Stella memperhatikan Kendrik dari atas ke bawah. Motornya pun tak luput dari pandangan matanya."Vano," katanya.Kendrik dan Gangga berpandangan. Stella mungkin masih terngiang akan Vano."Aku Kendrik, Stel. K-E-N-D-R-I-K.""Kamu mau nunggu dia sampai boleh dijenguk?" tawar Gangga.Stella tak menjawab, hanya memandangi Kendrik dengan seksama. Gangga dan Kendrik pun berbisik-bisik."Apa perlu dibawa ke psikiater? Kayaknya dia kayak orang linglung gini, Kak," bisik Gangga."Mungkin. Nanti kalau mau anter di ke psikiater, ngomong aja sama aku. Aku ada kenalan psikiater yang dulu ngobatin kakaknya dia.""Heh! Aku nggak sakit! Aku cuma ngelihat Kak Ken mirip Vano."Gangga masih tak mengerti. Pasalnya, kekasihnya itu tidak ada mirip-miripnya sama sekali dengan lelaki pujaan Stella yang kini sedang terbaring di rumah sakit.Stella menangkap sinyal-sinyal keheranan lagi dari wajah dua orang di hadapannya."Aku nggak gila. Kendrik sama Vano nggak mirip mukanya. Ini lho jaket parasut hitam, hel
Jumat, 17 September 202XLaboratorium biologi Universitas VanguardPukul 09.00Kendrik menyiapkan soal-soal yang akan digunakan untuk ujian responsi. Suasana kampus itu kini sedikit ramai oleh orang luar. Entah mereka tersasar dan mengira kampus itu mall atau bagaimana.Setelah peristiwa kemarin, rektor memutuskan untuk menunda sementara eksekusi proyek perluasan kampus. Sebenarnya, jika sudah terjadi kata sepakat antara kampus dengan komunitas itu, proyek bisa segera dijalankan tanpa adanya gangguan lagi.Namun, tertusuknya Vano oleh orang yang belum teridentifikasi itu membuat semuanya menjadi buyar. Banyak pihak berspekulasi. Bahkan ada pihak yang menuduh kampus menyewa orang bayaran untuk menusuk pendemo.Sialnya, spekulasi ini yang lebih populer daripada perkiraan ketidaksengajaan. Mereka tidak akan percaya ada orang yang secara tidak sengaja membawa pisau dapur dan mengira Vano adalah bawang sehingga malah mengiris perutnya. Netijen sudah pintar, Bung!Namun, tuduhan terhadap Un
Kafe Tropica, kompleks koperasi mahasiswaRandu, Lio dan Kendrik sedang duduk di satu meja yang sama. Kendrik memandangi Lio, wartawan yang beberapa waktu lalu dia datangi. Kedatangannya ke kampus Vanguard sungguh sangat istimewa meski tidak pakai telur."Kok Mas bisa ada di sini juga?" tanya Kendrik."Panggil Lio aja nggak usah 'Mas'. Dia ini lagi aku seret biar ikut ngeliput kampusmu," jawab Randu. Sedangkan Lio hanya diam dengan tatapan kosongnya. "Hidupnya sekarang kayak zombie," bisik Randu kepada Kendrik.Memang benar, Lio seperti tidak memiliki jiwa. Dia bak selongsong peluru tanpa mesiu. Semenjak kehidupan percintaannya kacau, hidupnya pun ikut morat-marit.Paling tidak sekarang dia menggunakan kaos kaki bersih dan wangi. Dulu kaos kaki beraroma dahsyatnya telah berperan serta membangunkan Kendrik dari pingsan. Namun, di lain hari, kaos kaki itu menyebabkan tuannya sendiri pingsan sehingga akhirnya dia membeli yang baru."Ngapain ngeliput kampus ini?" tanya Kendrik seolah tida
