Share

Mengajar di sekolah baru

Author: Althafunnisa
last update Last Updated: 2022-09-17 16:55:36

Bab 141

Mengajar di sekolah baru

*********

Sebuah bangunan rumah dengan pondasi batu hitam dan dinding bercat abu-abu tampak sepi. Ada sebuah saung di pojok pekarangan rumah yang dihiasi bunga-bunga, dan tanaman hias lainnya. Pohon Palem berjejer di dekat jendela kamar utama. Sepasang burung merpati beterbangan di halaman rumah tersebut.

Seseorang tersenyum miring mengawasi rumah tersebut dari balik kaca mobilnya. Dia terus mengawasi setiap detail rumah tersebut dengan sesekali mengambil gambar dari ponselnya.

Setelah puas mengambil beberapa gambar dan mengamati rumah tersebut dengan seksama, perempuan itu kembali melajukan mobilnya meninggalkan lokasi.

Yana sudah siap dengan seragam blazernya. Hari ini adalah hari pertama Yana berangkat ke tempat kerjanya yang baru, yaitu sebuah taman kanak-kanak yang terkenal unggul dan Megah.

Yana kembali merapikan hijab segi empat yang diulurkannya menutupi dada sampai ke pinggang. Model seragam yang diberikan oleh ibu kepala sekolah menurut Yana
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Silakan Nikahi Saja Ibumu, Mas!   Pekerjaan baru

    Bab 142*******Bu Lidya lalu meminta Yana untuk masuk kelas Bu Maya sebagai guru pendamping untuk hari itu. Sedangkan selanjutnya jika Bu Yana sudah mampu maka Bu Yana akan menjadi guru inti untuk sebuah kelas. Yana memahami prosedur sekolah tersebut dan menganggukkan kepala ketika Bu Lidya menanyakan pemahamannya tentang kelas yang di rolling."Ucapan Bu Linda jangan diambil hati ya, Bu. Dia orangnya emang begitu," ujar Bu Maya tersenyum ketika mereka memasuki kelas apel."Nggak apa-apa, kok, Bu. Saya mengerti. Lagi pula, saya memang harus banyak belajar untuk menyesuaikan diri dengan majelis Guru dan para siswa di sini. Saya mohon bimbingannya ya Bu," jawab Yana tersipu."Ibu tenang aja, guru di sini semuanya baik-baik, kok. Apalagi Bu Lidya. orangnya baik banget. ya ... cuma Linda aja yang memang orangnya suka julid," bisik Bu Maya tertawa kecil.Mereka pun segera masuk ke dalam kelas dan anak-anak sudah duduk dengan rapi menanti para guru untuk memberi materi dan mengajak bermain

    Last Updated : 2022-09-17
  • Silakan Nikahi Saja Ibumu, Mas!   Kedatangan Reka

    Bab 143Kedatangan Reka********"Reka ...?!" Bu Indah terperangah menatap perempuan berpakaian seksi itu. Sedangkan perempuan yang dipanggil Reka itu segera berhambur memeluk Bu Indah. Perempuan itu memeluk Bu Indah dengan mencium pipi kiri dan kanan Bu Indah. Lalu mengambil bayi mungil yang berada di gendongan baby sitter itu dan menyodorkannya kepada Bu Indah.Bu Indah tercenung menatap bayi mungil yang tengah menggeliat tersebut. Bayi itu memang tampan, berkulit putih dan bermata sipit, namun Bu Indah tidak merasakan chemistry dalam bayi tersebut.Bu Indah menolak ketika Reka menyodorkan bayi tersebut Ke hadapannya. Entah mengapa Bu Indah merasa tidak memiliki kontak batin dengan bayi tersebut. Yana yang menyaksikan pemandangan itu hanya terdiam. Ada rasa sesak di dalam dadanya. Yana tidak menyangka jika Reka akan datang dalam kehidupan rumah tangganya. Yana tidak tahu bagaimana nanti reaksi Fikri jika melihat kedatangan Reka. Dari ekor matanya, Yana menatap penampilan Reka yang

