"Aku tidak akan membiarkan guruku tewas di depan mataku. Aku harus menuntut balas sekarang juga!" desis si gadis. Arum Sari bangkit seraya memukul-mukulkan tinjunya penuh kemarahan. Raut wajahnya yang bersimbah air mata menegang. Kilatan-kilatan matanya terlihat beringas.
"Aku tahu. Kita memang harus menuntut balas. Tapi bukanlah sebaiknya kita kuburkan dulu jenazah gurumu ini?" sahut Si Buta dari Sungai Ular enteng.
"Huh...!"
Arum Sari menggedikkan bahunya. Tak sepatah kata pun terucap dari kedua bibirnya yang bergetar. Namun manakala Si Buta dari Sungai Ular bersiap menguburkan jenazah si nenek, tangis Arum Sari pun reda. Bergegas gadis ini membantu Si Buta dari Sungai Ular menguburkan jenazah Nenek Rambut Putih.
-o0o-
SATU SOSOK bayangan berkelebat cepat sekali laksana terbang, memasuki Hutan Kenjeran. Sosoknya yang tinggi kekar dibalut jubah besar warna hitam. Rambutnya gondrong awut-awutan tak terawat dengan sepasang mata mencoro
Sementara melihat kenyataan ini, Gembong Kenjeran jadi geram bukan main. Tadi memang sempat dilihatnya betapa dengan mudahnya Dewa Kegelapan menurunkan tangan maut pada dua orang anak buahnya. Jelas lelaki berjubah kuning ini tak dapat terima keadaan itu. Lebih jengkelnya lagi manakala melihat para anak buahnya hanya terpaku di tempatnya."Anak-anak! Kenapa melongo saja? Cepat hajar bocah pongah itu!" perintah Gembong Kenjeran, berteriak kalap.Sejenak anak buah Gembong Kenjeran itu hanya saling berpandangan. Tampak sekali kalau mereka ragu-ragu. Namun bila teringat akan kekejaman Gembong Kenjeran, mau tidak mau perintah pimpinan harus dituruti. Walaupun, harus nyemplung ke dalam kobaran api sekalipun!"Bodoh! Dasar cecurut-cecurut comberan! Kalau saja aku mau, apa kalian pikir masih dapat menjual lagak seperti ini, he!" dengus Dewa Kegelapan.Tak ada jawaban dari mulut para anak buah Gembong Kenjeran. Yang ada hanya kilatan-kilatan mata pedang, mereka ke
Gembong Kenjeran menggeram murka. Sungguh tak disangka serangan-serangannya dapat dihindari lawan dengan begitu mudah. Maka diiringi teriakannya yang nyaring, serangannya pun makin diperhebat. Putaran-putaran rantai bajanya pun makin mengiriskan. Saking cepatnya, membuat rantai baja itu berubah jadi gulungan hitam yang siap mengancam tubuh Dewa Kegelapan kapan saja. Belum lagi hantaman tangan kirinya yang setiap waktu bisa saja merenggut nyawa.Serrr! Serrr!Namun ringan saja Dewa Kegelapan melemparkan tubuhnya ke sana kemari menghindari serangan. Dan setelah beberapa jurus berlangsung, barulah Dewa Kegelapan melompat jauh mengambil jarak. Kedua telapak tangannya kini telah memerah hingga ke pangkal siku, pertanda mulai mengeluarkan jurus andalan 'Tangan Merah'."Bangsat tua! Apakah kau tetap tidak mau mengakui kekuasaanku dan tunduk di bawah perintahku?" kata Dewa Kegelapan sebelum melepas serangan balasan. Sengaja ia memberi kesempatan pada lawan untuk berpiki
"Bagus! Senang sekali aku mendengar kesaggupanmu, Gembong Kenjeran. Sekarang juga kau adalah bawahanku. Hutan Kenjeran ini pun jadi kekuasaanku! Ha ha ha...!"Dewa Kegelapan mengangkat kakinya dari leher Gembong Kenjeran seraya mendongak. Lagaknya pongah sekali, seolah ingin menantang makhluk penghuni angkasa raya."Aku ingin bertanya padamu, Gembong Kenjeran," kata Dewa Kegelapan tiba-tiba. Tatapannya kini beralih pada sosok laki-laki berjubah kuning di bawahnya. Dingin sekali. "Sebenarnya aku pun sedang mencari pembunuh kedua orangtua ku. Menurut keterangan Nenek Rambut Putih, justru keempat orang gurukulah yang telah membunuh kedua orangtua ku.""Ya... itu memang bisa jadi...," sahut Gembong Kenjeran, terengah-engah."Apa maksudmu, Gembong Kenjeran?""Begini...," Gembong Kenjeran menelan ludah. "Konon, Empat Iblis Merah itu paling senang mempunyai murid yang terlahir pada malam Jumat Kliwon. Dan seperti biasanya, mereka selalu membunuh kedua ora
