"Aku jarang mendengar suara seekor serigala seperti itu. Penuh irama. Dan sepertinya sebuah tanda. Ataukah sebuah pesan? Tetapi, pada siapa tanda atau pesan itu hendak disampaikan. Tak kulihat siapa pun di sini. Jangan-jangan, Dewi Segala Impian atau Raja Ular Baja Putih masih berada di sekitar sini dan pesan itu ditujukan pada mereka? Tetapi tak mungkin. Karena Dewi Segala Impian datang ke sini justru hendak mengetahui tentang Manusia Serigala, yang secara tidak langsung telah kudengar. dari orang tua berpakaian abu-abu ala seorang imam. Sementara Raja Ular Baja Putih sendiri datang, hanya dikarenakan kebiasaan Manusia Serigala pada setiap purnama keempat dalam setiap tahun selalu mendatangi tempat ini. Jangan-jangan... ada orang lain yang hendak disampaikan oleh pesan itu?"
Si Buta dari Sungai Ular terdiam kembali dengan pandangan tetap lekat pada orang penuh bulu yang kali ini menggereng dengan cara berdiri. Lalu merangkak kembali tak ubahnya seekor serigala. Dan anehnya,
Perempuan berpakaian merah terbuka di bagian dada dan terbelah hingga pangkal paha itu tertawa pendek seraya maju dua tindak. "Tak kusangka kalau selama ini perempuan yang selalu menjadi dambaan dan impian setiap laki-laki ternyata hanya serigala betina lapar yang tak tahan melihat sang pejantan, hingga melupakan orang yang pernah dicintai dan masih mencintai hanya untuk memuaskan nafsu busuk! Tak bedanya dengan pelacur-pelacur yang kehausan melihat laki-laki! Urusanku sebenarnya adalah dengan Mata Dewa! Tetapi kau terlalu lancang mencampurinya! Bahkan dengan sengaja kau mencabut nyawa sahabatku si Bocah Maut! Berarti, nyawamulah sebagai penggantinya!" Mendapati kata-kata Ratu Api wajah Dewi Segala Impian seketika berubah. Amarah membuncah dalam dadanya. Kedua tangannya mengepal. Tanpa banyak bicara lagi, kejap itu pula dia telah mencelat ke muka dengan tendangan lurus mengarah pada wajah Ratu Api diiringi teriakan dingin, "Lancang mencampuri urusanku, siapa pun past
Kendati sakit bukan alang kepalang, perempuan berpakaian merah yang telentang dengan menampakkan dua payudaranya yang menghadap ke atas membuka mulut, "Bunuh aku! Bunuh aku jika kau berani!" Dewi Segala Impian hanya menyambut dengan tawa. Tetapi jelas dia menindih kegeramannya mendengar ucapan orang. "Tanpa kubunuh pun kau akan mati dengan sendirinya! Aku tahu tulang punggungmu telah patah beberapa ruas! Dan berarti, kau tak akan sanggup lagi untuk berdiri!" Lalu disambungnya dengan ejekan yang semakin kentara, "Kau seharusnya berterima kasih kepadaku karena aku masih membiarkan kau menikmati kehidupan ini! Berada di bawah teriknya matahari yang sebentar lagi akan membesarkan sinarnya, kau akan merasa nyaman, Ratu Api! Dan satu lagi...." Tuk! Tuk! Tangan kanan Dewi Segala Impian bergerak cepat, menotok kedua pangkal paha Ratu Api yang saat itu juga tak bisa digerakkan. Habis mengumbar ejekannya dan menotok Ratu Api, perempuan berpakaian biru tua ini mengalihkan panda
"Aku tahu kalau Mata Dewa meninggalkan gugusan batu kapur tatkala mendengar kata-kata Iblis Sesat. Bisa kubayangkan betapa pedih sebenarnya hati orang tua yang selalu memejamkan kedua matanya ini."Tak mau membuat Mata Dewa seperti terbawa ingatannya, Si Buta dari Sungai Ular berkata, "Sebelumnya, aku melihat Dewi Segala Impian yang menuju Bukit Wampar Pupu. Lantas, kulihat Manusia Serigala yang berlari sambil membopong satu sosok tubuh.""Kata-katamu yang terakhir itulah yang membuatku tiba di tempat ini pula. Tetapi, orang yang berlari dengan sesekali mengeluarkan suara seperti gerengan seekor serigala itu demikian cepat menghilang. Mendengar perkataan mu tadi, jadi orang itu adalah Manusia Serigala. Hmmm... siapa orang itu sebenarnya?"Untuk sesaat Mata Dewa menghentikan kata-katanya. Lalu melanjutkan sambil menegakkan kepala. Kedua matanya masih tetap terpejam, "Orang muda... kau tentunya maklum dengan segala urusan lalu ku yang kini telah terbuka. Dapatkah
