“Anak Setan! Aku yakin, pasti yang membebaskan mu si keparat Dewi Kumara. Dan dia pula yang memberimu kepandaian!" Tahu-tahu Bunda Kurawa telah berada di halaman, setelah Angkin Maut menuturkan kisahnya pada Setan Cantik. Walaupun tidak seluruhnya dugaan Bunda Kurawa benar, namun cukup membuat Puspa Sari kagum. Karena dari gerakan-gerakan silat yang dimainkan Ketua Istana Ular Emas ia tahu kalau Angkin Maut telah memiliki kepandaian lebih.
Kedua telapak tangan Bunda Kurawa kini telah berubah jadi kuning keemasan. Begitu tubuhnya melompat, langsung dilontarkannya pukulan 'Racun Ular Emas' ke arah Angkin Maut.
Wesss...! Wesss...!
Maka seketika itu dua larik sinar kuning keemasan dari kedua telapak tangan Bunda Kurawa melesat menyerang Angkin Maut!
Pada saat yang sama, berpuluh-puluh murid Istana Ular Emas telah berhamburan keluar. Mereka siap menyerang Angkin Maut dengan pedang di tangan.
Puspa Sari sedikit pun tidak gentar menghadapi serangan
Bidadari Kecil makin kecewa saat melihat Manggala tampak gembira sekali mendengar sapaan Angkin Maut. Hal ini pulalah yang membuat hatinya uring-uringan. Tanpa sadar, ia pun mulai terbakar api cemburu!"Kau baik-baik saja di sini, Angkin? Apa Bunda Kurawa dan cecunguk-cecunguknya itu menyakitimu?" tanya Manggala penuh perhatian."Mereka memang menggangguku, Manggala. Tapi untungnya, aku dapat mengatasinya," sahut Angkin Maut dengan mata berbinar.Melihat keakraban Manggala dengan Angkin Maut, mendadak Gayatri jadi bungkam. Api cemburu makin membakarnya."Bagus, bagus! Rupanya kau telah mendapatkan Kitab Katak Bulan Sakti itu, Si Buta dari Sungai Ular. Bahkan kau telah mendapatkan pula Tombak Raja Iblis milik mendiang suamiku. Sekarang, lekas serahkan kedua benda itu padaku! Dan kau pun boleh mengajak gadismu yang cantik itu pergi dari sini!" kata Bunda Kurawa, memecah kebisuan yang sejenak terjadi."Memang aku akan menyerahkan Kitab Katak Bulan Sak
Kini dalam keadaan terdesak seperti itu, tak urung Bunda Kurawa mengeluarkan keringat dingin. Apalagi ketika dilihatnya Si Buta dari Sungai Ular mulai merangsek dengan jurus 'Terjangan Maut Ular Putih'!Mendapat desakan seperti ini Bunda Kurawa jadi nekat. Maka kali ini, ia bertekad untuk mengadu nyawa. Tanpa pikir panjang lagi tenaga dalamnya pun segera dilipatgandakan. Kedua telapak tangannya hingga ke pangkal siku makin berubah kuning keemasan. Namun belum sempat melontarkan pukulan 'Racun Ular Emas', tiba-tiba..."Bunda! Kami datang membantu. Bocah edan itu memang patut kita musnahkan demi mewujudkan cita-cita kita, Bunda!"Sebuah teriakan yang disertai berkeredepnya beberapa sinar kuning keemasan tiba-tiba menyerang Si Buta dari Sungai Ular. Akibatnya, terpaksa pemuda dari sungai ular itu mengurungkan serangan-serangannya!Alis Bunda Kurawa bertaut dalam, Di hadapannya kini berdiri sesosok perempuan cantik berpakaian kuning keemasan dengan rambut dig
