Share

954. Part 21

last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-29 01:06:27

Blammm!

Hebat bukan main bentrokan dua tenaga dalam tingkat tinggi yang terjadi barusan itu. Bumi bergetar bagai diguncang prahara. Angin berkesiur panas yang ditimbulkan akibat bentrokan barusan mampu membuat ranting-ranting pohon hangus terbakar!

Untung saja murid-murid Perguruan Pring Sewu yang berkepandaian rendah sudah sejak tadi berada di luar jangkauan pengaruh benturan dua kekuatan tadi. Kalau tidak, sudah pasti tubuh mereka pun akan hangus terbakar!

Sementara sewaktu terjadinya bentrokan tadi, tubuh Kakek Kelabu dan Iblis Gagu pun sama-sama tersurut beberapa langkah ke belakang. Paras-paras mereka pucat pasi, pertanda sama-sama menderita luka dalam cukup parah. Iblis Gagu menggeram penuh kemarahan. Saat itu, dilihatnya Kakek Kelabu masih terengah-engah menahan kedua telapak tangannya yang seolah hangus terbakar. Dan kesempatan itu tak ingin disia-siakannya. Maka dikawal bentakan keras, kembali dilontarkannya pukulan 'Darah Iblis' ke arah Kakek Kelabu.

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Si Buta Dari Sungai Ular   955. Dendam Penghuni Kubur

    DI SEBUAH tanah datar yang tak begitu luas di salah satu bagian dari Hutan Seruni. Keheningan mengekang sekitarnya. Sinar matahari yang panas menyengat, seolah membuat binatang-binatang lebih suka bersembunyi di bawah kerimbunan pohon. Tepat di tengah tanah datar itu, terlihat sebuah gundukan tanah yang memanjang, mirip sebuah makam. Kelihatannya, memang tak ada yang aneh dengan makam itu. Biasa saja sebagai mana layaknya sebuah makam. Tapi.... Brolll! Mendadak saja, keanehan terjadi, makam itu tahu-tahu ambrol menerbangkan tanah-tanah ke segala arah. Seiring dengan itu, satu sosok bayangan putih melompat dari dalamnya. "Hup!" Ringan sekali sosok itu saat mendarat di sisi tanah yang telah membentuk sebuah lubang. Kini jelas, ternyata sosok bayangan putih itu adalah seorang kakek tua renta yang sulit sekali ditafsir umurnya. Rambutnya yang putih kusut berserakan di bahu. Tubuhnya yang kurus kering dengan paras pucat pasi mirip mayat, terbungkus kain putih seperti kain kafan. Sekilas

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-30
  • Si Buta Dari Sungai Ular   956. Part 2

    Suasana duka masih menyelimuti Perguruan Pring Sewu. Kira-kira sepuluh hari sejak peristiwa di Hutan Seruni, banyak murid Perguruan Pring Sewu yang merasa kehilangan. Hampir separo dari jumlah mereka tewas di tangan Empat Iblis Merah dari Hutan Seruni. Keadaan ini jelas membuat sisa-sisa murid Ratu Pring Sewu amat terpukul, dan nyaris kehilangan kepercayaan diri. Dan bahkan apa yang dialami Mawarni, malah jauh lebih menderita dibanding saudara-saudara seperguruan lainnya. Berhari-hari satu-satunya murid wanita kesayangan Ratu Pring Sewu terus menyesali nasibnya yang malang. Menyesali kesuciannya yang hilang direnggut Iblis Tuli dan Iblis Gagu. Apalagi yang harus diharap? Tak ada. Masa depannya telah hancur. Penyesalan demi penyesalan terus menghantui hati Mawarni.Seolah tak ada semangat lagi untuk hidup. Malah segala kata-kata menghibur diri mulut gurunya tak mampu membangkitkan semangatnya. Untung saja pada saat-saat Mawarni dirundung keputusasaan, seorang kakak seperguruan

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-30
  • Si Buta Dari Sungai Ular   957. Part 3

    Gandrik dan Mawarni tahu, gurunya telah melompat keluar melalui jendela. Tanpa banyak pikir panjang, sepasang anak muda itu segera melompat ke luar. "Bagus! Rupanya kau sudah menampakkan batang hidungmu, Ratu Pring Sewu!" bentak seorang kakek berpakaian kain kafan yang baru saja menurunkan tangan maut terhadap murid-murid Perguruan Pring Sewu. Sepasang matanya yang mencorong bak sepasang mata serigala terus memandang tajam Ratu Pring Sewu. Ketua Perguruan Pring Sewu menggeretakkan gerahamnya penuh kemarahan. Ekor matanya yang tajam sempat melirik ke arah lima orang muridnya yang telah menemui ajal dengan cara mengenaskan. Tiga orang tewas dengan isi perut memburai keluar. Dua orang lainnya tewas dengan kepala pecah. "Siapakah tua bangka satu ini. Guru? Kenapa ia begitu telengas membantai saudara-saudara seperguruanku?" tanya Mawarni dengan tubuh menggigil saking ngerinya melihat mayat kelima orang kakak seperguruannya. Ratu Pring Sewu tak menyahut. Kedua pelipisnya bergerak-gerak

