Mas Ragil langsung menggelengkan kepalanya. Ya ampun ternyata hanya masalah hutang pada Satrio bisa membuat Mas Ragil sangat ketakutan. Harga diri suamiku sebagai PNS memang sangat tinggi. Tidak heran jika dia tidak ingin nama baiknya tercoreng. “Ayo kita kesana mas. Sekalian beli baju buat Mawar. Kasihan sama anak sendiri. Masa bajunya lusuh seperti itu.” perkataan Satrio seketika membuat semua orang yang ada di sekitar kami menolehkan kepala mereka. Dari sudut mata dapat kulihat Arum yang berjalan pergi meninggalkan Omnya bersama kami. Walaupun awalnya tidak setuju, namun aku sangat puas dengan pertunjukkan yang di suguhkan oleh Satrio. “Oke. Ayo kita ke beli baju buat Mawar sayang.” Mas Ragil merangkul bahuku erat. Seolah menyalurkan kemarahannya padaku. “Ayo mas. Tapi, jangan peluk terlalu keras dong. Kasihan Mawar jadi ketakutan.” Tangan Mas Ragil seketika terlepas dari bahuku. Aku tidak bisa melihat ekspresi wajah Mas Ragil saat harus membayar semua barang belanjaan itu untu
“Apa? Kamu nuduh Ragil selingkuh? Jangan sembarangan ya Yo.” Seru Ibu mertua penuh amarah. “Iya. Saya nggak cuma nuduh. Saya punya buktinya kalau Mas Ragil sudah selingkuh sama orang lain. Karena saya tidak sengaja melihat mereka berdua berjalan di mall sambil bergandengan tangan mesra. Sayang sekali, saya tidak bisa memotret wajah selingkuhan Mas Ragil.” Kenapa Satrio justru membeberkan hal itu sekarang? Padahal kami sudah sepakat untuk tidak membiarkan Mas Ragil dan keluarganya tahu tentang perselingkuhan di antara Mas Ragil dan Arum. “Baik. Aku tidak akan pernah menagih gaji Ragil yang di berikan untuk membeli barang-barang Bunga dan Mawar hari ini. Kamu harus hapus foto itu sekarang juga.” Satrio mengambil hpnya. Kedua mataku membulat saat Satrio memperlihatkan foto Mas Ragil dengan seorang wanita. Tapi, aku tidak yakin jika itu bukan foto suamiku karena bentuk badannya yang berbeda. “Saya hapus sekarang. Puas kan Bude?” Foto itu sudah terhapus dari hp Satrio. “Sekarang silah
“Jangan bohong kamu Bunga. Memangnya kamu beli apa saja buat uang dua ratus ribu bisa habis kurang dari satu hari? Ibu saja bisa mengatur uang itu untuk dua hari.” Aku mengambil dompet dari dalam tas lalu menyerahkan tiga kertas struk pada Mas Ragil. “Tadi aku beli vitamin dan persediaan obat di apotek. Itu sudah habis delapan puluh ribu. Terus beli susu buat Mawar di salah satu toko habis delapan puluh ribu. Sisanya buat beli buah yang sudah aku masukan ke dalam kulkas.” ‘Selain itu, aku juga beli make up buat diriku sendiri. Untung saja masih ada sisa uang dari Satrio kemarin.’ Sambungku di dalam hati. “Berat badan Mawar kan sudah naik. Kenapa juga kamu masih harus beli vitamin dan susu. Mawar itu bukan bayi lagi.” Ibu mertua merebut kertas struk dari tangan Mas Ragil lalu merobeknya tanpa ampun. “Ibu benar Nga. Kalau bukan untuk membayar hutang pada Satrio aku tidak akan meminjam uang padamu.” Hardik Mas Ragil hingga membuat Mawar menangis. Aku menggendong Mawar lalu menepuk pun