51. Keselamatan Nomor SatuMalam hariGangga dan Kendrik sengaja berkeliaran di seputar kampus. Mereka menggunakan pakaian dan segala perkakas yang sama dengan saat terjadi penusukan. Randu dan Lio mengawasi mereka dari tempat tersembunyi.Krik ....Krik ....Krik ....Seperti dugaan Randu, hari ini tidak ada tanda-tanda penyerangan sama sekali. Mereka pun berkumpul kembali."Aku mau balik ke Gunung Timur. Lio masih di sini. Dia nginep di tempat saudaranya," pamit Randu."Lah, nanti kalau kami diserang lagi, gimana, Bang?"Mau minta bantuan si zombie itu kan nggak mungkin. Dia dari tadi diem-diem doang. (Kendrik)."Kamu kok jadi manja gitu? Kan udah aku kasih taser gun. Lagian pacarmu diserang aja bisa nangkis.""Kalau kami kena, terus gimana dong, Bang?" Gangga khawatir."Kalau luka ya diobatin, kalau mati yang dimakamin. Nanti aku doain setiap hari terus aku bantu usut kasus ini.""Bang!""Lha terus gimana?"Kendrik dan Gangga saling berpandangan kemudian kompak menghela napas bersa
52. Melebar Ke Mana-manaKafe TropicaStella memasuki kafe kampus itu dengan kesal. Dia menerobos keramaian kemudian memesan segelas minuman sembari membuka laptopnya untuk melanjutkan kegiatan menulis novel.Dia mengetik dengan tekanan yang keras. Untung saja laptopnya bermerk Apelin, merk ternama yang tidak mudah rusak meski berbody tipis. Hentakan jarinya di atas keyboard menimbulkan bunyi yang lumayan keras.Dia berhenti sejenak dan menundukkan kepala.Jadi, aslinya yang diincer itu Kak Ken? Dan Vano harus nerima getahnya? Kek Ken penyebabnya! Vano harus luka dan Kak Ken masih cengar-cengir pacaran nyantai sama Gangga! (Stella).Dia meluapkan kekesalan dengan mengetik lebih cepat. Percayalah, emosi dapat meningkatkan kinerja. Maka dari itu, saat emosi, gunakan tenaganya untuk bekerja karena jauh akan lebih cepat selesai.(Coba kalau lagi emosi, ke dapur terus nyuci, pasti kilat. Simbah jamin! Soalnya pengalaman heheh).~Selasar gedung D04, FBS"Aku juga nggak tahu kenapa dia mara
Jalan kampus, depan FMIPAMalam hariTak mendapat respon atau bantuan dari mana pun tak membuat Kendrik gentar karena bukan dia umpannya. Dia hanya akan bersembunyi di tempat yang tidak terlihat. Sedangkan Gangga, meski dia telah memiliki air gun taser yang warna cartridgenya mencolok itu ada kelebat rasa takut juga."Nanti aku awasin dari situ ya," kata Kendrik sembari menunjuk titik yang tersembunyi untuk mengintai.Dengan agak kesal, Gangga menjawab, "Kenapa nggak Kakak aja yang jadi umpannya? Emangnya nggak khawatir pacarnya dijadiin umpan macam lagi mancing gini?""Bukan gitu, Sayangku. Kan kemarin mereka salah sasaran tuh, berarti mereka belum tahu mukaku yang ganteng dan menawan ini. Tapi mereka udah tahu sama kamu, jadinya terpaksa kamu yang jadi umpan.""Terus, kenapa musti malem-malem? Kemarin kejadiannya aja siang bolong."Kendrik menggaruk kepalanya, tak terpikir olehnya tadi. "Iya juga ya, cuma kalau di film-film mancing penjahat itu ya malem-malem. Aku juga ngumpetnya ja
Mereka mendudukkan Indra di atas trotoar bersandar pada tembok. Gangga dan Kendrik mengapit Indra sehingga mereka tampak seperti tiga sekawan yang sedang kongkow di pinggir jalan.Gangga membetulkan posisi masker Indra agar darah di hidung pria itu tak terlihat."Maaf ya, Mas, aku nonjok hidung kamu. Habis kamu nggemesin minta ditonjok."Sedangkan Kendrik mengeluarkan kacamata hitam untuk dipasangkan di mata Indra."Ngapain dipakein kacamata item?""Biar nggak kelihatan kalau lagi pingsan. Kalau ada orang berhenti kayak bapak-bapak tadi kan repot."Kendrik melanjutkan kegiatan yang sempat tertunda karena interupsi dari seorang bapak tadi. Dengan menempelkan jempol Indra ke layar ponsel, benda pipih gepeng layar dulit tersebut terbuka juga.Kendrik menaik-turunkan layar memeriksa riwayat panggilan. Tidak ada panggilan dari nomor kontak mencurigakan seperti 'bos', 'mafia' atau semacamnya. Beralih ke pesan Chatsapp.Kendrik memeriksa satu persatu pesan itu, tidak ada yang mencurigakan. H