Manggala segera menindih kejengkelannya. Didengarnya Mata Dewa berujar, "Pertanyaan mudah tetapi sulit menjawabnya. Kehadiran Naga Selatan ternyata untuk mencari Iblis Cadas Siluman. Urusan apakah yang memaksa Naga Selatan mencari nenek bertelinga sebelah itu?""Hik... hik... hik... kagum aku dibuat oleh keberanianmu, Mata Dewa. Tak seharusnya aku membiarkan kau bernapas lebih lama. Tetapi mengingat siapa gurumu, aku masih bisa pandang dua mata kepadamu. Hanya saja, jangan terlalu lancang mengucapkan pertanyaan!"Mata Dewa kelihatan serba salah. Kepalanya kembali ditelengkan. "Bila pertanyaan tak berkenan di hati, harap maafkan. Orang yang kau cari memang pernah berjumpa denganku di gugusan batu kapur....""Hik... hik... hik.... Dan kau akan mengatakan nenek bertelinga sebelah itu telah pergi dari sana bukan? Seperti jawaban yang kudengar dari orang berkepala plontos yang berjuluk Beruang Mambang. Karena pertanyaan mendapat jawaban yang sama, berarti aku hanya m
Di Bukit Wampar Pupu, Ratu Api yang sudah dua hari dua malam tergolek tanpa daya mengeluarkan makian pendek. Keadaannya semakin lama bertambah payah. Terutama di bagian punggungnya yang setiap kali dia bergerak terasa sakit begitu menyiksa. Sementara kedua pangkal pahanya yang ditotok Dewi Segala Impian benar-benar seperti mati.Kedua matanya yang bagus namun kerap bersinar licik kali ini benar-benar tak memancarkan sinar apa-apa kecuali kepasrahan. Dua hari dia dipanggang teriknya matahari. Dua malam dia dihembusi angin dingin dan digayuti butiran embun. Masih untung hujan tidak turun. Dikarenakan beberapa tulang punggungnya patah itulah Ratu Api tak bisa berbuat apa-apa. Bila saja dia tak mendapat celaka seperti itu, sebulan lamanya berada di bawah air terjun pun keadaannya masih segar bugar!"Keparat betul perempuan berpakaian biru tua yang membuatku seperti ini! Bila saja aku tahu akan terjadi begini, sudah tentu dia kubunuh di saat menyamar sebagai orang yang bern
Perasaannya yang dibuncahi rasa tegang tadi, perlahan-lahan mulai tenang Kendati demikian, dia berusaha untuk bersikap waspada. Karena tak ingin mengalami nasib sial. Tempat semacam ini, bisa jadi menarik perhatian orang-orang jahat untuk bersembunyi.Terdengar desahan pendek perempuan ini, "Bagaimana aku bisa waspada kalau keadaanku seperti ini? Menghadapi orang yang tak berilmu saja aku bisa dikalahkan dengan mudah. Benar-benar celaka!"Perempuan ini kembali memaki-maki dirinya sendiri yang tak berdaya. Dan dia hampir saja mengeluarkan suara lagi, tatkala mendadak saja lehernya mengejang. Mulutnya yang tadi terbuka tak bisa dikatupkan. Belum lagi kekagetannya sirna, mendadak saja kedua tangannya yang tadi masih bisa digerakkan menjadi kaku. Kejap lain, terdengar suara tawa di belakangnya. "Aku merasa kasihan meninggalkanmu di sini, Perempuan Cantik. Apalagi udara sangat dingin. Kau akan kuberi kehangatan yang luar biasa dan tak akan pernah kau lupakan pengalaman yang
Perempuan yang tengah mencari Iblis Cadas Siluman ini terkikik lagi. "Hik... hik... hik... ternyata aku memiliki hati yang mulia! Kau beruntung berjumpa denganku kendati kau sudah menjadi mayat, Perempuan Malang! Oh! Bodoh-nya aku ini! Justru aku yang malang! Sekian lama mencari jejak Iblis Cadas Siluman, tetapi hingga hari ini belum nampak batang hidungnya! Hanya kabar belaka yang kudengar. Pertama dari orang berkepala plontos yang mengatakan Iblis Cadas Siluman berada di sekitar Goa Seratus Laknat, tetapi sudah meninggalkan tempat itu. Lalu pemuda pemberani yang nekat membohongi ku. Hik... hik...hik... aku ingin melihat apa yang akan dilakukannya menerima racun milikku itu. Masih beruntung nasibnya kuberikan racun yang masih membuatnya hidup selama tiga puluh hari. Kalau yang kuberikan hanya sekejap saja, sudah tentu pemuda sialan itu tak akan sempat kawin. Hik... hik... hik... tiga puluh hari pun dia tak akan sempat kawin. Tetapi siapa tahu dia mau melakukannya dengan kambing?"