Kepalaku terasa sangat pusing saat berusaha untuk membuka mata. Dinding dan atap yang berwarna putih adalah hal pertama yang aku lihat. Aku berusaha bangun, tapi rasa sakit di kepalaku justru menjadi lebih parah. “Jangan bangun dulu, nduk.” Aku menoleh pada Ibu yang duduk di kursi samping tempat tidur. “Aku dimana Bu?” Tanyaku pelan. “Kamu sekarang di puskesmas. Satrio nelpon Ibu kalau kepala kamu berdarah tadi. Untung lukanya nggak parah.” “Mawar dimana?” Tanyaku saat mengingat putriku. Aku ingat saat mendudukan Mawar di kursi makan. Berdebat dengan Mas Ragil dan Ibu mertua. Aku mengambil hpnya saat Arum menelpon lalu Mas Ragil mendorong tubuhku hingga terantuk meja. Aku takut jika Mawar juga akan terluka sama seperti denganku. Ibu kembali menyuruhku untuk berbaring di tempat tidur. “Kamu tenang saja nduk. Mawar aman bersama dengan Satrio. Untung saja adikmu tadi datang ke rumah kalian. Karena suami dan Ibu mertua kamu justru saling berdebat tanpa memperdulikan Mawar yang sedang
Aku memutuskan untuk tidak membalas pesan dari Ibu mertua. Biarkan saja. Toh ini semua konten yang aku buat untuk memperlihatkan pada dunia tentang betapa kejamnya Ibu mertua. Akun yang aku gunakan juga tidak menyertakan akun pertama sehingga tidak ada yang tahu tentang kehidupan pribadiku. Entah bagaimana caranya Ibu mertua tahu tentang akun Tik Tik yang baru saja kubuat. Ini semua pasti ulah Mas Ragil. Dasar. Baru saja aku meletakan hp di atas tempat tidur, hpku kembali berbunyi dengan nyaring. Nama Ibu mertua tertera di layar ponselku. Aku mengambil kembali hp itu lalu menekan tombol hijau. "Halo Assalamualaikum." "Nggak usah basa-basi. Kenapa kamu harus membuat konten seperti itu? Pakai buat konten tentang Ibu yang menyuruh kamu mengerjakan pekerjaan rumah segala. Kamu sama sekali tidak bersyukur sudah di nikahi oleh Ragil." "Darimana Ibu tahu akun Tik Tikku?" Tanyaku secara langsung. "Kamu nggak perlu tahu. Aku cari akun Tik Tikmu juga untuk mengawasi kamu. Ternyata benar kat
“Ng. Mungkin Arum telpon karena tidak bisa menghubungi orang tuanya Bu.” Jawab Mas Ragil lalu berjalan ke ruang tengah dengan membawa hpnya. “Dasar pembohong. Aku ikutin dia dulu.” Satrio juga bangkit lalu berjalan keluar dari dapur. Aku tidak tahu apa yang terjadi karena beberapa menit kemudian terdengar perdebatan di antara Mas Ragil dan Satrio. Ibu segera mengambil alih Mawar dariku agar aku bisa menyusul mereka berdua. Di ruang tengah rupanya Mas Ragil berusaha menyembunyikan hpnya dari Satrio. Adik laki-lakiku itu secara terang-terangan menuduh Mas Ragil sudah selingkuh dengan Arum. “Apa kamu sudah gila Yo? Nggak mungkin aku selingkuh dengan keponakanku sendiri. Bahkan sebelum menikah dengan Bunga aku sudah pernah pacaran dengan beberapa perempuan lain.” “Lalu, kenapa kamu memanggil Arum dengan sebutan sayang? Kamu juga bilang mau pergi ke pernikahan adik sepupumu dengan Arum?” “Pernikahan adik sepupu?” Tanyaku dengan kening berkerut bingung. Pasalnya sama sekali tidak ada b
“Kami cuma bertengkar saja Bulek. Aku tidak berniat menampar Bunga.” Tangan Mas Ragil lalu merangkul bahuku yang masih memangku Mawar. “Iya kan sayang?” Mulut Mas Ragil memang tersenyum, tapi matanya menatap penuh ancaman. Dengan wajah yang memelas ketakutan aku menganggkukan kepala pada Bu Lurah. Tangannya sudah terlepas dari bahuku. “Iya Bu Lurah. Kami hanya bertengkar saja. Silahkah duduk. Maaf jika tidak bisa menawari sarapan yang layak.” Bu Lurah dan Rina lalu duduk di hadapan kami. Wajah Bu Lurah masih menatap tidak percaya. Sementara Rina menatap Mas Ragil dengan pandangan benci. Entah apa sebabnya. Sejak aku menikah dengan Mas Ragil, Rina memang tidak suka pada suamiku. Bahkan dia juga sempat benci padaku karena statusku sebagai istri Mas Ragil. Walaupun kini hubungan kami sudah membaik. Saat pandangan Rina beralih padaku, ia sudah tersenyum. “Nggak masalah mbak. Alhamdulillah sekarang Mbak Bunga dan Mawar bisa makan enak. Pasti Mas Satrio yang bawain lagi ya?” Aku hanya me
