"Hmm.... Angin Racun Barat... ya, ya... selintas aku pernah mendengar julukan itu. Kalau tidak salah, dia adalah murid Iblis Cadas Siluman. Anak muda... tadi kau katakan dia bersama Manusia Serigala?"
"Betul, Orang Tua."
Raja Ular Baja Putih terdiam sambil usap jenggot putihnya yang panjang menjuntai.
"Aku juga sedang mencoba mencari Manusia Serigala. Anak muda... apakah kau pernah mendengar berita ramai tentang Anting Mustika Ratu?"
Pendekar Judi ragu-ragu menjawab.
Didengarnya lagi Raja Ular Baja Putih berkata, "Rimba persilatan ini tak pernah surut dari urusan dendam dan benda sakti yang diinginkan orang-orang serakah. Entah sampai kapan semuanya bisa tertutup dan jadi satu lingkaran kebaikan. Sulit meramalkan soal ini. Peramal Sakti alias Malaikat Judi pun tak akan mampu menduga. Orang muda... entah mengapa firasatku mengatakan kalau gadis yang kau cari yang berjalan bersama Manusia Serigala akan tiba di sebuah tempat yang cukup jauh dari sini"
Mata Dewa keluarkan dengusan sambil palingkan kepala. "Kalau kau hendak mendapatkan jawaban jujur, kukatakan padamu, yang kuingat pada Dewi Segala Impian bukan lagi persoalan cinta! Tetapi perbuatannya yang tak pernah kumengerti mengapa dia mengkhianati kesetiaanku!"Di luar dugaan siapa pun, Manggala justru menyahut, "Bagus! Kalau begitu kau tentunya sudah tidak patah hati lagi, bukan?""Busyet! Apa-apaan kau ini, hah!" bentak Mata Dewa keras. Lalu menyambung dalam hati, "Tak seorang pun yang tahu, betapa hancur sebenarnya perasaanku ini."Bukannya menyahuti kata-kata orang itu, Si Buta dari Sungai Ular justru palingkan kepalanya pada perempuan setengah baya yang masih cantik dan mengenakan tudung kepala berbentuk kerucut."Dewi.,, apakah kau selama ini pernah menikah?"Ganti Dewi Bulan yang melengak dan mundur satu tindak mendapati pertanyaan itu. Sejenak perasaannya dibuncah kegalauan. Lalu dengan suara agak bergetar dia berkata, "Manggala... me
SINAR SENJA telah meredup melingkari bumi, melingkari pula sebuah lembah yang dipenuhi dengan batu-batu karang besar. Kesunyian meraja layaknya berada dalam tanah pemakaman yang luas. Beberapa buah pohon tumbuh di lembah itu yang dikerjapi angin sangat dingin. Tempat itulah yang disebut, Lembah Hantu.Dalam senja yang makin menipis dan lingkaran kesunyian, mendadak saja terpecahkan oleh suara cekikikan yang sangat keras. Di sebelah timur, beberapa batu karang berguguran terhantam gelombang cekikikan itu. Namun anehnya, di sekitar cekikikan itu terjadi, tak ada tanda-tanda pengrusakan akibat cekikikan dahsyat tadi.Di sela cekikikan itu, terdengar suara yang cukup nyaring, "Luar biasa! Sungguh luar biasa! Sejak tadi kita mengulangi mencari, tetapi bocah nakal itu tak nampak juga! Hebat kalau dia bisa bersembunyi! Dan lebih hebat lagi kalau ternyata dia memang tak ada di sini!""Hehehe... mungkin kau dipermainkannya, Polong!" terdengar satu suara diiringi
"Hik... hik... hik.... Raja Arak, kalaupun kubilang gajah memang benar adanya, bukan? Heran... ada manusia yang besarnya lima kali tong!" sahut Naga Selatan lalu mendekati muridnya sementara Raja Arak menenggak lagi arak dalam pundinya dengan cepat."Ke mana saja kau, Bocah Nakal? Dan kulihat kau membawa teman? Mengapa kedua temanmu itu tidak mendekat kemari? Hik... hik... hik... apakah mereka tidak punya kaki?""Nenek! Jangan berbicara begitu! Kak Diah dan Kak Baruna sahabat-sahabat baruku yang baik hati!" seru Naga Kecil. "Aku akan mengajak mereka ke sini, Nek! Biar mereka berkenalan dengan nenekku yang suka terkikik ini!"Naga Selatan terkikik sambil menggeleng-gelengkan kepala mendengar kata-kata muridnya yang telah berkelebat ke arah Angin Racun Barat dan Manusia Serigala yang berdiri saja, setelah Naga Kecil mendadak melompat dari gendongan Manusia Serigala dan berlari ke arah Naga Selatan tadi."Kucing Besar! Ayo, gendong aku lagi! Kalian akan kupe
