Bab 139*****Mereka segera pamit pada Bu Indah untuk mengantar berkas tersebut ke sekolah yang dituju.Ketika memasuki gerbang sekolah, hati Yana berdebar-debar karena melihat sekolah yang begitu megah dan penampilan para wali murid yang begitu berbeda dengan sekolah yang dikelola oleh Mbak Asri.Wajar saja, sekolah yang berada dihadapannya saat ini adalah sekolah yang terletak di jantung kota dan rata-rata warga yang tinggal di daerah tersebut adalah orang berada. Berbeda dengan sekolah yang dahulu tempat Yana mengajar. Sekolah tersebut terletak di daerah terpencil dengan mata pencaharian warga hanyalah petani."Bang ...!" Yana menahan tangan Fikri ketika lelaki itu hendak masuk ke dalam gerbang."Kenapa?" Fikri mengernyitkan keningnya."Yana nggak pede. Wali muridnya pada glowing gitu," ujar Yana menundukkan kepalanya.Fikri tersenyum dan mengangkat dagu Yana. "Kita coba dulu. Kalau memang diterima, mau nggak mau kamu harus mengikuti lingkungan." Fikri menggandeng tangan Yana."Tap
Bab 140 ***** Peraturan tersebut menjelaskan untuk di larang membawa anak di bawah usia empat tahun karena khawatir akan mengganggu konsentrasi guru. Jika memang harus terpaksa membawa anak, maka guru harus membawa serta baby sitter. Selain itu, Yana juga harus ikut memakai semua pakaian seragam seperti guru yang lainnya. Fikri dan Yana menyanggupi semua persyaratan dan peraturan yang di berikan oleh kepala sekolah. Kepala sekolah juga menjelaskan seragam yang dipakai setiap hari. "Nanti sore akan saya antar seragam ibu ke rumah, ya. Sekalian silaturahmi," ujar Bu Lidia tersenyum. "Waduh, maaf, Bu. Saya jadi merepotkan," jawab Yana sungkan. "Nggak apa-apa, kok, Bu Yana. Santai saja." Bu Lidia tersenyum ramah. Setelah selesai berdiskusi dengan Bu Lidya, Yana dan Fikri segera pamit karena khawatir Dila menangis. Sepanjang perjalanan mereka tidak henti-hentinya bersyukur karena Yana kembali dipertemukan dengan orang baik seperti Ibu Lidya. "Mudah-mudahan kamu betah mengajar di s
Bab 141Mengajar di sekolah baru*********Sebuah bangunan rumah dengan pondasi batu hitam dan dinding bercat abu-abu tampak sepi. Ada sebuah saung di pojok pekarangan rumah yang dihiasi bunga-bunga, dan tanaman hias lainnya. Pohon Palem berjejer di dekat jendela kamar utama. Sepasang burung merpati beterbangan di halaman rumah tersebut.Seseorang tersenyum miring mengawasi rumah tersebut dari balik kaca mobilnya. Dia terus mengawasi setiap detail rumah tersebut dengan sesekali mengambil gambar dari ponselnya.Setelah puas mengambil beberapa gambar dan mengamati rumah tersebut dengan seksama, perempuan itu kembali melajukan mobilnya meninggalkan lokasi.Yana sudah siap dengan seragam blazernya. Hari ini adalah hari pertama Yana berangkat ke tempat kerjanya yang baru, yaitu sebuah taman kanak-kanak yang terkenal unggul dan Megah.Yana kembali merapikan hijab segi empat yang diulurkannya menutupi dada sampai ke pinggang. Model seragam yang diberikan oleh ibu kepala sekolah menurut Yana
Bab 142*******Bu Lidya lalu meminta Yana untuk masuk kelas Bu Maya sebagai guru pendamping untuk hari itu. Sedangkan selanjutnya jika Bu Yana sudah mampu maka Bu Yana akan menjadi guru inti untuk sebuah kelas. Yana memahami prosedur sekolah tersebut dan menganggukkan kepala ketika Bu Lidya menanyakan pemahamannya tentang kelas yang di rolling."Ucapan Bu Linda jangan diambil hati ya, Bu. Dia orangnya emang begitu," ujar Bu Maya tersenyum ketika mereka memasuki kelas apel."Nggak apa-apa, kok, Bu. Saya mengerti. Lagi pula, saya memang harus banyak belajar untuk menyesuaikan diri dengan majelis Guru dan para siswa di sini. Saya mohon bimbingannya ya Bu," jawab Yana tersipu."Ibu tenang aja, guru di sini semuanya baik-baik, kok. Apalagi Bu Lidya. orangnya baik banget. ya ... cuma Linda aja yang memang orangnya suka julid," bisik Bu Maya tertawa kecil.Mereka pun segera masuk ke dalam kelas dan anak-anak sudah duduk dengan rapi menanti para guru untuk memberi materi dan mengajak bermain