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-30
  • Si Buta Dari Sungai Ular   958. Part 4

    Tanpa ampun tubuh Ratu Pring Sewu kontan terbanting keras disertai keluhan tertahan. Untung saja tadi tubuhnya sempat bergeser ke samping. Kalau tidak, bukan mustahil dadanya akan hancur terkena hantaman Penghuni Kubur. Meski demikian pundaknya yang terkena hantaman terasa ngilu bukan main. Ratu Pring Sewu meringis kesakitan. Dengan susah payah kembali ia meloncat bangun. "Bajingan! Beraninya kau melukai Guru kami, he! Makanlah tongkatku, Tua Bangka Keparat!" teriak Gandrik gusar bukan main. Dan tanpa banyak cakap lagi, Gandrik segera menerjang Penghuni Kubur. Bersamaan dengan itu, Mawarni dan keenam murid Ratu Pring Sewu lainnya segera turut membantu serangan dengan senjata bambu kuning. "Jangan gegabah, Murid-muridku! Kalian bukanlah tandingannya!" teriak Ratu Pring Sewu gusar. Namun sayang, kedelapan orang murid Ratu Pring Sewu yang sudah kalap itu tak mau mendengar nasihat gurunya. Malah tongkat bambu kuning mereka makin hebat menyerang Penghuni Kubur. "Ha ha ha...! Anak-anak ma

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-30
  • Si Buta Dari Sungai Ular   959. Part 5

    Penghuni Kubur menggeram murka. Sekali kibaskan kain kafannya dengan tangan kiri, maka gulungan-gulungan asap kekuningan itu pun sirna. Namun pada saat itu juga, sosok Ratu Pring Sewu sudah tak terlihat lagi."Setan alas! Sampai ujung dunia pun, tak mungkin aku membiarkanmu begitu saja, Bajingan!"Penghuni Kubur menggeretakkan gerahamnya kuat-kuat. Rahangnya sampai mengembung, saking tak tahannya menahan amarah menggelegak. Kedua telapak tangannya yang tadi siap dihantamkan ketubuh Ratu Pring Sewu segera dihantamkan ke depan. Maka seketika meluruk dua larik sinar hijau dari kedua telapak tangannya. Lalu....Blarrr...!Sebuah pohon besar dua lingkaran tangan manusia dewasa kontan bergoyang-goyang begitu terkena pukulan Penghuni Kubur. Pada bagian batang pohon yang terkena bekas pukulan kontan mengepulkan uap tipis kehijau-hijauan. Selang beberapa saat, terdengar suara bergemuruh yang diakhiri bunyi keras dari batang pohon yang tumbang!Blammm!

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-01
  • Si Buta Dari Sungai Ular   960. Part 6

    "Siapa yang kau maksudkan, Ratu Pring Sewu?" tanya Si Buta dari Sungai Ular, tak sabar."Dia.... Dia... ah...!"Kepala Ratu Pring Sewu kembali terkulai. Sementara Si Buta dari Sungai Ular jadi gelisah bukan main. Manggala tak menginginkan Ratu Pring Sewu mati. Pemuda ini merasa harus dapat mengorek keterangan siapa yang telah berani mencelakakan perempuan tua ini, sekaligus ingin menyatroni Sungai ular. Maka, buru-buru Si Buta dari Sungai Ular menotok beberapa jalan darah di tubuh Ratu Pring Sewu yang kembali pingsan. Kali ini paras perempuan tua itu tampak demikian mengerikan. Pucat mirip mayat!"Katakan, Nek! Siapa yang memperlakukan ini semua?" desak Si Buta dari Sungai Ular tak sabar."Peng.... Penghuni Kubuuur...!'Bersamaan dengan putusnya ucapan, maka putus pula nyawa Ratu Pring Sewu dari raga. Kepalanya terkulai ke samping, tak bergerak-gerak lagi."Keparat! Lagi-lagi si keparat itu yang membuat ulah. Dulu kedua orangtuaku yang tewas