Naga Kecil palingkan kepalanya. Sambil menunduk dia menyahut, "Habisnya... aku kesepian di sini, Nek. Jadinya aku keluar dari sini.""Bagaimana dengan janjimu?""Kalau aku melanggar janji, maka aku harus berlatih selama dua hari dua malam penuh tanpa beristirahat!" sahut Naga Kecil dengan suara tersekat di tenggorokan"Hik... hik... hik... bocah pintar! Tetapi mengapa kau masih berdiam di situ, hah?""Tetapi Nenek... aku berjanji pada Kucing Besar dan Kakak Diah untuk bermain-main....""Kalau kau berjanji, kau harus menepatinya."Naga Kecil mendongak. Dengan pancaran mata polos penuh kegembiraan milik seorang bocah dia berkata, "Jadi aku boleh melakukannya, Nenek?""Sudah tentu kau boleh melakukannya. Tetapi kau tunaikan dulu janjimu kepadaku. Ayo, pergi sana ke lembah sebelah timur di mana kau setiap kali berlatih! Ingat, selama dua hari dua malam kau harus terus berlatih! Dan sebelum waktunya, kau tak boleh kembali....""Teta
Sambil melangkah, perempuan tua bongkok tanpa gigi yang di kedua kaki kurusnya melingkar gelang kerincing palingkan kepala pada lelaki bertubuh besar luar biasa yang melangkah di sisinya dengan tubuh sempoyongan, "Lelaki tambun seperti tong! Apakah perutmu belum puas juga diisi arak-arak celaka itu?"Lelaki tua bertubuh gemuk luar biasa yang di pinggangnya melilit angkin warna merah kehitaman yang dicanteli beberapa buah pundi arak menjawab dengan tubuh limbung, "Jangan bicara sembarangan, Sayangku, Pujaanku, Kekasihku? Lama kelamaan aku bisa jitak kepalamu sampai benjol!"Di belakang kedua tokoh aneh yang tak lain Naga Selatan dan Raja Arak itu, gadis berpakaian ringkas biru kehitaman yang rambutnya di kepang dua itu membatin, "Benar-benar luar biasa! Kalau semula aku tak mendengar jeritan Naga Kecil, kali ini aku benar-benar mendengarnya. Sungguh hebat kedua tokoh aneh yang rada-rada itu!"Di sebelah kanan gadis berkepang dua yang tak lain Angin Racun Barat ad
Sesaat terlihat Datuk Bayangan melengak. Kejap lain sambil keluarkan makian keras, kedua tangannya bergerak.Wussss!Manusia Serigala cepat putar tubuh sebelum dirinya justru yang akan dijadikan sasaran serangan lelaki kurus itu. Masih memutar tubuhnya, seperti layaknya seekor kuda kedua kaki belakangnya menendang.Plak!Tepat menghantam wajah Datuk Bayangan yang berkat air rendaman Anting Mustika Ratu membuatnya kebal terhadap jenis pukulan sakti sekalipun. Makanya, tendangan Manusia Serigala tadi dirasakan seperti usapan belaka.Kendati demikian, dia tak suka menerima tendangan itu. Makanya lelaki kurus berwajah cekung ini segera meradang. Dengan cepat dia melompat siap menyambar leher lelaki berbulu hitam lebat yang baru saja hinggap kembali ke tanah.Namun satu bayangan biru kehitaman sudah menderu ke arah Datuk Bayangan diiringi teriakan keras,"Menjauh, Baruna!"Des! Des!Sambaran kedua tangan Datuk Bayangan terhad
