Zaheera kehilangan jejak Rayan, pacar dari sahabatnya yang sedang berselingkuh. Sekarang wanita itu mencari dengan mengendap-endap.
“Kemana tadi dia ya,” gumamnya. Ternyata di hadapan nya sudah ada Rayan dan selingkuhannya yang sedang ciuman di tengah lorong.
“Dasar tidak tahu malu. Gak merasa bersalah apa ya,” Zaheera kesal saat mengintip melihat mereka.
“Jauhkan lah aku dari laki-laki mata keranjang dan tidak setia seperti dia ini ya Tuhan..” doanya di dalam hati. Rayan menghentikan ciuman nya, dan mereka lanjut untuk jalan. Rayan melihat kearah Zaheera, untung saja dia dengan cepat bersembunyi di balik tembok lorong lain.
“Sialan…. Hampir saja ketahuan,” ucapnya mengelus dada. Merasa sudah aman, sekarang dia ingin melihat dan mengikutinya.
“Loh… udah tidak ada lagi? Kemana? Ckckckckckc…..” gadis itu kesal, hanya sekilas saja bersembunyi tapi ternyata orang yang diikuti sudah pergi lagi. Dia berjalan lagi kedepan.
“Seperti nya tadi mereka berhenti di sini nih. Nah sekarang apakah mereka masuk di kamar sebelah kanan atau sebelah kiri?” tanyanya sambil berpikir. Beberapa menit dia berpikir keras.
“Oke, mana pintu yang tidak di kunci, berarti mereka ada di situ. Jadi aku coba buka dulu,” Zaheera pertama ke pintu kamar sebelah kanannya.
“Hhhmmm…. Tidak bisa di buka. Di kunci. Dan…… tidak ada suara juga,” gumamnya menempelkan telinga di pintu. Zaheera yang memakai topi dan kacamata hitam agar tidak ada yang melihat wajahnya.
“Coba yang di sebelah kiri,” dia melangkah kepintu lawan dari pintu kamar yang dicoba. Dilihatnya dulu sekitar, agar tidak ada orang yang melihat aksinya.
CCEEKKLLEEEKK……. Dan ternyata pintu pun terbuka.
“Terbuka, berarti mereka ada di sini kan,” ucapnya pelan. Gadis itu segera masuk dengan pelan, dan menutupnya kembali tanpa mengunci.
“Hhmm…. Kamarnya luas sekali. Tempat tidurnya cuma satu dan sangat luas. Wah…. Ini bayaran nya berapa satu malam ya? Bisa buat bayar kontrakan ku berapa bulan ini mah,” gumamnya berkeliling.
“Tapi kemana mereka berdua? Apa mereka sembunyi karena sudah tahu ada yang mengikutinya?” gumamnya. Zaheera sekarang duduk di pinggiran ranjang yang empuk itu.
“Seperti nya mereka sedang ada di kamar mandi ya. Ya ampun…. Mereka mandi bersama? Menjijikkan,” gadis itu melipat tangan di depan dadanya, dan masih memakai topi dan kacamata hitamnya.
“Aku akan foto dan merekam kalian. Sebagai bukti yang akan aku tunjukkan pada Izzati, dan aku harap agar sahabatku yang oon itu bisa sadar,” Zaheera mengeluarkan ponselnya.
Membuka aplikasi kamera dan video. SSSSSRREEEETTTTT…..
Terdengar suara pintu yang di geser, pintu kamar mandi tempat asal suara air yang di dengar gadis itu. PPLLAAKKK……. Ponselnya jatuh. Zaheera segera mengambil ponselnya. Dan ternyata…..
“Wah…. Ini kaki siapa? Besar sekali kakinya,” gumamnya saat berjongkok mengambil ponsel yang ada di hadapannya. Perlahan gadis itu menaikkan kepala dan secara perlahan juga bisa melihat bagian dari tubuh pria yang ternyata baru habis mandi itu.
“Oh my god….. seksi sekali,” gumamnya saat berhadapan dengan dada di si pemilik.