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-01
  • Si Buta Dari Sungai Ular   961. Part 7

    "Aku ada sedikit urusan denganmu. Tapi, nantilah. Aku ingin bercakap-cakap sebentar dengan ular peliharaanmu ini," kilah Raja Penyihir."Jangan diganggu, Damar Suto! Dia sedang bertapa," tegur Raja Siluman Sungai Ular, langsung."Oooo...!" Raja Penyihir mengangguk-angguk."Kau ada keperluan apa hingga susah payah datang kemari?""Oh, ya? Aku memang ada sedikit urusan denganmu, Raja Siluman Sungai Ular," jelas Raja Penyihir seraya menepuk jidat."Aku tahu. Setiap kau menemuiku, pasti ingin minta bantuanku, bukan?" tebak Raja Siluman Sungai Ular, tak bermaksud menyindir."Siapa yang butuh bantuanmu? Aku tidak butuh bantuanmu. Aku hanya ingin minta izin padamu," sungut Raja Penyihir tak senang."Minta izin apa?""Muridmu.... harus memanggilku guru. Untuk itulah aku minta izin padamu," papar Raja Penyihir."Oh, ya? Jadi kau sudah bertemu muridku!" sentak Raja Siluman Sungai Ular, gembira. "Sudah lama sekali aku tak bertemu d

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-01
  • Si Buta Dari Sungai Ular   962. Part 8

    "Nah...! Memang itulah yang kuinginkan, Kelabu. Tapi, sayang. Bocah buta itu tak ada di sini. Kalau ada, sudah pasti kutantang bertarung," keluh Kakek Putih."Ya ya ya...! Bagaimana kalau kita cari saja bocah buta itu, Kang?" usul Kakek Kelabu."Baik! Aku setuju usulmu, Kelabu. Ayo, kita cari bocah buta itu!" .sahut Kakek Putih menye-tujui. Saat itu pula, Kakek Putih segera menjejak ke tanah. Sosoknya yang tinggi kurus pun segera berkelebat cepat, meninggalkan tempat itu. Namun baru beberapa tombak...."Tunggu, Kang! Lihat! Siapa yang datang!" teriak Kakek Kelabu yang belum beranjak dari tempatnya. Telunjuknya menuding ke jalan setapak tak jauh dari tempat ini.Mau tidak mau Kakek Putih harus berhenti. Pandangan matanya segera dialihkan ke arah jalan setapak. "Ah, iya" Kau benar, Kelabu. Inilah mungkin yang dinamakan pucuk dicinta ulam tiba. Ayo, cepat hampiri mereka!"Tanpa menunggu kesanggupan adik seperguruannya, Kakek Putih kembali berkelebat k

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-01

Bab terbaru

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1283. Part 20

    Roh Dewa Petir segera melayang ke atas dengan membawa batu hitam tadi. Kendati sinar-sinar hitam yang mencelat dari batu itu tak putus, namun bahaya mulai mereda karena semakin lama batu itu semakin tinggi dibawa terbang. Mendapati hal itu, Si Buta dari Sungai Ular menghela napas lega. "Rasanya... sudah berakhir ketegangan ini." Tetapi dia keliru! Rupanya bahaya belum berhenti sampai di Sana. Karena mendadak saja terdengar suara berderak yang sangat keras laksana topan hantam pesisir. Menyusul rengkahnya tanah di beberapa penjuru. Si Buta dari Sungai Ular seketika berseru seraya menyambar tangan Dewi Awan Putih, "Menyingkir!" Hantu Caping Baja yang semula tercengang tak percaya melihat Roh Dewa Petir raksasa yang keluar dari dada Manggala, segera bertindak cepat. Kedua kakinya dijejakkan di atas tanah, saat itu pula tubuhnya mumbul ke angkasa! Tanah yang rengkah itu bergerak sangat cepat, membujur dan memburu disertai suara menggemuruh yang mengerikan. Debu-debu beterbangan disert

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1282. Part 19

    Bukan hanya Manusia Angin yang palingkan kepala, Dayang Harum pun segera menoleh. Sepasang mata si gadis mendadak terkesiap, tatkala sinar hitam berkilat-kilat menggebah ke arahnya.Mendapati serangan yang ganas itu, salah seorang dari Dayang-dayang Dasar Neraka segera surutkan langkah tiga tindak ke belakang. Kejap itu pula dia siap lepaskan pukulan 'Kabut Gurun Es'!Namun sebelum dilakukan, mendadak saja terdengar suara letupan yang sangat keras dan muncratnya sinar hitam yang dilepaskan oleh Iblis Tanpa Jiwa. Menyusul kemudian tubuh lelaki itu mencelat ke belakang disertai seruan tertahan, "Keparat busuk!"Tatkala kedua kakinya hinggap kembali di atas tanah, kepalanya segera dipalingkan ke kanan dan ke kiri. Makiannya terdengar walau pelan, "Setan keparat! Siapa lagi orangnya yang hendak bikin masalah!"Bukan hanya Iblis Tanpa Jiwa yang heran mendapati putusnya serangan yang dilakukannya, Dayang Harum pun terkesiap kaget dengan mulut menganga. Gadis in