Lalu perlahan-lahan pemuda dari Sungai Ular ini melangkah mendekat. Sangat perlahan karena dia mengkhawatirkan kalau-kalau Manusia Serigala justru akan melarikan diri. Tetapi orang penuh bulu itu tidak bergerak dari tempatnya. Sesekali mengeluarkan gerengan seperti tadi dengan kepala terangkat turun naik.Berjarak lima tombak, Manggala berhenti melangkah, bersamaan dengan pandangan tajam dari Manusia Serigala ke arahnya. Dari gigi-gigi yang runcing itu mengalir air liur."Tak salah. Pesan itu memang ditujukan kepadaku. Dia jelas sengaja mengeluarkan gerengan seperti itu ketika muncul di Bukit Wampar Pupu karena dia tentunya mengetahui kehadiranku. Tetapi kalau memang iya, mengapa dia melarikan diri saat kukejar? Oh! Jangan-jangan, dikarenakan kehadiran Mata Dewa yang mengejarnya. Setelah itu, orang penuh bulu yang ku yakini adalah Baruna, putra dari Dewi Segala Impian dan Iblis Sesat, menyusul ku. Dan baru keluar setelah melihat kepergian Mata Dewa."Setelah ter
Roh Dewa Petir segera melayang ke atas dengan membawa batu hitam tadi. Kendati sinar-sinar hitam yang mencelat dari batu itu tak putus, namun bahaya mulai mereda karena semakin lama batu itu semakin tinggi dibawa terbang. Mendapati hal itu, Si Buta dari Sungai Ular menghela napas lega. "Rasanya... sudah berakhir ketegangan ini." Tetapi dia keliru! Rupanya bahaya belum berhenti sampai di Sana. Karena mendadak saja terdengar suara berderak yang sangat keras laksana topan hantam pesisir. Menyusul rengkahnya tanah di beberapa penjuru. Si Buta dari Sungai Ular seketika berseru seraya menyambar tangan Dewi Awan Putih, "Menyingkir!" Hantu Caping Baja yang semula tercengang tak percaya melihat Roh Dewa Petir raksasa yang keluar dari dada Manggala, segera bertindak cepat. Kedua kakinya dijejakkan di atas tanah, saat itu pula tubuhnya mumbul ke angkasa! Tanah yang rengkah itu bergerak sangat cepat, membujur dan memburu disertai suara menggemuruh yang mengerikan. Debu-debu beterbangan disert
Bukan hanya Manusia Angin yang palingkan kepala, Dayang Harum pun segera menoleh. Sepasang mata si gadis mendadak terkesiap, tatkala sinar hitam berkilat-kilat menggebah ke arahnya.Mendapati serangan yang ganas itu, salah seorang dari Dayang-dayang Dasar Neraka segera surutkan langkah tiga tindak ke belakang. Kejap itu pula dia siap lepaskan pukulan 'Kabut Gurun Es'!Namun sebelum dilakukan, mendadak saja terdengar suara letupan yang sangat keras dan muncratnya sinar hitam yang dilepaskan oleh Iblis Tanpa Jiwa. Menyusul kemudian tubuh lelaki itu mencelat ke belakang disertai seruan tertahan, "Keparat busuk!"Tatkala kedua kakinya hinggap kembali di atas tanah, kepalanya segera dipalingkan ke kanan dan ke kiri. Makiannya terdengar walau pelan, "Setan keparat! Siapa lagi orangnya yang hendak bikin masalah!"Bukan hanya Iblis Tanpa Jiwa yang heran mendapati putusnya serangan yang dilakukannya, Dayang Harum pun terkesiap kaget dengan mulut menganga. Gadis in