Hingga akhirnya gadis itu bisa melihat seluruh wajah pria yang sudah berdiri di hadapan nya dengan tatapan diam namun mencekam. Deg….deg……deg…….deg…….deg……deg……deg….. Detak jantung Zaheera sangat cepat.
“Kau siapa? Kenapa ada di kamar ini?” tanya Zaheera yang terkejut dengan menunjuk pria itu. Pria itu hanya tersenyum sinis melihat wanita yang ada di hadapannya.
“Ma…..mana….Ra….Rayan….. di…mana dia…??” tanya Zaheera yang tampak panik. Pria itu tidak menjawab, hanya menatap tajam pada Zaheera.
“Apa aku salah masuk kamar?” gumam Zaheera pelan-pelan melihat belakang pria itu.
“Seperti nya aku salah kamar,” gumamnya.
Pria yang habis mandi dan sedang memakai handuk putih sampai sepinggang itu mulai tersenyum di ujung bibirnya. Membuat Zaheera ketakutan. Pria itu adalah Shean, bos besar yang baru di sambut itu.
“Aaahhh…… ma….. maafkan saya, seperti nya saya salah kamar… ha….ha….ha…..” jawab Zaheera yang sudah pasti salah kamar sambil memaksa tertawa kecil.
Zaheera ingin pergi dari kamar itu, dan ternyata salah satu tangan nya sudah di tarik Shean dan menarik tubuhnya hingga berada di dalam pelukan pria itu.
“Aduhh…. Apa yang anda lakukan? Tolong lepaskan aku,” pinta Zaheera yang masih belum di lepaskan.
“Melepaskanmu? Kenapa? Kau harus melayaniku dulu, baru aku lepaskan,” bisik Shean di telinga Zaheera.
“Apa? Me…..melayani..mu? tolong… aku yakin kau itu salah orang. Aku hanya……"
“Aku tidak perduli, saat ini aku sedang….. Horney sayang..” Shean berbisik dan menjilat daun telinga wanita itu.
“Aaaakkhhh…. Lepas….lepaskan… aku…” Zaheera berteriak dan berusaha untuk melepaskan pelukan pria itu.
Shean tidak mau melepaskannya, bahkan pelukannya semakin kuat dan kencang. Untuk bernafas saja sudah kesulitan untuk gadis itu.
“Aduh….. bagaimana ini….. Tuhan… tolong aku..” gumam Zaheera yang sangat takut.
“Pak… bapak salah orang, dan saya juga salah kamar. Saya pikir…saya pikir ini kamar teman saya. Tolong lepaskan saya pak. Saya mohon…” bujuk Zaheera memelas.
Shean malah semakin bernafsu mendengar suara Zaheera. Dia tersenyum menaikkan salah satu alisnya. Shean membuka kacamata hitam dan topi yang di pakai Zaheera.
“Cantik juga kau. Asal kau bisa membuatku puas dan bahagia, aku akan melepaskanmu dan memberimu bonus,” ucap Shean.
“Tidak…tidak…tidak…. Aku tidak butuh uang Anda, Pak, saya hanya ingin Anda melepaskan saya,” bujuk Zaheera.
Shean tidak melepaskan genggamannya, justru di gendong nya wanita itu menuju tempat tidur.
“Aaaahhh…… lepaskan aku, apa yang Anda lakukan…. ” teriaknya ketakutan. bbrruughh...
Shean melemparkan gadis itu ke atas tempat tidur yang empuk. Zaheera perlahan mundur dari Shean yang juga perlahan mendekatinya. Saat ingin turun dari ranjang, kakinya di tarik Shean hingga membuatnya berbaring lagi. Melihat wanita itu sudah berbaring, Shean langsung mengambil posisi di atas wanita itu.
“Kau sangat cantik. Siapa nama mu? Hmm…” tanya Shean yang melihat wajah Zaheera di bawahnya. Gadis itu tidak menjawab, dia sangat panik dan ketakutan.
“Tolong pak, aku mohon… aku….."