Bab 143Kedatangan Reka********"Reka ...?!" Bu Indah terperangah menatap perempuan berpakaian seksi itu. Sedangkan perempuan yang dipanggil Reka itu segera berhambur memeluk Bu Indah. Perempuan itu memeluk Bu Indah dengan mencium pipi kiri dan kanan Bu Indah. Lalu mengambil bayi mungil yang berada di gendongan baby sitter itu dan menyodorkannya kepada Bu Indah.Bu Indah tercenung menatap bayi mungil yang tengah menggeliat tersebut. Bayi itu memang tampan, berkulit putih dan bermata sipit, namun Bu Indah tidak merasakan chemistry dalam bayi tersebut.Bu Indah menolak ketika Reka menyodorkan bayi tersebut Ke hadapannya. Entah mengapa Bu Indah merasa tidak memiliki kontak batin dengan bayi tersebut. Yana yang menyaksikan pemandangan itu hanya terdiam. Ada rasa sesak di dalam dadanya. Yana tidak menyangka jika Reka akan datang dalam kehidupan rumah tangganya. Yana tidak tahu bagaimana nanti reaksi Fikri jika melihat kedatangan Reka. Dari ekor matanya, Yana menatap penampilan Reka yang
Bab 144******"Aku mau tinggal di sini untuk memastikan kalau Farhan mendapat kasih sayang dari Bang Fikri." Reka tersenyum sinis."Apa? Kamu pikir kamu siapa?" Bu Indah menatap Reka dengan garang."Aku ibunya Farhan. Dia masih membutuhkan ASI dariku. Jadi aku juga harus tinggal di sini." Reka menyibak rambut panjangnya yang tergerai.Yana menarik napas berat. Fikirannya kacau. Bagaimana mungkin di rumah ada perempuan yang pernah mengisi relung hati Fikri? Bagaimana jika suaminya itu tertarik dengan kecantikan Reka? "Aku pikir istri kamu tidak berhak untuk bersuara karena di sini dia hanya sebagai istri." Reka menatap sinis ke arah Yana."Dia adalah istri sah Fikri. Sedangkan kamu? Kamu siapa?" Bu Indah membalas senyum sinis Reka."Baiklah. Jika kamu ingin tinggal di sini. Silahkan. Kamu bisa menempati kamar tamu. Soal bayi itu, terserah kamu mau menempatkan dia dikamar khusus bayi atau di kamarmu. Yang penting tidak di dalam kamarku." Fikri angkat bicara.Ucapannya membuat Yana men
Bab 145Mulai percaya diri********"Perempuan seperti itu harus ditenggelamkan!" Cinta menyunggingkan senyumnya dan menatap Yana dengan sorot mata yang sulit diartikan."Maksud kamu gimana, Cinta?" tanya Yana bingung.Cinta tersenyum dan mengetuk-ngetuk bibirnya seraya menatap Yana dengan senyum licik. Mendapat tatapan yang berbeda dari biasanya ,Cinta membuat Yana mulai risih. Berikutnya, Cinta tertawa kecil dan mengajak Yana masuk ke dalam kamarnya.Yana memindai kamar Cinta yang begitu mewah dengan desain elegan dan mewah. Ranjang king size dan sprei mewah berwarna putih senada dengan warna gorden dan dinding kamar yang mendominasi. Ada sebuah lemari besar dan mewah dan sebuah televisi berukuran jumbo.Cinta membuka sebuah lemari dan mengeluarkan sebuah kotak, lalu meletakkan kotak tersebut di hadapan Yana.Cinta meminta Yana untuk duduk di sebuah sofa yang unik. Sofa itu terlihat melengkung dan ketika Yana mendudukinya, punggungnya merasa rileks."Oke, aku akan mulai dengan menat
Bab 146 *****Fikri menatap Reka dengan datar. "Maaf, semua urusan rumah aku serahkan pada istriku. Jadi kalau dia nggak menyiapkan sarapan untukmu. Itu hak dia. Lagi pula, istriku benar. Kamu siapa di rumah ini?" "Bang. Aku ini ibunya Farhan. Dan Farhan adalah anakmu. Jadi tentu saja aku harus dilayani." Reka bersidekap dada."Melayani? Siapa yang kamu minta melayani? Aku? Maaf, aku sibuk." Yana melanjutkan sarapannya dan tidak menggubris ocehan Reka."Kalau gitu, aku minta uang buat beli susu dan diapers Farhan. Nggak banyak, cuma lima juta aja." Reka menadahkan tangannya pada Fikri."Kamu minta aja sama Yana. Uangku sama dia semua." Fikri mengangkat dagu dan menunjuk ke arah Yana."Mana uangnya?" Reka menadah tangan pada Yana."Aku udah pesan susu dan diapers buat Farhan. Sebentar lagi juga kurirnya datang," ujar Yana santai."Apa? Kamu beli susu dan diapers apa buat anakku? Nggak usah sok tahu, deh." Reka menatap Yana dengan tajam.Yana membalas tatapan tajam Reka dan bersidekap