Trang! Trang!Mudah saja bagi Arum Sari menghadapi keroyokan itu dengan mengibaskan pedangnya. Malah kalau mau, bukan mustahil nyawa para pengeroyok melayang saat itu juga terkena sambaran pedangnya. Namun, gadis ini tak sampai hati melukai para pengeroyoknya. Apalagi sampai membunuh. Meskipun mereka jelas bermaksud jahat. Arum Sari tetap tidak mau menurunkan tangan maut. Ia hanya sekadar memberi peringatan dengan tamparan dan tendangan-tendangan. Sedang pedang di tangan kanannya hanya digunakan untuk menangkis serangan pedang!Desss! Desss!Dua kali kaki Arum Sari bergerak, maka dua orang pengeroyoknya roboh tak dapat bangun lagi. Keadaan ini tentu saja membuat kecut nyali para pengeroyok. Mereka tak ingin terhina dengan dikalahkan oleh seorang gadis kemarin sore. Berpikir sampai di sini, para pengeroyok kembali menerjang murid Nenek Rambut Putih itu."Hea...! Hea...!"Arum Laras tak mau kepalang tanggung. Melihat para pengeroyoknya makin nekat, h
"Ha ha ha...! Kenapa galak-galak amat, Cah Ayu? Baiknya turuti saja kemauanku!" tawa Gembong Kenjeran, amat menyakitkan hati."Tua bangka keparat! Aku akan mengadu jiwa denganmu!" dengus Arum Sari tak dapat lagi mengendalikan amarah.Saat itu pula si gadis mengerahkan tenaga dalamnya, membuat kedua telapak tangannya berubah jadi putih."Makanlah aji 'Gada Bumi'-ku! Heaa...!"Disertai teriakan membelah udara, si gadis cepat menghantamkan kedua telapak tangannya ke depan. Seketika melesat dua larik sinar putih berkilauan ke arah Gembong Kenjeran.Wesss! Wesss!Gembong Kenjeran tak mau kalah. Segera dikerahkannya aji 'Palu Godam'. Namun sayangnya baru saja tenaga dalamnya dikerahkan, tiba-tiba saja dadanya terasa nyeri bukan main akibat luka dalamnya yang belum sembuh benar sewaktu bertarung dengan Dewa Kegelapan."Heh!"Gembong Kenjeran terperangah kaget. Seketika parasnya jadi pucat pasi. Untuk menghindar jelas sudah terlambat.
Dan.... Bret! Bret!"Aauuwww...!"Arum Sari memekik kaget seraya melompat ke belakang. Dua kali tangan Dewa Kegelapan mengayun, membuat pakaian Arum Sari seketika terkuak lebar menampakkan lekuk-lekuk tubuhnya yang menantang. Bahkan jari-jari tangan pemuda itu sempat pula menowel sepasang payudara si gadis."Demi Tuhan, aku akan mengadu nyawa denganmu, Monyet Buduk!" lengking Arum Sari penuh kemarahan. Sebentar-sebentar tangannya harus meraih pakaiannya yang terkuak, menampakkan sebagian tubuhnya yang menggiurkan.Di hadapannya, Dewa Kegelapan tertawa bergelak. Sebagian robekan pakaian Arum Sari sempat diputar-putarkan di atas kepala, sebelum akhirnya dilemparkan."Boleh saja kita mengadu nyawa. Asal, kita sudah bermain cinta terlebih dulu," ejek Dewa Kegelapan.Geram, jengkel, marah, dan malu bercampur aduk dalam dada Arum Sari. Apalagi, menyadari dirinya tak mampu berbuat banyak terhadap musuh besarnya. Malah kini pakaiannya robek memanjan