“Sssssstthhh…… diam lah. Kalau sudah ada wanita yang berada dalam pelukan ku, tidak akan lepas sebelum dia bisa memuaskanku. Jadi…. Puaskan aku dulu sayang…” Shean mendekati wajahnya di hadapan wajah Zaheera. Gadis itu mengalihkan wajahnya kesalah satu sisi. Shean merasa kesal, dengan tangannya memegang pipi wanita itu secara paksa hingga menghadap kembali ke wajahnya.
Shean memaksa agar Zaheera menatap matanya yang nakal itu. “Anda, anda akan menyesal karena salah orang,” ucap Zaheera. “Cepat lepaskan…..” teriak Zaheera. Zaheera mencoba mendorong pria yang ada diatasnya. Dengan menyentuh dada Shean. Tapi tenaga wanita itu tidak bisa sedikit pun menggeserkan tubuh Shean. “Apa kau sedang meraba dadaku cantik?” tanya Shean. Shean meraih tangan wanita itu dan mengarahkan kebagian bawahnya sendiri. “Yang harus kau raba itu ini…. Kau akan tahu kalau ini sudah mengeras,” goda Shean. Zaheera sangat jelas menyentuh bagian bawah Shean yang sudah sangat keras itu. “Aaaaakkhhhh…” teriak Zaheera menarik kembali tangannya. “Sialan…. Apa itu, apa itu kel***n nya? Tanganku….” gumam Zaheera merinding. “Hahahaha….. bagaimana? Kau juga pasti akan puas bersamaku,” Shean mencium ujung hidung Zaheera. Shean melanjutkan dengan mencium lagi batang leher gadis yang berusaha menghindar. Dihisapnya dan mengigi
Esok harinya Zaheera berangkat bekerja dengan perasaan was-was. Sepanjang malam dia tidak bisa tidur. Teringat kejadian buruk yang menimpanya. “Zera, kamu kemana aja sih. Kenapa aku telpon, aku WA in tapi kamu gak jawab. Marah ya,” Izzati yang sudah sedari tadi menunggu sahabat nya itu. Zaheera melihat sinis Izzati yang langsung memberikan pertanyaan. “Zeera, kamu kenapa? Kok diam saja. Apa kamu ada masalah?” tanya Izzati penasaran. “Diam lah Zati. Jangan bahas lagi yang kemarin.” Ketus Zeera memakai seragam kerja nya. “Kenapa? Apa kau ketahuan si Rayan? Apa dia menyakiti mu?” tanya Izzati yang berubah menjadi panik. Dihampirinya Zeera untuk memberikan perhatiannya. “Zeera, apa dia menyakiti mu? Tolong katakan pada ku, aku khawatir banget sama kamu,” sahabatnya itu menepuk bahu Zeera yang diam namun memikirkan sesuatu. Zaheera melihat Izzati yang sudah sangat khawatir padanya. Matanya berkaca-kaca. Antara malu dan marah untuk m
Shean yang berada di dalam mobil itu mengamati target nya. Dia tidak ingin menunjukkan dirinya dulu. “Apa tuan Shean sedang melihat wanita itu? tapi kenapa tidak langsung membawanya?” tanya Alfa di dalam hati. “Masih terasa bibir mu di bibir ku cantik,” gumam Shean. Zaheera tidak sadar kalau ada yang sedang mengamatinya. “Zeera, apa kau akan membeli ponsel baru lagi?” tanya Izzati. “Iya, mau bagaimana lagi. Kalau aku tidak ada Hp, aku tidak bisa berkomunikasi dengan siapapun, termasuk denganmu,” jawab Zeera. “Apa kau juga akan memberikan sebagian gaji mu pada mereka?” tanya Izzati. Gadis itu diam, belum memberikan jawaban. “Zeera, kenapa sih kau masih saja mengurusi mereka, sementara mereka saja tidak perduli padamu,” Ucap Izzati yang prihatin pada sahabatnya itu. “Zati, mereka juga keluarga ku, mama kandung ku, walaupun dia menikah lagi. Aku tidak bisa mengabaikannya,” jawab Zeera menundukkan wajahnya. “Zeera, ambil in