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1281. Part 18

    Buang Totang Samudero tak mau tinggal diam. Disertai teriakan keras, mendadak saja terdengar deru angin kencang yang disusul dengan berkelebatnya seberkas sinar kuning dan merah mengarah pada Iblis Tanpa Jiwa!Blaaar! Blaaarr!Terdengar letupan sangat dahsyat bersamaan muncratnya sinar hitam, kuning dan merah ke berbagai tempat! Masing-masing orang surut ke belakang. Sosok Iblis Tanpa Jiwa nampak bergetar. Hanya sekejap karena kejap lain kedua kakinya telah tegak berdiri.Di seberang, sosok Buang Totang Samudero bergetar kendati tubuhnya tetap berada sejengkal di atas tanah. Darah mengalir dari sudut-sudut bibirnya."Celaka! Rasanya aku tak akan mampu menghadapi manusia satu ini!" desisnya tegang. Tetapi di lain kejap sepasang matanya terbuka lebih lebar. "Peduli setan! Apa pun yang terjadi, aku akan tetap bertahan!"Habis membatin begitu, mendadak saja membersit sinar kuning dan merah dari tubuh Buang Totang Samudero. Menyusul sosoknya telah meles

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1280. Part 17

    Berpikir demikian, mendadak saja Manggala melepaskan diri dari rangkulan Dewi Awan Putih disertai dorongan keras. Gadis berbaju jingga itu terkejut. Seraya keluarkan pekikan tertahan, tubuh gadis itu terguling ke depan.Manggala langsung melompat ke udara, berputar dua kali guna hindari sambaran sinar hitam, lalu berdiri tegak di atas tanah dengan wajah tegang dan kesiagaan tinggi. Begitu berdiri tegak, dengan cepat diputar kedua tangannya ke atas, lalu ke bawah dan kembali ke atas. Menyusul diusapnya kedua tangannya satu sama lain. Lalu diusapkan tangan kanannya pada dadanya yang terdapat rajahan petir. Usai dilakukan semua itu, mendadak saja sebuah bayangan raksasa melesat dari rajahan petir yang terdapat pada kanan kiri lengannya. Melayang-layang tanpa mengeluarkan suara sama sekali. Rupanya Si Buta dari Sungai Ular telah mengeluarkan ilmu 'Inti Roh Dewa Petir'.Kejap kemudian, sambil dongakkan kepala, pemuda dari Sungai Ular ini berseru, "Dewa Petir! Angkat dan baw

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1279. Part 16

    "Ada satu kekuatan yang nampaknya melingkupi batu ini," Manggala membatin tatkala menyadari Dewi Awan Putih belum berhasil menggeser batu itu. Bahkan dilihatnya gadis itu sudah berkeringat.Hantu Caping Baja berkata, "Menyingkir! Biar aku coba untuk menggulingkannya!"Setelah Dewi Awan Putih menyingkir dengan masih tak mempercayai apa yang lelah dilakukannya, si nenek yang sebagian wajahnya ditutupi caping terbuat dari baja yang sangat berat namun si nenek kelihatan biasa-biasa saja, segera mendorong batu besar hitam itu. Yang terjadi kemudian, sama seperti yang dialami oleh Dewi Awan Putih. Batu itu tetap tak bergeser!Menjadi ngotot Hantu Caping Baja. Tetapi sekian lama mencoba mendorongnya dengan lipat gandakan tenaga dalamnya, batu itu tetap tak bergeser.Manggala membatin, "Benar-benar luar biasa. Kekuatan yang ada pada batu ini seperti mengisyaratkan satu bahaya lain." Lalu katanya, "Sebaiknya... kita bersama-sama mendorong batu ini. Dan bersiap bil