Tukkk! Tukkk!Dua kali Manggala berhasil mematuk kepala Dewa Kegelapan. Namun pada saat yang sama bogem mentah Dewa Kegelapan meluncur cepat ke dada.Dess!"Aaah...!"Telak sekali dada pemuda dari sungai ular mendapat hantaman yang tak terduga-duga. Si Buta dari Sungai Ular dan Dewa Kegelapan sama-sama menjerit tertahan dengan tubuh sama-sama terjajar ke belakang. Tapi Dewa Kegelapan yang sudah tak sabar lagi untuk mengakhiri pertarungan segera mengerahkan pukulan 'Darah Iblis', membuat kedua telapak tangannya berubah jadi hitam legam hingga ke pangkal."Oooo...! Rupanya kau mulai main-main dengan pukulan maut, ya? Boleh. Aku selalu siap melayanimu!" ejek Si Buta dari Sungai Ular, memanas-manasi.Dewa Kegelapan hanya mengeretakkan gerahamnya. Tak sepatah kata pun terucap dari kedua bibirnya yang bergetar, saking tak kuatnya menahan gelegak amarah."Heaaa...!"Dan disertai teriakan keras serta tenaga dalam penuh Dewa Kegelapan s
Kresss! Kresss!"Aaa...!"Terdengar tulang-belulang Dewa Kegelapan remuk. Jerit kesakitan Dewa Kegelapan pun menggema merobek angkasa. Namun seperti tak mau peduli dengan jeritan yang terdengar, Si Buta dari Sungai Ular terus mengganyang tubuh Dewa Kegelapan."Gggrrr...!"Si Buta dari Sungai Ular mengombang-ambingkan tubuh lawannya ke sana kemari. Tanpa mempedulikan apa pun, terus dipermainkannya tubuh Dewa Kegelapan."Manggala! Jangan kau bunuh! Aku telah berjanji di depan makam guruku untuk membunuh manusia itu dengan tanganku sendiri!" teriak Arum Sari, tiba-tiba."Gggrrr!"Sepasang mata putih itu sejenak menatap tajam Arum Sari. Sementara tubuh Dewa Kegelapan yang lemas sesekali terlihat menggeliat-geliat."Manggala! Lekas lemparkan manusia iblis itu kemari!" teriak Arum Sari lagi."Ggggrrr! Ggggrrr!"Mendengar gerengan raksasa itu, tanpa sadar Arum Sari menyurutkan langkah ke belakang. Hatinya khawatir juga k
Roh Dewa Petir segera melayang ke atas dengan membawa batu hitam tadi. Kendati sinar-sinar hitam yang mencelat dari batu itu tak putus, namun bahaya mulai mereda karena semakin lama batu itu semakin tinggi dibawa terbang. Mendapati hal itu, Si Buta dari Sungai Ular menghela napas lega. "Rasanya... sudah berakhir ketegangan ini." Tetapi dia keliru! Rupanya bahaya belum berhenti sampai di Sana. Karena mendadak saja terdengar suara berderak yang sangat keras laksana topan hantam pesisir. Menyusul rengkahnya tanah di beberapa penjuru. Si Buta dari Sungai Ular seketika berseru seraya menyambar tangan Dewi Awan Putih, "Menyingkir!" Hantu Caping Baja yang semula tercengang tak percaya melihat Roh Dewa Petir raksasa yang keluar dari dada Manggala, segera bertindak cepat. Kedua kakinya dijejakkan di atas tanah, saat itu pula tubuhnya mumbul ke angkasa! Tanah yang rengkah itu bergerak sangat cepat, membujur dan memburu disertai suara menggemuruh yang mengerikan. Debu-debu beterbangan disert
Bukan hanya Manusia Angin yang palingkan kepala, Dayang Harum pun segera menoleh. Sepasang mata si gadis mendadak terkesiap, tatkala sinar hitam berkilat-kilat menggebah ke arahnya.Mendapati serangan yang ganas itu, salah seorang dari Dayang-dayang Dasar Neraka segera surutkan langkah tiga tindak ke belakang. Kejap itu pula dia siap lepaskan pukulan 'Kabut Gurun Es'!Namun sebelum dilakukan, mendadak saja terdengar suara letupan yang sangat keras dan muncratnya sinar hitam yang dilepaskan oleh Iblis Tanpa Jiwa. Menyusul kemudian tubuh lelaki itu mencelat ke belakang disertai seruan tertahan, "Keparat busuk!"Tatkala kedua kakinya hinggap kembali di atas tanah, kepalanya segera dipalingkan ke kanan dan ke kiri. Makiannya terdengar walau pelan, "Setan keparat! Siapa lagi orangnya yang hendak bikin masalah!"Bukan hanya Iblis Tanpa Jiwa yang heran mendapati putusnya serangan yang dilakukannya, Dayang Harum pun terkesiap kaget dengan mulut menganga. Gadis in