Di toko roti semua sedang sibuk bekerja melayani pembeli. Hari ini sangat banyak sekali pengunjung. Sesekali Zaheera membantu melayani mereka. “Terimakasih atas kunjungannya, silahkan datang kembali,” ucap Izzati sembari mengembalikan kembalian uang pembeli. 3 karyawan lainnya bertugas membersihkan dan mengantar pesanan. Dua karyawan yang berjenis kelamin laki-laki terkadang mengantar pesanan pembeli yang minta delivery. “Zeera, besok kan toko off tuh, jalan yuk,” ajak Izzati. “Aku juga memang berencana seperti itu sih. Mau beli Hp baru,” jawab Zaheera. “Kalau begitu aku temani ya. Sekalian kita makan ice krim dan beli pakaian. Ada pakaian yang dari bulan lalu ingin aku beli," pinta Izzati merapikan uang penjualanan. “Boleh,” Jawab Zaheera merapikan sisa dagangan. “Eh… kalian mau jalan –jalan ya. Ikut dong. Biar ramai,” Yanto, yang sedang membersihkan meja mendengar. “Mmmm…. Gimana ya. Lain kali aja deh,” Izzati menolak
Shean hanya mengambil 2 jenis kue yang rasa kopi dan moca saja. “Lalu bagaimana dengan sisanya tuan?” tanya Tristan menunjukkan jumlah yang masih sangat banyak itu. “Apa di buang saja?” canda Tristan menaikkan salah satu alisnya. “Sembarangan kau. Berikan pada karyawan-karyawan lain. Mereka pasti mau,” suruh Shean. “Baiklah tuan. Ini aku sisakan untuk Alfa dan Alex. Nanti mereka menangis lagi kalau tidak di beri,” Tristan memilih bagian untuk kedua rekannya. Tristan membagikan sisa kue itu pada pekerja lainnya. Mereka sangat senang mendapatkan pemberian dari atasannya. Lalu kembali masuk lagi keruangan atasannya. Shean melihat bentuk dan warna kue yang ada di genggamannya. Pria itu tidak biasa memakan makanan seperti itu. “Apa ada masalah dengannya? Ada yang mengganggu? Menggodanya?” tanya Shean menggigit kue. “Tidak ada tuan. Kalau saya lihat ada 5 karyawan termasuk nona itu. dua di antara nya adalah pria,” jawab Tristan yang
Hari berikut nya anak buah Shean datang ke rumah Suriani. Rumah kontrakan yang sangat sederhana. Di dalam rumah itu yang ada hanya Liana saja, Suriani dan papanya berada di luar di tempat yang berbeda. Liana yang sedang sibuk dengan ponsel nya. Tidak menyadari kedatangan beberapa pria berpakaian hitam dengan badan yang besar. Tok… Tok.. Tok… Liana melihat siapa yang mengetuk pintunya yang tertutup. Dia keluar dari kamar. “Siapa sih yang datang?” gerutunya. Ceklek… Gadis itu melihat mereka yang berwajah seram. “Ka….kalian siapa? Dan ada perlu apa?” tanya Liana. “Dimana perempuan satu lagi yang tinggal di sini?” tanya salah satu dari mereka. Liana berpikir siapa yang di maksud mereka. “Siapa? Tolong berbicara yang jelas, apa…" “Aaaaaaaakkkhhh……. Lepaskan……aaaakkkhhh….." Pria-pria itu menarik rambut Liana dengan paksa, menyeret nya hingga keluar dari rumah. Banyak tetangga yang keluar melihat. “Ada apa sih? Kenapa