Mbak Tina sudah menjerit dengan air mata yang meleleh di pipinya. Bu Lurah segera menarik Mbak Tina ke kamar mandi untuk menyiram tangannya yang melepuh dengan air. Entah kenapa hatiku merasa tidak enak melihat tumpahan minyak di sampingku. Jika Mbak Tina tidak berada disana mungkin seluruh tubuhku yang sudah terkena tumpahan minyak itu. Suasana sempat kacau saat Mas Budi sudah datang ke rumah Bu Lurah untuk menjemput istrinya. Mas Budi dan Ibu mertua lalu membawa Mbak Tina ke puskesmas agar cepat mendapat penanganan. Sedangkan Mbak Sindy dan Mbak Yuni masih berada di rumah ini. Wajah kedua kakak iparku itu terlihat sangat syok. Mereka menatapku dan tumpahan minyak itu secara bergantian. “Maaf semuanya. Mari kita lanjutkan lagi.” Ucap Bu Lurah yang sudah kembali ke dapur. Acara rewang hari itu kembali berjalan dengan lancar. Aku memberi tahu Bu Lurah jika Ibuku tidak bisa rewang maupun membuat pesanan lontong pecel karena sudah banyak tetangga yang memesan untuk keperluan lain pada
Lima tahun kemudian waktu sudah berlalu begitu cepat. Budi tidak pernah lagi bertemu dengan Tina. Karena desakan Pak Harto Budi sudah menceraikan Tina satu tahun setelah kepergian mantan istrinya itu. Budi juga sudah menikah dua kali. Sayangnya selalu gagal karena istri kedua dan ketiga Budi sama-sama tidak tahan dengan sifat Budi yang tempramen. Di tambah dengan sikap Arga dan Pak Harto yang sangat mengesalkan.Tina mengajak Arum dan Sofia pindah keluar pulau setelah Arum bebas dari penjara. Karena Sinta kukuh ingin menghukum Arum dan Andi, maka Arum di jatuhi hukuman selama dua tahun. Di luar pulau itulah Tina memulai usaha warung tegal bersama dengan Arum dan Sofia. Membuat hubungan Tina dengan Arum dan Sofia menjadi semakin dekat. Begitu juga dengan hubungan Arum dan Sofia yang sudah sangat erat.Ragil dan Bu Jumi sudah bebas dari penjara. Tabungan emas yang sempat di buat Ragil di tambah dengan menjual mobil cukup untuk melunasi kredit rumahnya. Kini hanya ada motor second yang m
Tubuh Tina terasa lemas saat polisi yang bertugas mengatakan jika Arum memang di tangkap karena menjadi wanita penghibur. Kasusnya adalah perselingkuhan dan perzinahan. Tidak hanya Arum yang di tangkap. Tapi, juga beberapa wanita lain yang berprofesi sebagai penghibur. Siska yang merupakan bos Arum berhasil melarikan diri agar tidak di mintai uang oleh Sinta, istri Andi yang memergoki Arum dengan suaminya.Karena Tina sudah mengirim pesan pada pengirim kontrakan akan mengubah jam pertemuan menjadi nanti malam, dia bisa pergi ke rumah tahanan tempat Arum kini di tahan. Tina tahu jika anak bungsunya memang bersalah. Tapi, sebagai seorang Ibu wanita itu tidak mau Arum masuk penjara seperti yang di alami oleh Ragil dan Bu Jumi.Untung saja sopir taksi mau menemaninya terus dan masih menunggu saat Tina masuk ke dalam rumah tahanan. Wanita itu mengisi daftar pengunjung lalu masuk ke dalam ruang tunggu. Disanalah ia akhirnya bisa bertemu dengan Arum setelah sekian bulan Ibu dan anak itu tida