Buang Totang Samudero tak mau tinggal diam. Disertai teriakan keras, mendadak saja terdengar deru angin kencang yang disusul dengan berkelebatnya seberkas sinar kuning dan merah mengarah pada Iblis Tanpa Jiwa!Blaaar! Blaaarr!Terdengar letupan sangat dahsyat bersamaan muncratnya sinar hitam, kuning dan merah ke berbagai tempat! Masing-masing orang surut ke belakang. Sosok Iblis Tanpa Jiwa nampak bergetar. Hanya sekejap karena kejap lain kedua kakinya telah tegak berdiri.Di seberang, sosok Buang Totang Samudero bergetar kendati tubuhnya tetap berada sejengkal di atas tanah. Darah mengalir dari sudut-sudut bibirnya."Celaka! Rasanya aku tak akan mampu menghadapi manusia satu ini!" desisnya tegang. Tetapi di lain kejap sepasang matanya terbuka lebih lebar. "Peduli setan! Apa pun yang terjadi, aku akan tetap bertahan!"Habis membatin begitu, mendadak saja membersit sinar kuning dan merah dari tubuh Buang Totang Samudero. Menyusul sosoknya telah meles
Berpikir demikian, mendadak saja Manggala melepaskan diri dari rangkulan Dewi Awan Putih disertai dorongan keras. Gadis berbaju jingga itu terkejut. Seraya keluarkan pekikan tertahan, tubuh gadis itu terguling ke depan.Manggala langsung melompat ke udara, berputar dua kali guna hindari sambaran sinar hitam, lalu berdiri tegak di atas tanah dengan wajah tegang dan kesiagaan tinggi. Begitu berdiri tegak, dengan cepat diputar kedua tangannya ke atas, lalu ke bawah dan kembali ke atas. Menyusul diusapnya kedua tangannya satu sama lain. Lalu diusapkan tangan kanannya pada dadanya yang terdapat rajahan petir. Usai dilakukan semua itu, mendadak saja sebuah bayangan raksasa melesat dari rajahan petir yang terdapat pada kanan kiri lengannya. Melayang-layang tanpa mengeluarkan suara sama sekali. Rupanya Si Buta dari Sungai Ular telah mengeluarkan ilmu 'Inti Roh Dewa Petir'.Kejap kemudian, sambil dongakkan kepala, pemuda dari Sungai Ular ini berseru, "Dewa Petir! Angkat dan baw
"Ada satu kekuatan yang nampaknya melingkupi batu ini," Manggala membatin tatkala menyadari Dewi Awan Putih belum berhasil menggeser batu itu. Bahkan dilihatnya gadis itu sudah berkeringat.Hantu Caping Baja berkata, "Menyingkir! Biar aku coba untuk menggulingkannya!"Setelah Dewi Awan Putih menyingkir dengan masih tak mempercayai apa yang lelah dilakukannya, si nenek yang sebagian wajahnya ditutupi caping terbuat dari baja yang sangat berat namun si nenek kelihatan biasa-biasa saja, segera mendorong batu besar hitam itu. Yang terjadi kemudian, sama seperti yang dialami oleh Dewi Awan Putih. Batu itu tetap tak bergeser!Menjadi ngotot Hantu Caping Baja. Tetapi sekian lama mencoba mendorongnya dengan lipat gandakan tenaga dalamnya, batu itu tetap tak bergeser.Manggala membatin, "Benar-benar luar biasa. Kekuatan yang ada pada batu ini seperti mengisyaratkan satu bahaya lain." Lalu katanya, "Sebaiknya... kita bersama-sama mendorong batu ini. Dan bersiap bil
