Share

Suara yang Pecah

“Itu tidak akan terjadi.”

“Hei!” Suan mendelik. “Sekali-kali, kau harus mendengarkanku, perempuan berengsek! Kau tahu bahwa aku sangat peduli padamu, hah?!”

Nilam terkikik dan menggeleng-gelengkan kepalanya. “Kau tahu,” ujarnya seraya mengigit-gigit ujung kukunya. “Kalau bukan lantaran pria itu, aku tidak sudi bekerja sama denganmu. Tapi tidak, aku masih bisa menahan itu.”

“Ooh,” Suan menyeringai, dan kembali bersandar setelah dia memakai bajunya. “Jadi kau ingin membuangku? Baiklah. Kau yang meminta, jangan salahkan aku nanti!”

“Lihat?” Nilam menghela napas dalam-dalam. “Begitu mudahnya kau tersinggung. Apa kau tahu? Jika kita membunuh dia,” ujarnya, “maka pihak istana pasti akan mencari tahu, lalu kita tidak akan pernah selamat. Tidak dari tangan Rajo Bungsu, tidak pula dari pria itu!”

Suan terdiam. Itu benar, pikirnya. Kalau hanya pendekar biasa, atau seseorang yang tidak ada kaitannya dengan Istana Minanga, membunuh setelah puas bercinta adalah kebiasaan yang dilakukan oleh Nilam.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status