“Kamu datang kesini mau bertemu ibumu?” tanya Tio, saat Naya sudah berdiri di depan pintu rumah. Dengan tubuh yang basah kuyup karena hujan tak kunjung berhenti dari tadi siang.Di tangannya juga terdapat sebungkus nasi, yang didapat dari Kardi. Makanan yang diberikan Rendi tadi pagi sudah dirampas ayahnya, tentu saja Naya harus mengganti dengan makanan miliknya. Karena ia yakin sang ibu tidak pernah makan jika ia tak memberikan uang kepada sang ayah.Naya hanya mengangguk. Ingin masuk tapi, tangan Tio sudah terangkat dan memintanya untuk berhenti.“Diam disitu dan berikan uang untuk ayahmu ini terlebih dahulu.” Tio bangkit dan mendekati Naya. Menengadahkan tangannya untuk meminta uang. “Jangan katakan kamu tidak memiliki uang, sedangkan makanan tadi pagi harganya sangat mahal.”Naya memejamkan matanya. “Aku tidak memiliki uang, Yah. Makanan yang tadi pagi diberikan oleh ayah mertuaku.”“Kalau begitu katakan padanya ayahmu ini meminta uang.” Merampas makanan yang ada di tangan Naya. “
Aira tidak pernah berhenti mencebikkan bibir melihat Herni yang bersenandung kecil. Bahagia karena pertemuannya dengan Randi, pria yang membuat Herni tak pernah sanggup jatuh cinta kepada sosok Rendi. Padahal pria Itu memperlakukan Herni dengan sangat baik, melebihi dari seorang ratu.Sesekali Aira menggeleng. Mengusir bayangan menjijikan saat Herni bergumul dengan Randi di bangku belakang mobil. Sedangkan dirinya harus berkonsentrasi menyetir mobil yang diminta Herni untuk berkeliling kampung agar tak ada yang curiga. Karena di rumah Randi ada istrinya, otomatis mereka tidak bisa bertempur di sana.Maka dari itu, dengan sangat terpaksa Aira harus mau menjadi supir agar Herni dan Randi bisa menyalurkan hasrat mereka. Andai saja tidak ingat perjanjian yang terikat dengan Herni, tidak akan mungkin Aira mau melangkah sejauh ini.Rasanya ia begitu mual mencium aroma pelepasan Herni dan Randi. Benar-benar sangat menjijikkan ketika menggoda indra penciumannya. Dan yang paling parah, Aira ti
“Kalau tidak mau mengaku saya akan laporkan ke pihak berwajib, sebaiknya jujur apa yang membuatmu datang kesini? Menyelinap ke rumah saya seperti tadi, padahal kita tidak saling mengenal dan bertegur sapa.” Rendi melipat kedua tangannya di depan dada, mengintimidasi Kardi yang kini duduk di hadapannya.Kardi yang tertangkap basah ingin masuk ke rumahnya tentu saja membuat Rendi naik darah. Terlebih lagi Naya tiba-tiba saja diberi obat oleh Aira, tentu saja ia berpikir kedatangan Kardi ada hubungannya dengan itu.Alih-alih meminta maaf, Kardi justru bangkit dari tempatnya duduk. Menarik satu sudut bibirnya, mengejek Rendi yang kini sedang marah padanya.“Laporkan saja kalau tidak ingin saya laporkan balik. Karena semua tuduhan yang anda berikan tidak memiliki bukti apapun. Lagipula saya datang kesini karena pesan yang dititipkan Naya kepada Aira. Dia mengatakan tidak masuk hari ini karena sedang sakit. Jadi apa salahnya saya datang untuk membesuk?” Mengusap dagunya. “Aira juga meminta
Kendra mengerang. Melepaskan banyak calon kehidupan di dalam tubuh Lisa. Nafasnya tersengal. Lututnya ikut lemas dikala selesai dengan segala gaya yang diajarkan Aira. Dan gaya terakhir yang dipilih Kendra adalah, menggendong Lisa Menyandarkan punggung Lisa ke dinding dan bergerak, menusuk Lisa dibawah guyuran air shower.Tak jauh berbeda dengan Kendra yang telah selesai, Lisa pun sama. Tubuhnya bergetar hebat dengan nafas yang putus-putus. Menahan gelombang kenikmatan yang diiringi rasa kebas di pangkal pahanya. Sehingga tubuhnya terkulai lemas di gendongan Kendra, yang masih bersarang di tubuhnya.“Kak, aku tidak yakin kamu bisa melepaskan aku,” bisik Lisa dengan senyuman nakal di bibirnya. Saat otak kotornya tiba-tiba saja ingin memiliki Kendra secara utuh.Di matanya Aira mengambil Kendra dari Naya. Tentu saja ketika ia mengambil Kendra dari Aira, tidak akan menyakiti siapapun. Karena Aira harus tahu ada hukum karma yang berlaku ketika ia merebut milik orang lain. Dan Lisa merasa