Dua hari kemudian Bunga benar-benar menghubungi Tina lagi. Tapi, bukan untuk memberi tahu tentang lokasi Arum. Melainkan Bunga mengirim nomor kontak Satrio karena akan lebih baik jika Tina berhubungan secara langsung dengan adik laki-laki Bunga itu. Karena ada kemungkinan Arum berpindah lokasi.Hari demi hari sudah berlalu. Tina tetap bersikap seperti biasa. Tidak ada barang yang ia masukan ke dalam koper. Karena Tina berniat untuk meninggalkan semua barangnya di rumah ini. Sama seperti yang di lakukan Bunga dulu agar bisa kabur dengan lebih mudah. Tina juga sudah memesan tiket pesawat secara online untuk keberangkatan siang hari. Karena hanya di waktu itulah Budi tidak ada di rumah.Jika ia pergi sampai sore atau malam hari, Arga dan Pak Harto juga tidak akan peduli dengannya. Mungkin saat Budi pulang ke rumah mereka baru akan mencarinya. Karena itulah kesempatan Tina sangat terbuka lebar untuk pergi. Dia hanya perlu mengambil buku tabungan yang di sembunyikan Budi di dalam toko swal
Pagi ini Tina melaksanakan niatnya untuk pergi ke rumah Bu Rati menemui Bunga. Ia pergi setelah tidak ada orang lagi di rumah. Sehingga Tina tidak perlu menjelaskan alasannya pergi menemui Bunga setelah sekian lama mereka tidak pernah berhubungan lagi. Ia juga takut jika Budi akan melarangnya pergi menemui Bunga. Mengintat pertemuan terakhir mereka yang berakhit dengan pertengkaran dengan keluarga Bunga.Motor yang di kendarai Tina sudah berhenti di halaman rumah yang kini sudah tidak seluas dulu. Karena ada warung di sisi kanan halaman dan ruko untuk bimbingan belajar di sebelah kiri. Tampak beberapa orang yang tengah membeli jajanan pasar pada Asih. Tidak terlalu ramai, tapi beberapa orang terus berdatangan. Terlihat jajanan pasar dan gorengan yang di jajakan tinggal sedikit. Anak-anak juga bermain di teras ruko atau di halaman rumah tempat beberapa permainan berada.Tina turun dari motor lalu melepaskan helm yang di pakai. Ia masih memakai masker untuk menutup wajah saat melangkah
Hp yang ada di tangan Tina terjatuh saat ia melihat semua pesan yang di kirim pada Arum sudah berubah menjadi centang biru. Kelopak matanya mengerjap tidak percaya dengan apa yang sudah ia lihat. Buru-buru Tina meraih hpnya lagi. Memang benar nomor telpon Arum sudah aktif pagi ini. Hanya saja dari banyaknya pesan yang sudah ia kirim pada sang putri, tidak ada satu pun yang di balas. Tina kembali mengirim pesan untuk anak bungsunya itu. Sayangnya nomor telpon Arum sudah mati lagi. Membuat hatinya kembali merasa sedih. Sedetik kemudian Tina sudah menggelengkan kepalanya.“Tidak masalah. Dengan aktifnya hp Arum, aku bisa meminta bantuan untuk melacak lokasi terakhirnya.” Tina lalu memasukan hp dan dompet ke dalam tas. Ada tempat yang ia ingin kunjungi hari ini.Siang ini ia hanya sendirian saja di rumah. Budi sedang pergi bekerja. Sedangkan Pak Harto pergi bersama Arga entah kemana. Menghabiskan waktu berduaan dengan Kakungnya lalu pulang dengan membawa banyak barang. Padahal Arga bukan
"Ap, apa yang sedang kamu lakukan disini? Kenapa satpam mengijinkan orang lain masuk tanpa seijin dariku dulu. Aku akan complain pada manajemen gedung ini." Arum hendak segera menutup pintu kamarnya. Tapi, sudah di tahan oleh satpam sehingga Sinta bisa masuk dengan lebih leluasa. Meninggalkan Arum yang masih berdiri di belakang pintu apartemen itu."Jawabannya gampang. Karena hotel ini milik pamanku. Apa Mas Andi tidak pernah memberi tahu tentang harta kekayaan keluargaku? Apa dia hanya menyombongkan tentang gajinya yang di gunakan untuk membayiai kebutuhanku sebagai istri sahnya?" Tanya Sinta dengan nada sombong yang bisa mengatakan dengan tepat apa yang selalu di ucapkan oleh Andi padanya selama ini.Badan langsingnya melenggang santaidengan suara sepatu hak tinggi yang terdenagr keras. Sinta lalu duduk di sofa. Sama sekali tidak terlihat jika Sinta baru melahirkan satu minggu yang lalu. Karena badannya terlihat sangat ramping. Membuat Arum merasa sedikit iri dengan bentuk tubuh pro