Pemuda dari Sungai Ular itu tak segera menjawab pertanyaan si nenek berpakaian putih gombrang. Pandangannya tertuju lekat ke depan."Menurut Dewi Awan Putih, di tempat yang bernama Bulak Batu Bulan akan terdapat sebuah batu yang disebut Batu Bulan. Di bawah batu itulah terdapat petunjuk di mana Kitab Pamungkas berada. Dan dikatakannya juga, kalau bahaya akan mengancam bila ada yang berhasil menggeser Batu Bulan. Bila memang tak jauh dari dua bukit itu adalah tempat yang disebut Bulak Batu Bulan, apakah Guru sudah berada di sana?" pikir Manggala.Si nenek yang sebagian wajahnya tertutup caping lebar terbuat dari baja namun sedikit pun tak merasa kepayahan mengenakannya, arahkan pandangannya pada Si Buta dari Sungai Ular yang masih terdiam, "Apakah kau memikirkan sesuatu?"Manggala mengangguk."Ya! Aku seperti... ah, sudahlah. Untuk memastikan apakah tempat itu yang disebut Bulak Batu Bulan, kita memang sebaiknya segera ke sana."Habis kata-kata itu
Pemuda berpakaian abu-abu ini terkesiap mendapati serangan perempuan bertopeng perak yang ganas. Segera dia membuang tubuh ke kiri. Bersamaan dengan itu tubuhnya langsung dihempos ke depan seraya mendorong kedua tangannya.Dewi Topeng Perak kertakkan rahangnya. Tubuhnya segera dienjot ke atas menghindari gebrakan Wulung Seta. Masih berada di udara, dia memutar tubuhnya. Kejap lain tubuhnya sudah menderu deras ke arah Wulung Seta.Terburu-buru murid mendiang Ki Alam Gempita ini menghindar dan mengangkat kedua tangannya.Des! Des!Dua pukulan bertenaga dalam tinggi itu berbenturan keras. Sosok Dewi Topeng Perak langsung melenting ke belakang dan tegak kembali di atas tanah dengan kedua kaki dipentangkan. Dari balik topeng perak yang dikenakannya, sepasang mata perempuan berpakaian kuning cemerlang ini menusuk dalam.Sementara itu, Wulung Seta surut tiga tindak ke belakang. Dadanya terasa nyeri dengan kedua tangan yang terasa remuk."Aku tak bo
"Aku juga belum dapat memastikan ke mana arah yang akan kita tempuh, Rayi. Sayangnya Raja Siluman Ular Putih tidak memberitahukan secara pasti. Rayi... apakah kau pikir Manggala sudah tiba di sana?""Aku tidak tahu. Tetapi mengingat waktu yang diberikan oleh Raja Siluman Ular Putih, seharusnya Kang Manggala sudah tiba di Bulak Batu Bulan. Bagaimana menurutmu sendiri?""Aku tidak tahu pasti."Di tempatnya sepasang mata Dewi Topeng Perak membuka cerah. "Hmmm... kedua remaja ini rupanya juga menuju ke Bulak Batu Bulan. Wajah keduanya nampaknya tak asing dalam ingatanku. Mendengar kata-kata keduanya, rupanya Raja Siluman Ular Putih juga melibatkan diri dalam urusan ini. Setahuku, lelaki itu adalah salah seorang dari guru Si Buta dari Sungai Ular. Peduli setan! Bila aku berhasil memiliki Kitab Pamungkas, semua keinginanku termasuk membunuh Si Buta dari Sungai Ular dan Buang Totang Samudero akan terlaksana dengan mudah."Karena terlalu gembira itulah tanpa seng
Berlutut dan menangis tersedu-sedu Dayang Pandan meratapi nasib sialnya. Beberapa saat kemudian terdengar teriakannya kalap, "Kubunuh kau! Kubunuh kau!"Tanpa membetulkan pakaiannya, gadis yang baru saja mengalami nasib sial ini berkelebat ke arah perginya Iblis Tanpa Jiwa dengan teriakan-teriakan keras.-o0o-DUA hari berlalu lagi dalam kehidupan manusia. Sesungguhnya, waktu kerap datang bertubi-tubi. Meluruk dan terkadang menikam dalam, hingga manusia yang lupa, khilaf ataupun mencoba tak perduli akan tergilas oleh waktu. Tetapi yang kerap menghargai waktu, maka dia akan berjalan lurus dan dapat mengendalikan waktu.Dalam hamparan malam yang pekat, tiga sosok tubuh menghentikan kelebatan masing-masing di sebuah jalan setapak yang dipenuhi semak belukar. Bintang gemintang yang biasanya bertaburan malam ini entah pergi ke mana. Sejenak sunyi mengerjap disertai suara binatang-binatang malam."Dua hari sudah kita mencoba melacak di mana