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1278. Part 15

    Pemuda dari Sungai Ular itu tak segera menjawab pertanyaan si nenek berpakaian putih gombrang. Pandangannya tertuju lekat ke depan."Menurut Dewi Awan Putih, di tempat yang bernama Bulak Batu Bulan akan terdapat sebuah batu yang disebut Batu Bulan. Di bawah batu itulah terdapat petunjuk di mana Kitab Pamungkas berada. Dan dikatakannya juga, kalau bahaya akan mengancam bila ada yang berhasil menggeser Batu Bulan. Bila memang tak jauh dari dua bukit itu adalah tempat yang disebut Bulak Batu Bulan, apakah Guru sudah berada di sana?" pikir Manggala.Si nenek yang sebagian wajahnya tertutup caping lebar terbuat dari baja namun sedikit pun tak merasa kepayahan mengenakannya, arahkan pandangannya pada Si Buta dari Sungai Ular yang masih terdiam, "Apakah kau memikirkan sesuatu?"Manggala mengangguk."Ya! Aku seperti... ah, sudahlah. Untuk memastikan apakah tempat itu yang disebut Bulak Batu Bulan, kita memang sebaiknya segera ke sana."Habis kata-kata itu

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1277. Part 14

    Pemuda berpakaian abu-abu ini terkesiap mendapati serangan perempuan bertopeng perak yang ganas. Segera dia membuang tubuh ke kiri. Bersamaan dengan itu tubuhnya langsung dihempos ke depan seraya mendorong kedua tangannya.Dewi Topeng Perak kertakkan rahangnya. Tubuhnya segera dienjot ke atas menghindari gebrakan Wulung Seta. Masih berada di udara, dia memutar tubuhnya. Kejap lain tubuhnya sudah menderu deras ke arah Wulung Seta.Terburu-buru murid mendiang Ki Alam Gempita ini menghindar dan mengangkat kedua tangannya.Des! Des!Dua pukulan bertenaga dalam tinggi itu berbenturan keras. Sosok Dewi Topeng Perak langsung melenting ke belakang dan tegak kembali di atas tanah dengan kedua kaki dipentangkan. Dari balik topeng perak yang dikenakannya, sepasang mata perempuan berpakaian kuning cemerlang ini menusuk dalam.Sementara itu, Wulung Seta surut tiga tindak ke belakang. Dadanya terasa nyeri dengan kedua tangan yang terasa remuk."Aku tak bo

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1276. Part 13

    "Aku juga belum dapat memastikan ke mana arah yang akan kita tempuh, Rayi. Sayangnya Raja Siluman Ular Putih tidak memberitahukan secara pasti. Rayi... apakah kau pikir Manggala sudah tiba di sana?""Aku tidak tahu. Tetapi mengingat waktu yang diberikan oleh Raja Siluman Ular Putih, seharusnya Kang Manggala sudah tiba di Bulak Batu Bulan. Bagaimana menurutmu sendiri?""Aku tidak tahu pasti."Di tempatnya sepasang mata Dewi Topeng Perak membuka cerah. "Hmmm... kedua remaja ini rupanya juga menuju ke Bulak Batu Bulan. Wajah keduanya nampaknya tak asing dalam ingatanku. Mendengar kata-kata keduanya, rupanya Raja Siluman Ular Putih juga melibatkan diri dalam urusan ini. Setahuku, lelaki itu adalah salah seorang dari guru Si Buta dari Sungai Ular. Peduli setan! Bila aku berhasil memiliki Kitab Pamungkas, semua keinginanku termasuk membunuh Si Buta dari Sungai Ular dan Buang Totang Samudero akan terlaksana dengan mudah."Karena terlalu gembira itulah tanpa seng

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1275. Part 12

    Berlutut dan menangis tersedu-sedu Dayang Pandan meratapi nasib sialnya. Beberapa saat kemudian terdengar teriakannya kalap, "Kubunuh kau! Kubunuh kau!"Tanpa membetulkan pakaiannya, gadis yang baru saja mengalami nasib sial ini berkelebat ke arah perginya Iblis Tanpa Jiwa dengan teriakan-teriakan keras.-o0o-DUA hari berlalu lagi dalam kehidupan manusia. Sesungguhnya, waktu kerap datang bertubi-tubi. Meluruk dan terkadang menikam dalam, hingga manusia yang lupa, khilaf ataupun mencoba tak perduli akan tergilas oleh waktu. Tetapi yang kerap menghargai waktu, maka dia akan berjalan lurus dan dapat mengendalikan waktu.Dalam hamparan malam yang pekat, tiga sosok tubuh menghentikan kelebatan masing-masing di sebuah jalan setapak yang dipenuhi semak belukar. Bintang gemintang yang biasanya bertaburan malam ini entah pergi ke mana. Sejenak sunyi mengerjap disertai suara binatang-binatang malam."Dua hari sudah kita mencoba melacak di mana

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status