Perasaaan Arum menjadi semakin tidak tenang karena Andi sudah tidak bisa di hubungi lagi. Pria itu telah mengganti nomor telponnya. Entah sejak kapan karena Arum baru sempat menghubungi Andi pagi ini. Bukannya Arum merasa takut jika Andi akan meninggalkannya. Toh mereka tidak ada hubungan spesial apapun selain sebagai teman tidur. Arum hanya takut jika Sinta akan melaporkan hal ini ke polisi dengan pasal perzinahan. Dia sama sekali tidak mau di penjara.Karena merasa kalut, Arum mengambil hp lama yang ia simpan di dalam kotak dan di letakan di bagian paling bawah lemari. Hp itu berbunyi sebentar lalu akhirnya bisa hidup kembali. Jika Sinta memang akan membawa masalah ini ke jalur hukum, maka Arum harus minta bantuan pada mantan pacarnya yang kuliah di jurusan hukum. Kabar terakhir yang Arum tahu, mantan pacarny sudah menjadi pengacara di kota mereka.“Mudah-mudahan dia masih bucin sama aku. Jadi, mau nolong untuk kabur dari sini untuk sementara waktu.”Namun, bukannya langsung mencari
Ada pepatah yang mengatakan sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga. Artinya semua hal buruk yang di tutupi pasti akan ketahuan juga. Serapat apapun kita mencoba untuk menutupinya. Mungkin hal itu juga yang di lupakan oleh Arum. Padahal hubungan terlarangnya dengan Ragil yang dulu ia kira bisa tertutup dengan rapi akhirnya ketahuan juga. Karena itulah kini Arum jadi lebih berhati-hati saat melakoni pekerjaan ini. Hanya saja ia lupa jika pekerjaan yang Arum lakoni pasti akan ketahuan oleh salah satu istri pelangganya. Seperti yang terjadi malam ini.Istri Andi yang bernama Sinta sudah mengendus sikap aneh suaminya sejak Sinta hamil. Hal itu bermula dari salah satu postingan temannya yang makan malam bersama suami di salah satu restoran terkenal. Suami temannya adalah rekan kerja Andi di kantor. Sinta terkejut karena Andi baru saja mengirim pesan jika ia dan semua rekan kerjanya di suruh lembur sampai tengah malam.Karena itulah Sinta mengirim pesan pada temannya tentan
Sinar matahari menyengat terik di Jakarta. Arum terbangun di kamar apartemennya yang mewah. Tangannya mengucek mata hingga terbuka. Terlihat jarum jam sudah menunjukkan pukul tiga sore. Rambut Arum sangat berantakan karena ia baru tidur jam tujuh pagi dan bangun jam tiga sore. Ia lalu turun dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi yang ada di dalam kamarnya.“Jam berapa aku harus pergi malam ini?” Arum segera mengambil hpnya setelah selesai mandi.Bibirnya mencebik kesal saat membaca pesan masuk. Klien yang sudah membookingnya malam ini membatalkan janjial karena istrinya baru saja melahirkan. Arum melempar hpnya ke atas tempat tidur lalu duduk di kursi yang menghadap meja rias. Ia menyisir rambut lalu memakai make up natural karena Arum tidak berencana keluar malam ini.Drrtt… drrtt… drrttt….Panggilan telpon masuk membuatnya harus bangkit lagi. Rupanya teman sekaligus bosnya, Siska yang menelpon. “Halo Sis. Ada apa?”“Kita keluar yuk malam ini. Klien loh sudah ngirim pesan