    Last Updated : 2022-09-17
  • Silakan Nikahi Saja Ibumu, Mas!   Keinginan Reka

    Bab 144******"Aku mau tinggal di sini untuk memastikan kalau Farhan mendapat kasih sayang dari Bang Fikri." Reka tersenyum sinis."Apa? Kamu pikir kamu siapa?" Bu Indah menatap Reka dengan garang."Aku ibunya Farhan. Dia masih membutuhkan ASI dariku. Jadi aku juga harus tinggal di sini." Reka menyibak rambut panjangnya yang tergerai.Yana menarik napas berat. Fikirannya kacau. Bagaimana mungkin di rumah ada perempuan yang pernah mengisi relung hati Fikri? Bagaimana jika suaminya itu tertarik dengan kecantikan Reka? "Aku pikir istri kamu tidak berhak untuk bersuara karena di sini dia hanya sebagai istri." Reka menatap sinis ke arah Yana."Dia adalah istri sah Fikri. Sedangkan kamu? Kamu siapa?" Bu Indah membalas senyum sinis Reka."Baiklah. Jika kamu ingin tinggal di sini. Silahkan. Kamu bisa menempati kamar tamu. Soal bayi itu, terserah kamu mau menempatkan dia dikamar khusus bayi atau di kamarmu. Yang penting tidak di dalam kamarku." Fikri angkat bicara.Ucapannya membuat Yana men

    Last Updated : 2022-09-17
  • Silakan Nikahi Saja Ibumu, Mas!   Mulai percaya diri

    Bab 145Mulai percaya diri********"Perempuan seperti itu harus ditenggelamkan!" Cinta menyunggingkan senyumnya dan menatap Yana dengan sorot mata yang sulit diartikan."Maksud kamu gimana, Cinta?" tanya Yana bingung.Cinta tersenyum dan mengetuk-ngetuk bibirnya seraya menatap Yana dengan senyum licik. Mendapat tatapan yang berbeda dari biasanya ,Cinta membuat Yana mulai risih. Berikutnya, Cinta tertawa kecil dan mengajak Yana masuk ke dalam kamarnya.Yana memindai kamar Cinta yang begitu mewah dengan desain elegan dan mewah. Ranjang king size dan sprei mewah berwarna putih senada dengan warna gorden dan dinding kamar yang mendominasi. Ada sebuah lemari besar dan mewah dan sebuah televisi berukuran jumbo.Cinta membuka sebuah lemari dan mengeluarkan sebuah kotak, lalu meletakkan kotak tersebut di hadapan Yana.Cinta meminta Yana untuk duduk di sebuah sofa yang unik. Sofa itu terlihat melengkung dan ketika Yana mendudukinya, punggungnya merasa rileks."Oke, aku akan mulai dengan menat

    Last Updated : 2022-09-17
  • Silakan Nikahi Saja Ibumu, Mas!   Percaya semuanya baik-baik saja

    Bab 146 *****Fikri menatap Reka dengan datar. "Maaf, semua urusan rumah aku serahkan pada istriku. Jadi kalau dia nggak menyiapkan sarapan untukmu. Itu hak dia. Lagi pula, istriku benar. Kamu siapa di rumah ini?" "Bang. Aku ini ibunya Farhan. Dan Farhan adalah anakmu. Jadi tentu saja aku harus dilayani." Reka bersidekap dada."Melayani? Siapa yang kamu minta melayani? Aku? Maaf, aku sibuk." Yana melanjutkan sarapannya dan tidak menggubris ocehan Reka."Kalau gitu, aku minta uang buat beli susu dan diapers Farhan. Nggak banyak, cuma lima juta aja." Reka menadahkan tangannya pada Fikri."Kamu minta aja sama Yana. Uangku sama dia semua." Fikri mengangkat dagu dan menunjuk ke arah Yana."Mana uangnya?" Reka menadah tangan pada Yana."Aku udah pesan susu dan diapers buat Farhan. Sebentar lagi juga kurirnya datang," ujar Yana santai."Apa? Kamu beli susu dan diapers apa buat anakku? Nggak usah sok tahu, deh." Reka menatap Yana dengan tajam.Yana membalas tatapan tajam Reka dan bersidekap