Bak superhero Suparman yang mendapat sinyal bahaya dari warga sipil, Kendrik datang menyelamatkan gadis yang dicintainya. Dia masih dengan kostum seperti sebelumnya yaitu hitam, mengenakan masker dan topi. Dari belakang, dia berhasil mencegah sang penyerang mengayunkan pisau.Gangga selamat kali ini. Namun, dia harus menunda keinginannya untuk melihat konser tandem mertua dan menantu, Elvis Presley dan Michael Jackson. Tidak mengapa, dia lebih senang di dunia. Berani sumpah tidak terburu-buru ke surga!Perhatian si pembekap yang mengunci Gangga teralih menyaksikan rekannya dihajar oleh Kendrik. Kesempatan yang sungguh sempit itu digunakan oleh Gangga untuk membebaskan diri.Tangan penjahat yang digunakan untuk membekap digigit kuat-kuat oleh gigi tajam Gangga yang rajin dia gosok dengan pasta gigi Critadent. Penjahat itu menjerit dengan suara melengking tinggi."Iiiiwww ...."Sungguh tak sepadan dengan badannya yang besar.Kunciannya melonggar. Kini saatnya Gangga balas menghajar dan
Gunung TimurRandu meremas sebuah kertas bergambar mobil yang diprint oleh Lio. Gambar tersebut juga dimiliki oleh Kendrik. Tangan kirinya memegangi ponsel. Telinganya sedang mendengarkan Kendrik berbicara di seberang sana.Dengan mantap ia menjawab pertanyaan untuk meneruskan apa yang sedang diselidiki oleh staf laboratorium itu. Kasus itu tidak begitu berat tapi menimbulkan berbagai tanda tanya walau pelakunya sudah berada di penjara.Pelaku mengaku dengan sempurna dan menjadi satu-satunya orang yang mungkin menabrak Bisma. Semua itu tidak dapat dibuktikan dengan bukti rekaman video CCTV karena di lokasi tidak terdapat kamera apa pun. Namun, sejak kemunculan Kendrik yang penasaran dengan kasus kecelakaan ini, makin banyak kejanggalan yang muncul ke permukaan."Aku juga nemuin sesuatu tentang itu," kata Randu melalui sambungan telepon sembari melihat ke arah layar laptop di hadapannya.Lio yang berdiri di samping tempat duduk Randu turut memelototi laptop milik Randu. Jemari Randu yan
Kos GanggaStella dan Gangga mengikuti perkuliahan dengan sebuah aplikasi video meeting. Stella dengan laptopnya, Gangga dengan ponselnya. Namun, sambungan internet yang digunakan adalah dengan paket data internet milik Gangga yang di-tether atau di-share sambungannya sehingga Stella dapat turut menikmati.Dengan gemas-gemas kesal Gangga melirik ke arah Stella. Ponselnya menjadi cepat panas karena harus membagikan kuota yang disayang-sayangnya. Berawal dari pertanyaan Stella tentang gaji bulanan yang baru saja diterima Gangga, Stella memanfaatkan kesempatan.Gangga tidak bisa menolak karena Stella sudah berada di depan pintu kamar kos Gangga tadi pagi. Ingin mengusir, Stella langsung masuk ke kamar kos Gangga. Ya sudah, itung-itung menolong calon saudara iparnya.Usai perkuliahan daring dilaksanakan, Gangga berniat untuk mengungkapkan segala kejengkelannya menyaksikan tingkah Stella pagi ini. Sebelum dia mengomel, Stella lebih dulu memberondongnya."Maaf ya, Ngga, aku ke sini terus num