Zaheera sudah selesai memilih 3 pasang sepatu dengan model yang sama hanya berbeda warna saja. Lalu melakukan pembayaran. Shean, yang tubuhnya lebih tinggi dari kebanyakan orang, jelas sekali di mana dia berada. Zaheera pergi ke lokasi lain, Izzati mengikuti sahabat nya itu, sesekali matanya melirik kebelakang, dimana Shean yang masih mengikutinya. “Zati, kamu mau beli apa lagi?” tanya Zaheera melihat kiri dan kanan. “Mmm… aku, seperti nya kita makan dulu deh, aku udah laper banget nih,” ajak Izzati. Zaheera yang juga sudah lapar sepakat dengan tujuan Izzati. Mereka mencari tempat makan yang sesuai dengan lidah dan kantong mereka. Hingga mereka memutuskan pada satu tempat yang murah dan banyak menu. Shean tentu saja ikut. Walaupun sebenar nya dia sangat risih berada di tempat yang seperti itu. “Zeera, ada yang mencurigakan,” bisik Izzati. “Apaan?” Zaheera yang tidak sadar dengan kehadiran sosok yang mengikutinya. Dia pu
Shean, menikmati hentakan musik yang keras dengan penerangan yang remang. DJ memainkan musik untuk menghibur tamu nya. Waiters berkeliling membawakan pesanan minuman. Beberapa pria dan wanita yang duduk dekat dengan bartender, sambil mencari sasaran yang akan di hampiri.Di ruang VIP, Shean duduk dengan beberapa rekan-rekan kerja nya. Mereka tertawa bersama sambil memeluk wanita di kiri dan kanan.Dua wanita yang cantik dan seksi masuk untuk melayani Shean yang masih sendiri.Shean yang saat itu sedang birahi, melihat wanita itu dari bawah sampai ujung kepala. Apalagi di bagian dada, sempat berhenti beberapa detik.“Bos, apakah masih ada yang kurang?” tanya Tristan yang menemani Shean.“Cukup.” Jawab Shean, membuang asap rokok nya.“Hahahaha…. Shean, kau dari dulu tidak pernah berubah ya. Selalu saja suka bermain perempuan.” Tawa teman nya yang dari perusahaan lain.“kau sendiri? Bahkan
Beberapa bulan kemudian, sudah waktunya untuk Zeera melahirkan. Dua hari yang lalu, ditengah malam saat semuanya sudah tertidur dengan pulas, termasuk Shean. Karena seharian sibuk bekerja dan menjaga Zeera, malam itu dia sangat lelah dan cepat tertidurnya. Hanya Zeera yang masih gelisah menahan sakit. Sebenarnya siang itu sudah merasakan sakit dibagian perut hingga kebawahnya. Kasihan melihat suaminya yang belum pernah istirahat total, dia hanya bisa menahan dan tidak berpikir apa-apa. Namun malam ini rasanya tidak hilang malah semakin menjadi-jadi. Sebisa mungkin dia menahan suaranya agar tidak membangunkan Shean yang berbaring disampingnya ditempat tidur. ‘Apa aku mau melahirkan? Rasanya sakit sekali, aku juga tidak tahu tanda-tanda melahirkan.’ “Sshh..” ‘Apa aku bangunkan saja Shean? Rasanya- “Aaasshh…” “Sayang? Kamu kenapa?” Shean langsung terbangun setelah mendengar suara rintihan Zeera walau pela
“Keren gak?” Izzati menunjukkan sepatu imut nan kecil pada Saga. “Hm? Iya cakep, warnanya juga cocok untuk anak laki-laki.” Jawab Saga melihat sepatu yang ditunjukkan Izzati padanya. “Emang warnanya kenapa? aku sih suka karena modelnya yang begini, keren gitu.” Izzati melihat-lihat lagi sepatu yang masih ditangannya. “Warna itu kan cocok-cocokkan. Biasanya ada warna yang cocok untuk cowok, ada yang cocok untuk cewek, seperti warna pink dan kuning, aku pernah dengar kalau warna itu sangat cocok untuk perempuan.” “Ah… sama saja kalau menurutku. Cowok juga cocok kok pakai yang warna pink, cowok-cowok di Korea juga banyak kok pakai warna pink, apalagi untuk pakaian.” “Kan tidak semua cowok suka pink, aku nih misalnya, aku paling tidak suka memakai warna pink, mau itu pakaian, tas atau sepatu. Kayaknya gak cocok banget buat aku, tapi kalau ada cowok lain yang suka, ya itu terserahnya kan.” “Hm… jadi, warna biru ini cocok sama anak Zee