    Last Updated : 2022-09-17
  • Silakan Nikahi Saja Ibumu, Mas!   Tipu daya Bu Wongso

    Bab 147Tipu Daya Bu Wongso******Pagi dengan sinar matahari yang begitu terang. Embun masih terasa sejuk di kulit. Burung-burung sudah keluar dari sarangnya hendak mencari makan untuk anak-anaknya yang baru menetas. Pohon yang baru saja berbunga menebarkan aroma wangi. Semerbak bersama semilir angin pagi. Bu Wongso keluar dari rumahnya. Dia berniat untuk menemui orang kepercayaan Arif di desa. Bu Wongso meminta klarifikasi tentang kiriman hasil panen yang menurun semenjak kematian Arif. Bu Wongso menghentikan sebuah mobil yang biasa membawanya berangkat ke desa. Segera Bu Wongso meminta sopir mobil untuk melajukan kendaraannya.Sesampai di desa, Bu Wongso langsung menemui orang yang telah dipercaya oleh almarhum Arif untuk mengelola sawah yang berada di desa Bulian Jaya. Bu Wongso mengetuk pintu berkali-kali rumah yang terbuat dari dinding papan dan atap rumbia Itu tampak sepi. Di sekelilingnya tumbuh beberapa pohon pinang dan juga pohon buah-buahan seperti jambu air dan mangga.Bu

    Last Updated : 2022-09-17
  • Silakan Nikahi Saja Ibumu, Mas!   Tipu Bu Wongso

    Bab 148*****Pak Suwarno menerima surat dari tangan istrinya tersebut dengan senyum, lalu menyerahkannya kepada Bu Wongso. Bu Wongso mengernyitkan keningnya, lalu membuka map tersebut dengan buru-buru. Matanya membulat sempurna saat melihat isi surat dari map tersebut. Surat yang telah mengesahkan bahwa Pak Suwarno dan istrinya sudah diberikan kepercayaan oleh Arif dalam kurun waktu seumur hidup. Surat tersebut telah disahkan secara hukum yang berarti tidak ada seorangpun yang bisa mengganggu gugat keputusan tersebut. Terlebih di dalam surat tersebut juga tertulis bahwa kontrak tersebut tetap berlaku jika Arif meninggal dunia.Wajah Bu Wongso berubah merah padam. Tampak kemarahan yang teramat sangat dari raut wajahnya. Bu Wongso meremas salinan surat tersebut Lalu mengambil tas jinjingnya dan pergi meninggalkan rumah Pak Suwarno tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Pak Suwarno dan istrinya hanya mampu mengelus dada. Mereka merasa lega karena Arif mengambil keputusan yang tepat sebelu

    Last Updated : 2022-09-17
  • Silakan Nikahi Saja Ibumu, Mas!   Kedatangan Bu Wongso

    Bab 149Kedatangan Bu Wongso******Bu Wongso segera memesan tiket pesawat untuk berangkat ke kota Jambi. Dengan alamat yang diberikan oleh Burhan, Bu Wongso bertekad untuk mengambil kembali surat tanah yang telah dihibahkan oleh Arif kepada Dila. Bu Wongso tidak rela jika sebagian dari harta mereka diberikan kepada Dila karena dia merasa kalau Dila dan Yana tidak pantas mendapatkan harta warisan tersebut.Sesampai di kota Jambi, Bu Wongso langsung menuju kediaman Yana dan Fikri. Rumah tersebut tampak sepi. Pintu pagar yang tinggi terkunci dengan rapat. Bu Wongso tersenyum miring memperhatikan rumah tersebut. Dia menekan tombol bel berkali-kali. Hingga seorang perempuan tergopoh-gopoh membukakan pintu."Mau bertemu siapa?" tanya perempuan itu yang tidak lain adalah asisten rumah tangga di rumah Fikri. Bu Wongso mencibirkan bibirnya."Saya mau bertemu dengan Yana, sahutnya.Perempuan itu mempersilahkan Bu Wongso masuk dan meminta beliau untuk menunggu di ruang tamu.Bu Wongso memperhat