Tanpa banyak ucap, lelaki kurus berjubah putih itu sudah menyerang lagi dengan kedua tangan yang telah dialirkan tenaga dalam berlipat ganda. Namun.... Seperti yang terjadi pertama tadi, sosok Raja Arak tahu-tahu sudah menyingkir hingga serangannya gagal. Dan dengan penuh nikmat, lelaki gemuk itu menenggak lagi araknya seraya berseru pada Naga Selatan yang terkikik."Polong! Apakah aku sedang bermimpi? Kulihat tadi ada bayangan putih yang berkelebat di sampingku? Apakah itu sebangsa jin, siluman, iblis, atau... bebek putih? Ya, ya... aku yakin itu hanya seekor bebek putih!"Gluk... gluk... gluk....Sementara Naga Selatan terkikik sambil mengangkat tubuh Naga Kecil yang pingsan, Angin Racun Barat yang berada di sebelah kanan Manusia Serigala memandang tak percaya pada sikap tokoh-tokoh aneh itu."Apakah keterlaluan bila kukatakan kalau mereka sudah tak punya otak? Menghadapi manusia kejam yang penuh ambisi untuk membunuh begitu mereka masih bersikap santai
Gluk... gluk... gluk...."Raja Arak... pantas dia berani jual lagak di sini! Rupanya dia memiliki kekebalan. Dan aku yakin... tak ada ilmu kebal sedahsyat seperti yang diperlihatkan bila bukan karena khasiat Anting Mustika Ratu! Hik... hik... hik... rupanya lelaki kurus itu, entah bagaimana caranya, berhasil mendapatkan Anting Mustika Ratu. Kalau begitu, percuma kita menunggu hasil kerja Si Buta dari Sungai Ular...." Naga Selatan alihkan pandangan pada Datuk Bayangan yang sedang berdiri jumawa dan bertambah yakin kalau keadaan ini sangat menguntungkan baginya."Hei, Orang Jelek Kurus! Benarkah yang kukatakan kalau kau sudah mendapatkan Anting Mustika Ratu!""Perempuan peot ompong!" sambar Datuk Bayangan menyeringai lebar. "Bila kau sudah menduga seperti itu dan tahu kehebatan Anting Mustika Ratu, mengapa kau tak segera menjatuhkan tubuh untuk menyembahku, hah!"Bukannya ngeri mendengar ancaman orang itu, perempuan tua bertongkat hitam yang di ujungnya ter
Roh Dewa Petir segera melayang ke atas dengan membawa batu hitam tadi. Kendati sinar-sinar hitam yang mencelat dari batu itu tak putus, namun bahaya mulai mereda karena semakin lama batu itu semakin tinggi dibawa terbang. Mendapati hal itu, Si Buta dari Sungai Ular menghela napas lega. "Rasanya... sudah berakhir ketegangan ini." Tetapi dia keliru! Rupanya bahaya belum berhenti sampai di Sana. Karena mendadak saja terdengar suara berderak yang sangat keras laksana topan hantam pesisir. Menyusul rengkahnya tanah di beberapa penjuru. Si Buta dari Sungai Ular seketika berseru seraya menyambar tangan Dewi Awan Putih, "Menyingkir!" Hantu Caping Baja yang semula tercengang tak percaya melihat Roh Dewa Petir raksasa yang keluar dari dada Manggala, segera bertindak cepat. Kedua kakinya dijejakkan di atas tanah, saat itu pula tubuhnya mumbul ke angkasa! Tanah yang rengkah itu bergerak sangat cepat, membujur dan memburu disertai suara menggemuruh yang mengerikan. Debu-debu beterbangan disert
Bukan hanya Manusia Angin yang palingkan kepala, Dayang Harum pun segera menoleh. Sepasang mata si gadis mendadak terkesiap, tatkala sinar hitam berkilat-kilat menggebah ke arahnya.Mendapati serangan yang ganas itu, salah seorang dari Dayang-dayang Dasar Neraka segera surutkan langkah tiga tindak ke belakang. Kejap itu pula dia siap lepaskan pukulan 'Kabut Gurun Es'!Namun sebelum dilakukan, mendadak saja terdengar suara letupan yang sangat keras dan muncratnya sinar hitam yang dilepaskan oleh Iblis Tanpa Jiwa. Menyusul kemudian tubuh lelaki itu mencelat ke belakang disertai seruan tertahan, "Keparat busuk!"Tatkala kedua kakinya hinggap kembali di atas tanah, kepalanya segera dipalingkan ke kanan dan ke kiri. Makiannya terdengar walau pelan, "Setan keparat! Siapa lagi orangnya yang hendak bikin masalah!"Bukan hanya Iblis Tanpa Jiwa yang heran mendapati putusnya serangan yang dilakukannya, Dayang Harum pun terkesiap kaget dengan mulut menganga. Gadis in