Werrr! Werrr!Crakkk!"Aaakh...!"Teratai Emas menjerit setinggi langit. Saking bernafsunya ingin cepat membunuh Si Buta dari Sungai Ular, serangan-serangannya tak dapat dikendalikan. Di saat tengah menerjang dengan bunga-bunga teratai kuning, mendadak kilatan cahaya merah ujung tombak di tangan Manggala menyambar dadanya. Maka tanpa ampun lagi tubuh wanita itu roboh ke tanah dan tidak bergerak-gerak lagi dengan dada robek memanjang!"Bedebah! Kau gunakan Tombak Raja Iblis milik mendiang suamiku untuk membunuh muridku, Kunyuk buta! Kau harus bayar mahal atas perbuatanmu ini, Kunyuk buta!" maki Bunda Kurawa penuh kemarahan.Bunda Kurawa pun kembali menerjang Si Buta dari Sungai Ular garang. Kedua telapak tangannya kembali didorongkan ke depan dengan sepenuh kekuatan tenaga dalamnya. Seketika itu, dua larik sinar kuning keemasan yang didahului lesatan angin dingin.Bersamaan itu, Raja Toya pun telah melontarkan pukulan 'Gelap Sekati'. Sementar
Kalau saja mereka mau saling bahu-membahu seperti yang diperintahkan Manggala, tentu akan dapat mendesak para pengeroyok dengan mudah. Namun, rupanya mereka lebih senang memilih bertarung sendiri-sendiri. Rasa cemburu yang membakar diam-diam membuat mereka saling bermusuhan."Teman-teman! Mari kita cincang kedua gadis bengal ini sampai lumat!" teriak Setan Cantik lantang.Gerakan-gerakan pedang di tangan wanita telengas ini tampak demikian menggiriskan, siap merajam tubuh Angkin Maut. Belum lagi jarum-jarum emasnya yang berkeredepan itu.Mendengar aba-aba Setan Cantik, puluhan murid-murid Istana Ular Emas makin memperhebat serangan. Meski Bidadari Kecil mampu menggabungkan jurus 'Sumur Kematian' dengan jurus 'Elang Sakti', sedangkan Angkin Maut mengerahkan jurus-jurus yang diwarisi dari Dewi Kumara, tetap saja belum mampu melumpuhkan para pengeroyok. Namun kedua gadis itu terus mengamuk hebat.Di saat murid-murid Istana Ular Emas memperlonggar kepungan, m
Kini Si Buta dari Sungai Ular jadi merasa lega. Maka serangan-serangannya mulai diarahkan pada Tengkorak Serigala. Sedang Ki Julung Pucut dan Raja Toya kini pun dipaksa berhadapan melawan dua orang pendekar yang merasa dendam dengan sepak terjang Bunda Kurawa di dunia persilatan."Gggerrr...!"Si Buta dari Sungai Ular menggeram hebat sebelum menerjang Tengkorak Serigala. Tengkorak Serigala mengeluh dalam hati. Namun melihat serangan-serangan Si Buta dari Sungai Ular demikian hebatnya, jelas tubuhnya tidak ingin dijadikan sasaran empuk. Saat itu juga segera tongkat putihnya diayunkan kuat-kuat ke tubuh Si Buta dari Sungai Ular.Prakkk!Tongkat putih di tangan Tengkorak Serigala kontan hancur! Telapak tangannya pun terasa panas! Tengkorak Serigala menggembor penuh kemarahan. Sulit dipercaya kalau ternyata tongkat pusakanya hancur berkeping-keping begitu membentur tubuh Si Buta dari Sungai Ular. Sedangkan tubuh Si Buta dari Sungai Ular hanya sedikit bergetar
Sementara itu murid-murid Istana Ular Emas yang tadi melihat Bunda Kurawa tewas dalam parit berisi ratusan ular emas kontan melempar senjata ke tanah dan duduk berlutut mohon ampun. Ki Bagus Jelantik beserta beberapa orang pendekar lain segera memberi pengarahan."Kalian semua dengar! Kali ini kami memaafkan dosa-dosa kalian. Tapi sekali lagi kalian membuat onar, kami tak akan segan-segan membunuh kalian!" kata Ki Bagus Jelantik lantang."Terima kasih, Pendekar. Kami berjanji akan kembali ke jalan yang benar," kata Setan Cantik mewakili teman-temannya."Baik, baik! Akan kuingat selalu janji kalian ini," ujar Ki Bagus Jelantik seraya angguk-anggukkan kepala.Pada saat Ki Bagus Jelantik memberikan pengarahan, mendadak entah karena sebab apa Angkin Maut telah berkelebat meninggalkan halaman depan Istana Ular Emas. Selang beberapa saat, Gayatri pun segera menyusul"Eh...! Kalian mau ke mana?" teriak Manggala lantang.Habis berteriak begitu, Si B