Buang Totang Samudero tak mau tinggal diam. Disertai teriakan keras, mendadak saja terdengar deru angin kencang yang disusul dengan berkelebatnya seberkas sinar kuning dan merah mengarah pada Iblis Tanpa Jiwa!Blaaar! Blaaarr!Terdengar letupan sangat dahsyat bersamaan muncratnya sinar hitam, kuning dan merah ke berbagai tempat! Masing-masing orang surut ke belakang. Sosok Iblis Tanpa Jiwa nampak bergetar. Hanya sekejap karena kejap lain kedua kakinya telah tegak berdiri.Di seberang, sosok Buang Totang Samudero bergetar kendati tubuhnya tetap berada sejengkal di atas tanah. Darah mengalir dari sudut-sudut bibirnya."Celaka! Rasanya aku tak akan mampu menghadapi manusia satu ini!" desisnya tegang. Tetapi di lain kejap sepasang matanya terbuka lebih lebar. "Peduli setan! Apa pun yang terjadi, aku akan tetap bertahan!"Habis membatin begitu, mendadak saja membersit sinar kuning dan merah dari tubuh Buang Totang Samudero. Menyusul sosoknya telah meles
Berpikir demikian, mendadak saja Manggala melepaskan diri dari rangkulan Dewi Awan Putih disertai dorongan keras. Gadis berbaju jingga itu terkejut. Seraya keluarkan pekikan tertahan, tubuh gadis itu terguling ke depan.Manggala langsung melompat ke udara, berputar dua kali guna hindari sambaran sinar hitam, lalu berdiri tegak di atas tanah dengan wajah tegang dan kesiagaan tinggi. Begitu berdiri tegak, dengan cepat diputar kedua tangannya ke atas, lalu ke bawah dan kembali ke atas. Menyusul diusapnya kedua tangannya satu sama lain. Lalu diusapkan tangan kanannya pada dadanya yang terdapat rajahan petir. Usai dilakukan semua itu, mendadak saja sebuah bayangan raksasa melesat dari rajahan petir yang terdapat pada kanan kiri lengannya. Melayang-layang tanpa mengeluarkan suara sama sekali. Rupanya Si Buta dari Sungai Ular telah mengeluarkan ilmu 'Inti Roh Dewa Petir'.Kejap kemudian, sambil dongakkan kepala, pemuda dari Sungai Ular ini berseru, "Dewa Petir! Angkat dan baw
"Ada satu kekuatan yang nampaknya melingkupi batu ini," Manggala membatin tatkala menyadari Dewi Awan Putih belum berhasil menggeser batu itu. Bahkan dilihatnya gadis itu sudah berkeringat.Hantu Caping Baja berkata, "Menyingkir! Biar aku coba untuk menggulingkannya!"Setelah Dewi Awan Putih menyingkir dengan masih tak mempercayai apa yang lelah dilakukannya, si nenek yang sebagian wajahnya ditutupi caping terbuat dari baja yang sangat berat namun si nenek kelihatan biasa-biasa saja, segera mendorong batu besar hitam itu. Yang terjadi kemudian, sama seperti yang dialami oleh Dewi Awan Putih. Batu itu tetap tak bergeser!Menjadi ngotot Hantu Caping Baja. Tetapi sekian lama mencoba mendorongnya dengan lipat gandakan tenaga dalamnya, batu itu tetap tak bergeser.Manggala membatin, "Benar-benar luar biasa. Kekuatan yang ada pada batu ini seperti mengisyaratkan satu bahaya lain." Lalu katanya, "Sebaiknya... kita bersama-sama mendorong batu ini. Dan bersiap bil
Pemuda dari Sungai Ular itu tak segera menjawab pertanyaan si nenek berpakaian putih gombrang. Pandangannya tertuju lekat ke depan."Menurut Dewi Awan Putih, di tempat yang bernama Bulak Batu Bulan akan terdapat sebuah batu yang disebut Batu Bulan. Di bawah batu itulah terdapat petunjuk di mana Kitab Pamungkas berada. Dan dikatakannya juga, kalau bahaya akan mengancam bila ada yang berhasil menggeser Batu Bulan. Bila memang tak jauh dari dua bukit itu adalah tempat yang disebut Bulak Batu Bulan, apakah Guru sudah berada di sana?" pikir Manggala.Si nenek yang sebagian wajahnya tertutup caping lebar terbuat dari baja namun sedikit pun tak merasa kepayahan mengenakannya, arahkan pandangannya pada Si Buta dari Sungai Ular yang masih terdiam, "Apakah kau memikirkan sesuatu?"Manggala mengangguk."Ya! Aku seperti... ah, sudahlah. Untuk memastikan apakah tempat itu yang disebut Bulak Batu Bulan, kita memang sebaiknya segera ke sana."Habis kata-kata itu
