan yang begitu sempurna."Mami mau itu!" seru Bima tanpa menunggu Ratna terlebih dahulu, dia langsung berlari menuju ke arah penjual mainan. Bocah laki-laki tersebut sangat tert
“Itu tuduhan!” Bantah Yandi, meskipun benar apa yang istrinya itu katakan tapi, dia tidak ingin mengakui secara jujur bahwasanya tuduhan yang diajukan Risa merupakan sebuah kenyataan.“Percuma kamu mengatakan patahan seperti itu tapi, di mataku kamu itu sudah menghianati pernikahan kita. Sakit, namun karena aku dulu juga menyakiti hati Ratna jadi aku anggap ini semua sebagai karma atas perbuatanku di masa lalu.”Risa melanjutkan langkahnya menuju kamar, jika perdebatan dengan Yandi diteruskan yang ada dia akan bersedih lagi gara-gara merasa bersalah kembali atas dosa yang dia lakukan di masa lalu.Jujur saja saat ini dia menyesal merebut Yandi dari Ratna. Andai saja hari itu dia mendengarkan hati kecilnya untuk berhenti dan tidak melanjutkan hubungan dengan suami orang, Risa yakin ini tidak akan pernha terjadi padanya.Dulu Risa tidak takut hal ini terjadi ,tapi sekarang dia sangat ingin memutar waktu dan tidak mau memulai hubungan apapun dengan Yandi.***Yandi hanya bisa menembus ke