Kendrik: Apa itu, Kak?Daniel: Intinya mengacak huruf untuk menghasilkan kata yang baru.Antara senang dan sedih Kendrik menerima sebuah opsi untuk memecahkan kode itu. Mengacak huruf untuk membentuk sebuah kata akan memakan waktu yang sangat lama. Berhubungan dengan matematika di sub bab peluang, perkiraan kemungkinan kata yang muncul akan sangat banyak.Dia pernah melihat Barry Allen dalam The Flash melakukan pengacakan terhadap kode. Jadi, pada dasarnya si meta human tersebut bukan meng-hack kode tapi melakukan pengacakan dengan cepat sehingga menemukan salah satu rangkaian kode yang benar.Hanya, aneh sekali di serial barat itu. Biasanya setiap kode memiliki maximum attempt yang kemudian akan memblokir sistem jika beberapa kali salah memasukkan kode. Sementara itu The Flash dengan santainya memasukkan ratusan kali.Entah itu cacat logika atau memang sistem di sana tidak memberlakukan maksimal salah memasukkan kode (agak nggak mungkin sih ya).Kendrik mengambil sebuah kertas beruku
Seorang pria setinggi 181 cm dengan menggendong seorang bayi di pelukannya membukakan pintu dan menyapa Kendrik.“Hai, Darren ini Om Kendrik,” sapa Kendrik kepada anak lelaki kecil dalam gendongan Daniel.“Siapa, Niel?” teriak Karen, kakak Kendrik, dari dalam. Wanita berambut merah itu pun terkejut melihat sang adik yang sudah beberapa waktu tidak pernah memberi kabar. “Kendrik! Astaga!”Karen memeluk erat adiknya hingga kesusahan bernapas bukan karena eratnya pelukan Karen melainkan bau kecut wanita itu. Dia memang baru saja pulang dari kantor dan belum membersihkan diri.“Ikh lengket! Mandi sana!” kata Kendrik.Karen mencubit hidung Kendrik kemudian memperhatikan sesuatu yang berbeda dari sang adik. “Kamu kok kurusan? Lagi banyak pikiran ya?”“Ish, kamu mandi dulu sana. Nanti aja ceritanya.”~Ruang buku milik DanielDaniel memiliki ruang buku dengan koleksi komik yang bejibun menyaingi taman bacaan komik. Dahulu saat mengerjakan skripsi, Kendrik hampir setiap hari mendatangi tempat
Randu, Kendrik dan Linggom terbelalak dengan kembalinya file-file yang hilang. Banyak sekali file ber-ekstensi 3gp di sana. Seringai singkat tiga lelaki itu terukir sejenak.“Ya Tuhan, imajinasi Lio pasti tinggi banget nih. Untung aku enggak,” komentar Kendrik.“Ane juga enggak, Brot,” kata Linggom.“Aku juga enggak,” timpal Randu.Mereka bertiga saling pandang dengan canggung seolah berkata ‘akh masak?!’ Paling tidak jika tidak hobi, pasti pernah mengintip video-video seperti itu meski tidak sengaja.“Cepet cari yang tanggal 29 Mei!”Linggom menuruti perkataan Randu. Di antara foto-foto yang diambil pada tanggal 29 Mei, sebuah foto mobil ada di sana. Tidak ada yang aneh dengan foto mobil itu. Mereka bertiga hanya sedikit berdecak dengan jenis mobil yang lumayan mahal itu.“Wuih mobilnya Pakjerot. Mayan mahal nih,” komentar Kendrik.Randu langsung mencetak gambar mobil itu rangkap dua untuk dirinya dan untuk Kendrik. Kendrik menerima itu dengan lemas. Pasalnya dia sedang fokus dengan
“Ehm, apaan tuh, Bang?” tanya Kendrik, pura-pura tidak mengerti.“Itu tadi yang ente masukkin ke botol sample,” serobot Linggom.Kendrik memelototi Linggom karena membongkar sesuatu yang sudah payah ia tutupi. Randu bersidekap di hadapan Kendrik. Kendrik pun menendang kaki Linggom.“Apaan sih nendang-nendang?! Kan ente sendiri yang bilang kalau Bang Randu itu bakal tahu juga. Ini aja dia udah tahu jenisnya. Dari pada kelamaan mending ngaku,” kata Linggom.“Akh, eheheh, iya, Bang. Tenang, aku cuma pake buat dihirup aromanya doang, nggak ditaruh ke minuman yang aku kasihin ke mereka.”“Ya iyalah, kan emang makenya begitu! Mereka siapa? Dan kenapa? Inget! Jangan ngelama-lamain, percuma!” kata Randu dengan penuh intimidasi.Kendrik pun menjelaskan seluruh rangkaian acaranya dengan Linggom hari ini, termasuk acara spesialnya menerobos masuk ke rumah pribadi Pak Zakarria. Lelaki itu menjelaskan dengan pasrah. Kemungkinan Randu akan memarahinya, atau mungkin melaporkannya kepada kepolisian K