Pemuda berpakaian abu-abu ini terkesiap mendapati serangan perempuan bertopeng perak yang ganas. Segera dia membuang tubuh ke kiri. Bersamaan dengan itu tubuhnya langsung dihempos ke depan seraya mendorong kedua tangannya.Dewi Topeng Perak kertakkan rahangnya. Tubuhnya segera dienjot ke atas menghindari gebrakan Wulung Seta. Masih berada di udara, dia memutar tubuhnya. Kejap lain tubuhnya sudah menderu deras ke arah Wulung Seta.Terburu-buru murid mendiang Ki Alam Gempita ini menghindar dan mengangkat kedua tangannya.Des! Des!Dua pukulan bertenaga dalam tinggi itu berbenturan keras. Sosok Dewi Topeng Perak langsung melenting ke belakang dan tegak kembali di atas tanah dengan kedua kaki dipentangkan. Dari balik topeng perak yang dikenakannya, sepasang mata perempuan berpakaian kuning cemerlang ini menusuk dalam.Sementara itu, Wulung Seta surut tiga tindak ke belakang. Dadanya terasa nyeri dengan kedua tangan yang terasa remuk."Aku tak bo
"Aku juga belum dapat memastikan ke mana arah yang akan kita tempuh, Rayi. Sayangnya Raja Siluman Ular Putih tidak memberitahukan secara pasti. Rayi... apakah kau pikir Manggala sudah tiba di sana?""Aku tidak tahu. Tetapi mengingat waktu yang diberikan oleh Raja Siluman Ular Putih, seharusnya Kang Manggala sudah tiba di Bulak Batu Bulan. Bagaimana menurutmu sendiri?""Aku tidak tahu pasti."Di tempatnya sepasang mata Dewi Topeng Perak membuka cerah. "Hmmm... kedua remaja ini rupanya juga menuju ke Bulak Batu Bulan. Wajah keduanya nampaknya tak asing dalam ingatanku. Mendengar kata-kata keduanya, rupanya Raja Siluman Ular Putih juga melibatkan diri dalam urusan ini. Setahuku, lelaki itu adalah salah seorang dari guru Si Buta dari Sungai Ular. Peduli setan! Bila aku berhasil memiliki Kitab Pamungkas, semua keinginanku termasuk membunuh Si Buta dari Sungai Ular dan Buang Totang Samudero akan terlaksana dengan mudah."Karena terlalu gembira itulah tanpa seng
Berlutut dan menangis tersedu-sedu Dayang Pandan meratapi nasib sialnya. Beberapa saat kemudian terdengar teriakannya kalap, "Kubunuh kau! Kubunuh kau!"Tanpa membetulkan pakaiannya, gadis yang baru saja mengalami nasib sial ini berkelebat ke arah perginya Iblis Tanpa Jiwa dengan teriakan-teriakan keras.-o0o-DUA hari berlalu lagi dalam kehidupan manusia. Sesungguhnya, waktu kerap datang bertubi-tubi. Meluruk dan terkadang menikam dalam, hingga manusia yang lupa, khilaf ataupun mencoba tak perduli akan tergilas oleh waktu. Tetapi yang kerap menghargai waktu, maka dia akan berjalan lurus dan dapat mengendalikan waktu.Dalam hamparan malam yang pekat, tiga sosok tubuh menghentikan kelebatan masing-masing di sebuah jalan setapak yang dipenuhi semak belukar. Bintang gemintang yang biasanya bertaburan malam ini entah pergi ke mana. Sejenak sunyi mengerjap disertai suara binatang-binatang malam."Dua hari sudah kita mencoba melacak di mana