    Last Updated : 2022-09-17

Latest chapter

  • Silakan Nikahi Saja Ibumu, Mas!   Cinta yang abadi

    Bab 158*****Burhan segera menyalami Fikri dan menceritakan kepada Yana tentang keadaan Bu Wongso yang saat ini tengah sakit dan dirawat oleh warga."Mas mohon kepadamu untuk bersedia menemui Bu Wongso. Kasihan dia," ujar Burhan dengan penuh penekanan.Yana menoleh kearah Fikri untuk meminta persetujuan. Laki-laki Itu tampak berpikir sejenak lalu membuka percakapan."Abang izinkan kamu untuk berangkat ke Pati dengan syarat Abang, ibu, dan Dila ikut menemani kamu ke sana," sahut Fikri.Yana tersenyum dan mengucapkan terima kasih kepada Fikri. Mereka pun segera berkemas karena hari itu kebetulan Fikri sedang libur dinas selama dua hari.Sesampai di Pati Yana terkejut melihat keadaan Bu Wongso yang kurus kering tinggal tulang. Perempuan yang dulu bermata tajam dan selalu menyakiti hatinya saat ini menatapnya dengan sendu dan penuh dengan uraian air mata.Yana meraih tangan Bu Wongso lalu menciumnya dengan takzim. Tidak ada kebencian di hati Yana terhadap mantan mertuanya itu. Yana masih

  • Silakan Nikahi Saja Ibumu, Mas!   Kebahagiaan yang sempurna

    Bab 157*****Bu Lidya pun menyodorkan video yang berada di dalam ponsel Yana ke hadapan Bu Linda. Mata Bu Linda membulat sempurna melihat video perbuatannya berada di dalam ponsel milik Yana."Maaf Bu Linda, saya tidak bisa membiarkan Anda menghancurkan reputasi saya. Jadi saya harus melakukan ini." Yana mengambil ponsel yang berada di hadapan Bu Linda dan segera memasukkannya ke dalam saku blazer nya.Akhirnya dengan penuh malu Bu Linda membereskan semua perangkat pengajarnya dan meninggalkan sekolah elit tersebut.Para majelis Guru yang melihat kejadian itu terheran-heran karena seharusnya Yana yang dipecat bukan Bu Indah.Bu Lidya selaku kepala sekolah segera menjelaskan kepada majelis Guru tentang kebenaran dari peristiwa pencurian tersebut."Wah Bu Yana hebat, ya, punya kamera tersembunyi," puji Bu Maya kepada Yana seluruh.Majelis Guru pun sependapat kalau Yana adalah perempuan yang cerdas.Yana mengulum senyum. Semua berkat bantuan Cinta karena Cinta yang telah meminjamkan kam

  • Silakan Nikahi Saja Ibumu, Mas!   Bahagia sesungguhnya

    Bab 156Kebahagiaan yang sempurna*******Pagi itu sekolah dihebohkan dengan siswa yang kehilangan sebuah jam tangan mahal. Jam tangan pintar seharga lima juta itu lenyap di dalam tas siswa yang bernama Nico. Bocah berumur enam tahun tersebut meletakkan jam tangan pintarnya di dalam tas ketika dia hendak mencuci tangan di wastafel. Wali kelas yang mengajar saat itu adalah Yana dan Bu Linda."Saya yakin banget, Bu, pasti Yana yang telah mengambil jam tangan milik Nico. Secara, kan, Bu Yana baru kali ini melihat jam tangan pintar yang keren seperti milik Nico." Bu Linda menemui kepala Sekolah di ruangannyaBu Lidya selaku kepala sekolah terdiam sesaat. Perempuan berhijab lebar tersebut tidak yakin kalau Yana yang mengambil jam tangan pintar milik Nico. Yana memang berasal dari desa. Namun saat ini Yana berstatus istri seorang dokter terkenal. Tidak mungkin jika dia mengambil jam tangan pintar milik Nico.Linda pun menyarankan kepada kepala sekolah untuk menggeledah tas Yana agar mendapa