“Haih, ente jangan gitu! Ini penting dan butuh kemampuan hacking ente. Kalau ane doang yang ke sana, gimana mau nge-hack. Download video dari Kowetube aja ane kagak bisa.”“Emang mau ngapain? Dan pentingnya buat ane apaan?” tanya Linggom.“Nggak tahu juga, cuman penting aja. Lagian kita cuti hari ini, kan sayang kalau nggak dimaksimalin. Ane yang nyetir. Nanti ane traktir mi lethek khas Gunung Timur. 2 porsi juga boleh. Atau mau angkringan di pinggiran alun-alun?”Linggom merebut kardus berisi botol di tangan Kendrik kemudian mendekat ke jok belakang di bagian penumpang. “Dua-duanya juga boleh. Ayok lah, tancap!”***Gunung TimurKendrik dan Linggom telah sampai. Randu berada di luar ketika mereka telah sampai. Reserse itu sudah memperkirakan dengan tepat tibanya mereka dia sana. Padahal jarak Koja-Gunung Timur adalah kurang lebih 1 jam perjalanan.Randu mengernyit sembari memiringkan kepala melihat yang datang sedikit lain dengan pencitraan yang dia harapkan.Bang Randu pasti nggak n
Gunung TimurSetelah membantu Kendrik menangani kasus penangkapan Duo Wong sekaligus pengungkapan kebersihan kampus dalam kasus penusukan mahasiswa yang sedang berdemo, Randu kembali ke aktivitasnya sebagai reserse kriminal di Gunung Timur. Dia dan Lio kembali berpartner karena selain mengandalkan berita dari Randu, Lio juga banyak membantu Randu dalam menjalankan berbagai misi.Dia kini menangani sebuah kasus sindikat pencurian yang hampir final. Tinggal sedikit bukti lagi, rantai pencurian itu akan terputus. Kasus ini termasuk bukan kasus yang besar seperti korupsi negeri di atas langit yang bahkan pernah terjadi 32 tahun lamanya.Tidak ada yang berani mengutak-atik keluarga ‘raja’ pada waktu itu. Sedikit saja berkoar maka akan dibredel. Sungguh pembungkaman kebebasan berpendapat yang mengerikan sementara sang raja beracting senyum-senyum bijak seperti tak berdosa.Randu kemudian tergelitik dengan salah satu kasus yang sebenarnya tidak besar tapi hingga sekarang belum terungkap, kec
Kendrik dan Linggom telah berada di depan perumahaan elit Pondok Elok. Tak salah diberi predikat elit, bangunan rumah di kompleks ini besar dengan halaman luas. Tidak ada pemilik yang keluar rumah untuk bergosip.Yang keluar rumah untuk menebar berita-berita sosial adalah asisten rumah tangga. Jika ada seorang wanita berdaster lalu keluar rumah untuk mengobrol, para ART lain pasti akan menanyainya dengan pertanyaan seperti “Baru kerja ya?”, atau “Udah berapa lama ikut rumah ini, kok baru keluar?”Pemilik rumahnya bergaul dengan teman-teman high class dan sosialita saja. Mereka juga keluar-masuk mengendarai mobil, hampir tidak pernah keluar rumah untuk bepergian jarak dekat. Yang tinggal di sana adalah bos-bos besar perusahaan, artis, selebriti dan aktor-aktor film.Linggom menyenggol Kendrik. “Ente yakin ini bakal berhasil, Brot?”“Brot? Panggilan macam apa itu?!” protes Kendrik.“Itu singkatan dari brother.”“Oh. Ane perkiraan bakal berhasil dari pada kita musti sok kenal dan harus n