Share

Aura yang Menekan

“Benar, Datuk,” jawab si Kumbang Janti.

“Ya sudah,” Jumari lantas berbelok ke arah jalan lebar yang segaris lurus dengan gerbang lainnya, gerbang yang membatasi istana itu sendiri.

Enam prajurit yang membantu si Cadiak Pandai itu beriringan di belakangnya, masing-masing membawa sebuah kotak yang berisi berbagai macam arsip kerajaan. Tiga di kanan, tiga di kiri.

Si Kumbang Janti mengangguk kepada Puti Bungo Satangkai, mengajaknya mengikuti langkah para prajurit di depan.

*

Telah cukup lama Puti Bungo Satangkai duduk menunggu di dalam balai pertemuan itu bersama si Kumbang Janti, namun sampai pada saat itu, tidak seorang pun yang muncul menghampiri mereka. Kecuali, dua dayang istana yang tadi datang menghidangkan minuman dan makanan kecil.

‘Apakah ini sesuatu yang biasa terjadi di dalam istana?’ Bungo hanya bisa menghela napas dalam-dalam, mencoba untuk lebih bersabar.

Si Kumbang Janti menyadari kegelisahan sang gadis, ia mencoba tersenyum ketika tatapan mereka kembali beradu pand
Minang KW

Hai, kawan-kawan ^^ Sudah sampai sejauh ini, adakah kritik dan saran dari kawan-kawan kepada saya? Bila memang ada, jangan sungkan untuk diungkapkan. Perhatian dari kawan-kawan adalah semangat bagi saya. Terima kasih ^^

| 1
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (17)
goodnovel comment avatar
Noya Tari
ada banyak kritik, alur cerita yg berbelit belit.tolong di kurangi teks yg tidak di butuhkan.hanya membuat pembaca merasa muak kepada author,dan merasa membuang uang sia sia.membaca hal yg tidak penting.
goodnovel comment avatar
Sang Djenggot
Rancak bana, KW seperti ujung nama seseorang di tanah Andalas. Hehe
goodnovel comment avatar
Jhondoe
lanjutkan karyanya dan terus berkarya.. setidaknya Indonesia perlu meningkatkan minat baca dan berimajinasi, agar semua anak2 penerus bangsa bisa mengerti akan pentingnya budaya membaca dan berani berkarya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status