  • Silakan Nikahi Saja Ibumu, Mas!   Reka diusir dari rumah Fikri

    Bab 155*****Yana yang melihat Fikri tetap bergeming, memutuskan untuk keluar dari kamar"Loh, Kamu kemana, Yan?" tanya Fikri melihat Yana membawa sebuah bantal keluar kamar."Kalau abang mau Reka juga tidur di sini. Lebih baik Yana keluar dari kamar dan tidur di kamar Dila. Terserah Abang mau ngapain. Mau balikan sama Reka juga nggak apa-apa," sahut Yana dengan wajah sinis."Yan, Tunggu dulu." Fikri menahan pergerakan Yana lalu menoleh kearah Reka yang sedang menenangkan bayinya."Sekarang kamu lihat, kan. Farhan itu tidak merasa nyaman berada di dekatku. Lalu untuk apa kalian tinggal disini? Bukankah lebih baik kalian pergi dari rumah ini karena tidak ada untungnya keberadaan kalian di rumah ini," ujar Fikri menoleh mereka dengan tajam.Reka yang mendengar perkataan Fikri tercekat. Dia tidak menyangka kalau Fikri mengambil kesimpulan seperti itu."Farhan tidak nyaman tidur dengan abang di sini karena kehadiran Yana, Bang. Kalau abang tidurnya sama Aku, Farhan pasti merasa nyaman,"

  • Silakan Nikahi Saja Ibumu, Mas!   Reka diusir

    Bab 154Reka diusir dari rumah Fikri*******Matahari bersinar dengan cerah, sisa-sisa embun masih terasa menyejukkan kulit. Yana membuka tirai jendela lalu menatap jalan raya di bawah sana. Beberapa kendaraan sudah berlalu lalang melintasi perumahan elit tersebut. Ada juga beberapa orang lansia yang sedang berjalan-jalan pagi untuk menjaga kesehatannya.Yana menarik nafas berat, dia belum bisa melupakan perlakuan Bu Wongso kepada dirinya. Perempuan yang dulu sangat dihormatinya itu tidak pernah melupakan Yana sebagai orang yang paling dibencinya. Yana pikir setelah kematian Arif, dan pernikahannya dengan Fikri, Bu Wongso tidak akan lagi mengganggu kehidupannya, tapi ternyata Yana salah. Bu Wongso masih terus meneror bahkan mendatangi kediaman Fikri untuk menuntut harta yang sudah diberikan Arif kepada Dila.Fikri berdiri di belakang Yana, menatap sosok yang sudah beberapa bulan menjadi istrinya. Laki-laki bertubuh tegap itu seakan menyadari kalau istrinya sedang dilema. Fikri membiar

  • Silakan Nikahi Saja Ibumu, Mas!   Menolong Bu Wongso

    Bab 153*******"Bu Wongso disiksa oleh Bik Yem dan Bik Yem mengambil semua barang Bu Wongso?" ujar Burhan ketika warga tersebut menjemputnya."Benar Mas Burhan, kondisi Bu Wongso saat ini sangat memprihatinkan. Dia kami bawa ke rumah sakit. Bu Wongso meminta kami untuk menjemput Mas Burhan. Kami tidak tahu tujuannya apa tapi sepertinya sangat penting." warga tersebut menyahut.Tanpa banyak bicara, Burhan segera bersiap untuk menemui Bu Wongso di rumah sakit.Mendiang Arif adalah sahabat terbaiknya. Burhan tidak ingin Bu Wongso menderita setelah kepergian Arif karena biar bagaimanapun, Bu Wongso pernah begitu baik kepada dirinya semasa Burhan dan Arif bersahabat dengan baik.Sesampai di rumah sakit, Burhan menangis melihat keadaan Bu Wongso.Perempuan yang dahulu berbadan gemuk itu saat ini kurus kering tinggal tulang. Kondisinya sangat memprihatinkan."Maafkan Burhan, Bu. Maaf karena Burhan telah salah dalam mempercayai orang untuk merawat ibu," ujar Burhan mencium tangan Bu Wongso.