Zeera mengucek matanya. Terbangun. Dia mengubah posisinya dari berbaring menjadi duduk bersandar. Tubuhnya masih ditutupi selimut. Pandangannya langsung tertuju didekat jendela, suaminya yang sedang fokus pada gadgetnya.“Shean..?” panggil Zeera. Karena suaranya pelan, Shean tidak bisa mendengarnya.Zeera turun dari ranjang, berjalan menuju Shean.“Loh Zeera? Kamu sudah bangun? Kenapa kamu turun dari ranjangnya Sayang?” Shean meletakkan tabletnya diatas meja, menyusul Zeera yang sedang berjalan kearahnya.“Iya aku sudah bangun, tadi aku memanggilmu tapi kamu nggak dengar.”Shean sekarang sudah menggenggam tangan Zeera.“Kamu lagi ngapain? Kayaknya serius banget.” Lirik Zeera pada gadget Shean yang masih ada diatas meja.“Tadinya aku lagi mengerjakan pekerjaan yang dikirim Albert, tapi sudah selesai kok. Lalu aku teringat dengan anak kita, makanya aku lagi lihat-lihat keperluannya,
Deg-deg an, mereka berdua sedang deg-deg an didalam ruang Dokter khusus ibu hamil.“Ibu Zeera, tolong kemari,” panggil Dokter berjenis kelamin laki-laki itu.Zeera berdiri berjalan menghampiri sang Dokter, dan Shean mengikuti dari belakang.“Silahkan berbaring dulu ya.” suruh si Dokter, menepuk pelan tempat tidur khusus pasien yang tidak terlalu besar dan lebar.“Untuk apa isteri saya berbaring Dokter?” tanya Shean sinis, dia khawatir kalau isterinya kenapa-kenapa.“Kan saya mau memeriksa kehamilan isteri anda, sekaligus mengecek jenis kelaminnya.”“Apa tidak bisa duduk atau berdiri saja?”Dokter menatap Shean. Dia menghela napas mendengar pertanyaan aneh dari suami pasien.“Tidak bisalah Pak Shean. Lagipula saya tidak akan menyakiti isteri dan anak anda, cara saya sama kok seperti Dokter kehamilan pada umumnya.”“Shean, biarkan saja, memang pr
“She… Shean, perutku,”“Maafkan aku… maafkan aku Zeera.”‘Kenapa dia menangis? Dan kenapa dia ada disini?’Setelah Shean puas memeluk Zeera, dia melepas pelukannya. Ditatapnya Zeera yang masih berdiri dihadapannya. Zeera mengernyitkan dahinya.‘Darah? Dia berdarah?’Shean panik melihat darah dipakaian Zeera, dibagian rok bawahnya.“Zeera, Zeera kamu terluka, kita harus-“Tunggu, sabar dulu Shean, ini bukan darah aku kok,” Zeera menahan tangan Shean dan menenangkannya.“Bukan… darah kamu?”“Iya. Ini darah dari wanita yang korban tabrak lari tadi.”“Kenapa bisa darahnya menempel padamu?”“Aku tadi membantunya sambil menunggu mobil Ambulance datang, jadi darahnya ikut menempel. Aku kasihan padanya, apalagi kami sama-sama sedang hamil kan.” Ucap Zeera menjelask