"Aira, Kendra mana?”Kardi melongok ke dalam toko elektronik milik Kendra yang baru saja dibuka. Mencari sosok pria yang bisa saja muncul dan menanggalkan giginya jika ketahuan menggoda Aira.Aira memutar bola matanya malas. “Pulang. Mengantar obat untuk ayah. Kenapa? Nggak puas sama pelayanan Naya?” dengusnya.“Puas bagaimana? Ayah mertuamu datang dan nyaris saja melaporkan aku ke kantor polisi!” Kardi masuk dengan omelan yang masih bertahan di bibirnya. “Kalau aku ketahuan tadi, bisa dipastikan apa yang kita lakukan selama ini ikut terbongkar.”Ucapan Kardi yang lebih mirip dengan ancaman itu seketika membuat Aira membeku. Tak sanggup lagi melawan ucapan Kardi yang tengah melihat mesin cuci.“Karena kelalaianmu membuatku tidak bisa menikmati Naya. Maka kamu harus melayaniku, Ra.” Kardi melirik Aira dengan sudut matanya. “Jangan menolak karena kamu sudah menipuku.”“Tidak bisa begitu.” Aira menyusul Kardi yang sengaja berbicara dari jarak jauh agar ada yang mengetahui pembicaraan mer
Baru juga Kendra sampai di toko, ia harus putar balik pulang ke rumah karena Aira sudah menutup toko mereka. Dengan perasaan kesal ia kembali karena menganggap Aira malas. Belum pukul enam sore toko sudah ditutup, bagaimana caranya bisa mendapatkan pembeli kalau buka lambat tutup cepat, pikirnya.Dan ketika rasa kesal Kendra belum hilang, ia sudah dikejutkan dengan keadaan rumah. Kedua orang tuanya duduk bersisian di sofa, Aira di sofa tunggal, Naya duduk bersimpuh di lantai. Dan Lisa berdiri bersandar di dekat Aira. Mereka semua memasang wajah tegang sehingga Kendra ikut duduk dengan tanda tanya besar di kepalanya.“Ada apa ini?” tanyanya setelah sepersekian detik diam memperhatikan.“Itu, istrimu memberikan obat perangsang kepada Naya sampai dia gila dan menggoda ayahmu!” sahut Herni ketus. Menyalahkan Aira tapi tatapan kebenciannya tertuju kepada Naya.Kendra menahan diri agar tak terpancing emosi. Karena ia masih bingung emosi yang tercipta entah untuk Naya atau Aira.Sehingga dis
Suasana hening di rumah sakit terasa semakin mencengkam. Ketika dokter mengatakan darah Kendra cocok dan bisa melakukan transfusi darah untuk Randi.Shock dan tak terima. Rendi merasakan dua perasaan tersebut mengaduk hatinya. Seakan menegaskan ucapan sang ibu beberapa tahun silam, itu benar.Tepatnya saat Kendra terserang DBD. Ia membutuhkan dua kantong darah tapi, Rendi tidak bisa melakukannya. Hari itu Herni mengatakan darah Kendra sama dengannya, tapi ia takut melakukan donor. Alhasil, Rendi mati-matian mencari kesana kemari mencari golongan darah O untuk Kendra.Dan ketika petugas sensus penduduk datang mendata mereka, Rendi ingat betul golongan darah Herni B. Sama seperti Lily, sedangkan dirinya A+. Dulu tak diambil pusing sampai sang ibu mengatakan, “Kamu masih terlalu muda untuk menikah. Dua puluh dua tahun, tapi ada satu hal yang harus kamu tanggung sehingga kami terpaksa memberi restu.”Tidak dalam keadaan sadar. Sang ibu berbisik kepadanya ketika ia tidur. Dikala melepas ri
Mau memeluk, tapi Naya sadar dirinya dan Rendi tidak memiliki ikatan yang halal. Tapi, ia tetap ingin menyentuh pria yang telah mengalihkan cintanya. Sehingga ia tidak pernah lagi merasakan sakit hati, meskipun melihat Kendra bersama Aira dan Lisa.Rasa cintanya terhadap Kendra sudah tertutup rapat. Tak ada lagi tersisa, meskipun hanya puing-puingnya saja. Terlalu berlebihan? Tidak, justru rasa sakit ditorehkan Kendra lah yang membuatnya mudah melupakan pria itu.Sehingga kepedulian dan perhatian Rendi, telah membuatnya bertekuk lutut. Menuntunnya untuk menyentuh pipi Rendi yang kini ditumbuhi rambut halus. Perlahan Naya mengusap. Sudut bibirnya terangkat, senang pagi ini terbangun di dalam dekapan Rendi.Entah bagaimana caranya Naya sudah lupa. Yang jelas tiba-tiba saja Rendi merangkul dan menuntunnya untuk berbaring. Sehingga mereka berdua tidur seraya berpelukan, sama-sama merasakan kehangatan dan kenyamanan. Terutama Rendi yang sedang merasakan patah hati terbesar dalam hidupnya.