  • Silakan Nikahi Saja Ibumu, Mas!   Karma Bu Wongso 2

    Bab 152**********Malam itu tetangga Bu Wongso yang bernama Bu Nani melirik ke arah rumah Bu Wongso. Rumah itu dalam keadaan gelap dari luar bahkan sampai ke dalam. Bu Nani mengernyitkan keningnya karena setahu dia Bu Wongso tidak bisa kemana-mana."Pak, kenapa ya, rumah Bu Wongso gelap gulita?" tanya Bu Nani kepada suaminya.Suami Bu Nani meletakkan koran yang dibacanya, lalu melirik ke arah rumah Bu Wongso yang memang gelap gulita. Sepasang suami itu saling pandang."Ibu udah dua minggu nggak besuk Bu Wongso. Apa malam ini kita lihat ke sana, ya, pak? Mungkin listriknya mati," ujar Bu Nani kepada suaminya."Tapi, kan, Bu Wongso dirawat sama Bik Yem, dan keuangan Bu Wongso juga dipegang oleh Bik Yem? Masa bisa listrik enggak dibayar," sahut suami Bu Nani dengan heran.Akhirnya sepasang suami istri itu memutuskan untuk mendatangi rumah Bu Wongso.Mereka terkejut ketika berada di depan pintu rumah Bu Wongso karena pintu tersebut dikunci dari luar dan kuncinya masih berada di pintu ter

  • Silakan Nikahi Saja Ibumu, Mas!   Karma Bu Wongso

    Bab 151Karma untuk Bu Wongso***Bu Wongso membuka matanya perlahan. Kepalanya terasa teramat sangat sakit, begitupun dengan seluruh anggota tubuhnya. Bibirnya kelu. Tatapan matanya kosong. Bu Wongso menoleh ke samping, istri Burhan tampak sedang terkantuk-kantuk duduk di samping brangkar Bu Wongso.Dia memanggil istri Burhan, tapi suaranya tidak tembus. Bu Wongso berkali-kali mencoba menggerakkan lidahnya. Namun tetap kelu. Begitupun dengan tangan dan kakinya, begitu kaku sehingga tidak bisa digerakkan.Bu Wongso terus memanggil istri Burhan sehingga menimbulkan suara gagu yang tidak menentu. Istri Burhan membuka matanya dan tersenyum kearah Bu Wongso. Perempuan berwajah sendu itu memegang tangan Bu Wongso dan menanyakan bagaimana keadaan Bu Wongso. Namun, perempuan tua itu hanya menjawab dengan suara gagu, dan tidak jelas apa yang dikatakannya.Burhan masuk ke dalam ruangan dan segera menghampiri Bu Wongso."Ibu sudah sadar?" tanya Burhan bahagia.Bu Wongso menjawab, tapi suaranya

  • Silakan Nikahi Saja Ibumu, Mas!   Hinaan Reka

    Bab 150*****Bu Wongso melanjutkan perjalanannya pulang ke Pati. Sedangkan Reka kembali ke rumah Fikri dengan senyum seringainya. Reka merasa puas karena hari ini melihat Yana terluka.Sesampai di rumah Fikri, Reka melihat sebuah pemandangan yang membuat dadanya terasa panas. Di sofa ruang tamu, terlihat Fikri sedang membelai wajah Yana yang memerah karena tamparan Bu Wongso."Enggak nyangka, ya, ternyata perempuan kampung bisa juga berotak licik," ujar Reka seraya duduk di seberang sofa Yana dan Fikri."Apa maksud kamu?" tanya Fikri dengan wajah merah padam."Aku hanya nggak nyangka aja, ternyata Yana itu munafik. Diam-diam dia menyimpan harta warisan dari mantan suaminya seolah-olah bang Fikri tidak mampu membiayai hidupnya." Reka bersidekap di depan dada.Fikri menoleh ke arah Reka. "Kalau kamu masih ingin tinggal di sini, tutup mulutmu dengan rapat, atau aku akan menendangmu dan memisahkanmu dari Farhan," sahut Fikri geram.Reka terkejut mendengar perkataan Fikri. Perempuan itu t

DMCA.com Protection Status