ORANG berkepala plontos tinggi besar yang mengenakan pakaian putih dari kulit beruang itu terus berlari. Tak hiraukan segala lelah yang sebenarnya mulai mendera. Kendati seperti itu, bibirnya yang tebal menyunggingkan senyum. Tangan kanannya yang kasar dan terdapat gelang terbuat dari untaian taring yang dirajut, menepuk pinggul seorang gadis berpakaian biru kehitaman yang tergolek pingsan di pundaknya.Kejap lain, terdengar tawanya yang panjang berderai. Seiring tubuhnya terus berlari, tawanya seperti jadi sangat panjang. "Bagus! Tak sia-sia pencarian ku selama bertahun-tahun. Hmm... gadis yang berada dalam boponganku ini akan kujadikan sandera. Kalau bertahun-tahun aku yang memburunya, tetapi kali ini biar aku memasang umpan. Nenek berkonde sialan itu harus mampus!" Orang ini terus melesat dengan cepat.Seperti diceritakan beberapa waktu yang lalu, orang berkepala plontos yang tak lain Beruang Mambang adanya telah menyambar tubuh Angin Racun Barat. Lalu dengan kecepa
Orang yang dipenuhi bulu hitam tebal dan dari sela-sela bibirnya meneteskan air liur, mengeluarkan geraman pendek. Pandangannya berkilat-kilat penuh kemarahan. Dengan cara bergerak laksana seekor serigala, orang ini melangkah perlahan ke arah Beruang Mambang. Mengkelap orang berkepala plontos menyadari keasyikannya terganggu. Lebih jengkel lagi mendapati kalau sikap orang penuh bulu itu seperti menantangnya. Dan mendadak saja tangan kanannya dikibaskan sambil keluarkan makian keras, "Mengganggu urusanku, berarti minta mampus"Menghampar angin bergulung dengan keluarkan suara menggidikkan ke arah orang berbulu hitam yang sejenak mendongak dan langsung mencelat seperti menerkam ke arah samping.Blaaarrr!Angin yang melesat tadi menghantam semak belukar yang langsung terpapas rata ujungnya!Sementara Beruang Mambang sendiri keluarkan makian keras tatkala kedua tangan orang penuh bulu yang dipenuhi kuku-kuku runcing itu siap mencakar wajahnya. Rupanya, begitu
Roh Dewa Petir segera melayang ke atas dengan membawa batu hitam tadi. Kendati sinar-sinar hitam yang mencelat dari batu itu tak putus, namun bahaya mulai mereda karena semakin lama batu itu semakin tinggi dibawa terbang. Mendapati hal itu, Si Buta dari Sungai Ular menghela napas lega. "Rasanya... sudah berakhir ketegangan ini." Tetapi dia keliru! Rupanya bahaya belum berhenti sampai di Sana. Karena mendadak saja terdengar suara berderak yang sangat keras laksana topan hantam pesisir. Menyusul rengkahnya tanah di beberapa penjuru. Si Buta dari Sungai Ular seketika berseru seraya menyambar tangan Dewi Awan Putih, "Menyingkir!" Hantu Caping Baja yang semula tercengang tak percaya melihat Roh Dewa Petir raksasa yang keluar dari dada Manggala, segera bertindak cepat. Kedua kakinya dijejakkan di atas tanah, saat itu pula tubuhnya mumbul ke angkasa! Tanah yang rengkah itu bergerak sangat cepat, membujur dan memburu disertai suara menggemuruh yang mengerikan. Debu-debu beterbangan disert