Sudah beberapa hari Zeera datang ke perusahaan untuk makan siang bersama Shean, dan Zeera yang memasak makanannya. Zeera terus berusaha agar Shean bisa menerimanya seperti dulu, bukan karena dia kasihan padanya. Shean masih belum yakin dengan perasaannya, tapi tidak mau menyakiti perasaan Zeera. Sekarang Shean hanya melakukan tugasnya seperti layaknya suami normal.“Shean, aku keluar sebentar dulu ya,”“Kamu mau kemana? Sebentar lagi meetingnya sudah mau selesai.”“Memangnya selesainya berapa lama lagi?”“Sekitar 2 jam lagi.”“Yah, kelamaan. Aku keluar saja dulu sebentar, aku mau beli ice cream, dekat kok tokonya, diseberang kantor.”“Suruh karyawan lain saja untuk membelinya.”“Mereka sedang sibuk, kalau aku yang beli langsung, aku bisa memilih rasa dan bentuknya. Boleh ya… boleh ya?” bujuk Zeera yang ingin keluar kantor untuk membeli ice cream
“Maafkan aku,” Shean melepas tangan Zeera. Dilihatnya pergelangan tangan Zeera sudah memerah. Sekarang mereka berdiri didepan lift khusus Presdir.Zeera mengusap pelan pergelangan tangannya yang luka.“Apa kamu menangis?” tanya Shean.“Ha? Apa?” Zeera terkejut dengan pertanyaan Shean. Dia mengangkat wajahnya melihat Shean yang menatapnya dengan perasaan bersalah.‘Darimana dia tahu aku sedang menangis?’“Apa… apa itu sakit?”Zeera mencoba berpikir apa maksud pertanyaan Shean, “Tanganku? Tidak, tidak apa-apa, kan nggak sampai putus,” jawab Zeera tersenyum kecil, agar Shean tidak merasa bersalah.Ting…Pintu lift terbuka, “Ayo kita masuk.” Ajak Shean, dia tidak menarik bagian tubuh Zeera untuk masuk kedalam lift.“Hm, Shean, kita mau kemana?” tanya Zeera, mereka berdua sudah berada didalam lift, turun lantai.
“Apa yang kau lakukan??” pertanyaan yang keluar dari mulut Shean dengan tatapan sinisnya.Zeera menghentikan tangannya saat ingin membuka kotak makanan. Dia melihat Shean yang marah padanya.“Kenapa? Aku… aku hanya membawa makan siang. Aku sengaja membawa untuk kita, karena kamu sibuk pasti…Karena melihat wajah Shean yang masih kesal padanya, membuatnya diam tidak bicara.‘Apa aku melakukan kesalahan?’ ucap Zeera dalam hati.Shean berdiri, keluar dari kursi kerjanya. Berjalan kearah Zeera.“Maafkan aku, tapi… kau tidak seharusnya datang kesini membawa makan siang.” Suara Shean memelan.“Aku bisa makan siang di kantin. Kau kan sedang hamil, aku khawatir dengan kehamilanmu.” Ucapnya duduk didepan Zeera.“Aku… ingin makan siang bersamamu, makanya aku datang membawa makan siangnya.” Jawabnya memelas. Zeera tahu, Shean pasti meras
Didalam ruangan Presdir Shean Vikal Yandra… “Albert, selain dirimu, siapa lagi yang aku percayai disini?” tanya Shean menatap serius pada Albert. “Tidak ada Tuan Shean.” “Berarti semua karyawan disini tidak bisa dipercaya dan harus diganti?” “Hm… beberapa bulan yang lalu Tuan Shean sudah mengeluarkan beberapa karyawan yang jadi benalu dan yang tidak bisa bekerja dengan baik dari perusahaan ini. Tapi Tuan Shean, setiap perusahaan besar pasti akan selalu ada saja ‘Hama’ yang nyelip di benih tanaman yang kita tanam. Dan tugas anda adalah mencabut hama terus dan terus lagi.” Ujung bibir Shean terangkat, seakan dia puas dengan jawaban Albert. “Jawabanmu pintar Albert, baiklah, apa semuanya sudah disiapkan untuk meeting?” “Sudah, Tuan.” “Oke, ayo kita bertemu dengan mereka,” Shean berdiri memakai jasnya. Dia berjalan keluar dari meja kerja, menuju pintu, sedangkan Albert mengikutinya dari belakang setelah membukakan pintu unt