Buang Totang Samudero tak mau tinggal diam. Disertai teriakan keras, mendadak saja terdengar deru angin kencang yang disusul dengan berkelebatnya seberkas sinar kuning dan merah mengarah pada Iblis Tanpa Jiwa!Blaaar! Blaaarr!Terdengar letupan sangat dahsyat bersamaan muncratnya sinar hitam, kuning dan merah ke berbagai tempat! Masing-masing orang surut ke belakang. Sosok Iblis Tanpa Jiwa nampak bergetar. Hanya sekejap karena kejap lain kedua kakinya telah tegak berdiri.Di seberang, sosok Buang Totang Samudero bergetar kendati tubuhnya tetap berada sejengkal di atas tanah. Darah mengalir dari sudut-sudut bibirnya."Celaka! Rasanya aku tak akan mampu menghadapi manusia satu ini!" desisnya tegang. Tetapi di lain kejap sepasang matanya terbuka lebih lebar. "Peduli setan! Apa pun yang terjadi, aku akan tetap bertahan!"Habis membatin begitu, mendadak saja membersit sinar kuning dan merah dari tubuh Buang Totang Samudero. Menyusul sosoknya telah meles
Berpikir demikian, mendadak saja Manggala melepaskan diri dari rangkulan Dewi Awan Putih disertai dorongan keras. Gadis berbaju jingga itu terkejut. Seraya keluarkan pekikan tertahan, tubuh gadis itu terguling ke depan.Manggala langsung melompat ke udara, berputar dua kali guna hindari sambaran sinar hitam, lalu berdiri tegak di atas tanah dengan wajah tegang dan kesiagaan tinggi. Begitu berdiri tegak, dengan cepat diputar kedua tangannya ke atas, lalu ke bawah dan kembali ke atas. Menyusul diusapnya kedua tangannya satu sama lain. Lalu diusapkan tangan kanannya pada dadanya yang terdapat rajahan petir. Usai dilakukan semua itu, mendadak saja sebuah bayangan raksasa melesat dari rajahan petir yang terdapat pada kanan kiri lengannya. Melayang-layang tanpa mengeluarkan suara sama sekali. Rupanya Si Buta dari Sungai Ular telah mengeluarkan ilmu 'Inti Roh Dewa Petir'.Kejap kemudian, sambil dongakkan kepala, pemuda dari Sungai Ular ini berseru, "Dewa Petir! Angkat dan baw
"Ada satu kekuatan yang nampaknya melingkupi batu ini," Manggala membatin tatkala menyadari Dewi Awan Putih belum berhasil menggeser batu itu. Bahkan dilihatnya gadis itu sudah berkeringat.Hantu Caping Baja berkata, "Menyingkir! Biar aku coba untuk menggulingkannya!"Setelah Dewi Awan Putih menyingkir dengan masih tak mempercayai apa yang lelah dilakukannya, si nenek yang sebagian wajahnya ditutupi caping terbuat dari baja yang sangat berat namun si nenek kelihatan biasa-biasa saja, segera mendorong batu besar hitam itu. Yang terjadi kemudian, sama seperti yang dialami oleh Dewi Awan Putih. Batu itu tetap tak bergeser!Menjadi ngotot Hantu Caping Baja. Tetapi sekian lama mencoba mendorongnya dengan lipat gandakan tenaga dalamnya, batu itu tetap tak bergeser.Manggala membatin, "Benar-benar luar biasa. Kekuatan yang ada pada batu ini seperti mengisyaratkan satu bahaya lain." Lalu katanya, "Sebaiknya... kita bersama-sama mendorong batu ini. Dan bersiap bil
Pemuda dari Sungai Ular itu tak segera menjawab pertanyaan si nenek berpakaian putih gombrang. Pandangannya tertuju lekat ke depan."Menurut Dewi Awan Putih, di tempat yang bernama Bulak Batu Bulan akan terdapat sebuah batu yang disebut Batu Bulan. Di bawah batu itulah terdapat petunjuk di mana Kitab Pamungkas berada. Dan dikatakannya juga, kalau bahaya akan mengancam bila ada yang berhasil menggeser Batu Bulan. Bila memang tak jauh dari dua bukit itu adalah tempat yang disebut Bulak Batu Bulan, apakah Guru sudah berada di sana?" pikir Manggala.Si nenek yang sebagian wajahnya tertutup caping lebar terbuat dari baja namun sedikit pun tak merasa kepayahan mengenakannya, arahkan pandangannya pada Si Buta dari Sungai Ular yang masih terdiam, "Apakah kau memikirkan sesuatu?"Manggala mengangguk."Ya! Aku seperti... ah, sudahlah. Untuk memastikan apakah tempat itu yang disebut Bulak Batu Bulan, kita memang sebaiknya segera ke sana."Habis kata-kata itu
Pemuda berpakaian abu-abu ini terkesiap mendapati serangan perempuan bertopeng perak yang ganas. Segera dia membuang tubuh ke kiri. Bersamaan dengan itu tubuhnya langsung dihempos ke depan seraya mendorong kedua tangannya.Dewi Topeng Perak kertakkan rahangnya. Tubuhnya segera dienjot ke atas menghindari gebrakan Wulung Seta. Masih berada di udara, dia memutar tubuhnya. Kejap lain tubuhnya sudah menderu deras ke arah Wulung Seta.Terburu-buru murid mendiang Ki Alam Gempita ini menghindar dan mengangkat kedua tangannya.Des! Des!Dua pukulan bertenaga dalam tinggi itu berbenturan keras. Sosok Dewi Topeng Perak langsung melenting ke belakang dan tegak kembali di atas tanah dengan kedua kaki dipentangkan. Dari balik topeng perak yang dikenakannya, sepasang mata perempuan berpakaian kuning cemerlang ini menusuk dalam.Sementara itu, Wulung Seta surut tiga tindak ke belakang. Dadanya terasa nyeri dengan kedua tangan yang terasa remuk."Aku tak bo
"Aku juga belum dapat memastikan ke mana arah yang akan kita tempuh, Rayi. Sayangnya Raja Siluman Ular Putih tidak memberitahukan secara pasti. Rayi... apakah kau pikir Manggala sudah tiba di sana?""Aku tidak tahu. Tetapi mengingat waktu yang diberikan oleh Raja Siluman Ular Putih, seharusnya Kang Manggala sudah tiba di Bulak Batu Bulan. Bagaimana menurutmu sendiri?""Aku tidak tahu pasti."Di tempatnya sepasang mata Dewi Topeng Perak membuka cerah. "Hmmm... kedua remaja ini rupanya juga menuju ke Bulak Batu Bulan. Wajah keduanya nampaknya tak asing dalam ingatanku. Mendengar kata-kata keduanya, rupanya Raja Siluman Ular Putih juga melibatkan diri dalam urusan ini. Setahuku, lelaki itu adalah salah seorang dari guru Si Buta dari Sungai Ular. Peduli setan! Bila aku berhasil memiliki Kitab Pamungkas, semua keinginanku termasuk membunuh Si Buta dari Sungai Ular dan Buang Totang Samudero akan terlaksana dengan mudah."Karena terlalu gembira itulah tanpa seng
Berlutut dan menangis tersedu-sedu Dayang Pandan meratapi nasib sialnya. Beberapa saat kemudian terdengar teriakannya kalap, "Kubunuh kau! Kubunuh kau!"Tanpa membetulkan pakaiannya, gadis yang baru saja mengalami nasib sial ini berkelebat ke arah perginya Iblis Tanpa Jiwa dengan teriakan-teriakan keras.-o0o-DUA hari berlalu lagi dalam kehidupan manusia. Sesungguhnya, waktu kerap datang bertubi-tubi. Meluruk dan terkadang menikam dalam, hingga manusia yang lupa, khilaf ataupun mencoba tak perduli akan tergilas oleh waktu. Tetapi yang kerap menghargai waktu, maka dia akan berjalan lurus dan dapat mengendalikan waktu.Dalam hamparan malam yang pekat, tiga sosok tubuh menghentikan kelebatan masing-masing di sebuah jalan setapak yang dipenuhi semak belukar. Bintang gemintang yang biasanya bertaburan malam ini entah pergi ke mana. Sejenak sunyi mengerjap disertai suara binatang-binatang malam."Dua hari sudah kita mencoba melacak di mana