Bukan hanya Manusia Angin yang palingkan kepala, Dayang Harum pun segera menoleh. Sepasang mata si gadis mendadak terkesiap, tatkala sinar hitam berkilat-kilat menggebah ke arahnya.Mendapati serangan yang ganas itu, salah seorang dari Dayang-dayang Dasar Neraka segera surutkan langkah tiga tindak ke belakang. Kejap itu pula dia siap lepaskan pukulan 'Kabut Gurun Es'!Namun sebelum dilakukan, mendadak saja terdengar suara letupan yang sangat keras dan muncratnya sinar hitam yang dilepaskan oleh Iblis Tanpa Jiwa. Menyusul kemudian tubuh lelaki itu mencelat ke belakang disertai seruan tertahan, "Keparat busuk!"Tatkala kedua kakinya hinggap kembali di atas tanah, kepalanya segera dipalingkan ke kanan dan ke kiri. Makiannya terdengar walau pelan, "Setan keparat! Siapa lagi orangnya yang hendak bikin masalah!"Bukan hanya Iblis Tanpa Jiwa yang heran mendapati putusnya serangan yang dilakukannya, Dayang Harum pun terkesiap kaget dengan mulut menganga. Gadis in
Buang Totang Samudero tak mau tinggal diam. Disertai teriakan keras, mendadak saja terdengar deru angin kencang yang disusul dengan berkelebatnya seberkas sinar kuning dan merah mengarah pada Iblis Tanpa Jiwa!Blaaar! Blaaarr!Terdengar letupan sangat dahsyat bersamaan muncratnya sinar hitam, kuning dan merah ke berbagai tempat! Masing-masing orang surut ke belakang. Sosok Iblis Tanpa Jiwa nampak bergetar. Hanya sekejap karena kejap lain kedua kakinya telah tegak berdiri.Di seberang, sosok Buang Totang Samudero bergetar kendati tubuhnya tetap berada sejengkal di atas tanah. Darah mengalir dari sudut-sudut bibirnya."Celaka! Rasanya aku tak akan mampu menghadapi manusia satu ini!" desisnya tegang. Tetapi di lain kejap sepasang matanya terbuka lebih lebar. "Peduli setan! Apa pun yang terjadi, aku akan tetap bertahan!"Habis membatin begitu, mendadak saja membersit sinar kuning dan merah dari tubuh Buang Totang Samudero. Menyusul sosoknya telah meles
Berpikir demikian, mendadak saja Manggala melepaskan diri dari rangkulan Dewi Awan Putih disertai dorongan keras. Gadis berbaju jingga itu terkejut. Seraya keluarkan pekikan tertahan, tubuh gadis itu terguling ke depan.Manggala langsung melompat ke udara, berputar dua kali guna hindari sambaran sinar hitam, lalu berdiri tegak di atas tanah dengan wajah tegang dan kesiagaan tinggi. Begitu berdiri tegak, dengan cepat diputar kedua tangannya ke atas, lalu ke bawah dan kembali ke atas. Menyusul diusapnya kedua tangannya satu sama lain. Lalu diusapkan tangan kanannya pada dadanya yang terdapat rajahan petir. Usai dilakukan semua itu, mendadak saja sebuah bayangan raksasa melesat dari rajahan petir yang terdapat pada kanan kiri lengannya. Melayang-layang tanpa mengeluarkan suara sama sekali. Rupanya Si Buta dari Sungai Ular telah mengeluarkan ilmu 'Inti Roh Dewa Petir'.Kejap kemudian, sambil dongakkan kepala, pemuda dari Sungai Ular ini berseru, "Dewa Petir! Angkat dan baw
"Ada satu kekuatan yang nampaknya melingkupi batu ini," Manggala membatin tatkala menyadari Dewi Awan Putih belum berhasil menggeser batu itu. Bahkan dilihatnya gadis itu sudah berkeringat.Hantu Caping Baja berkata, "Menyingkir! Biar aku coba untuk menggulingkannya!"Setelah Dewi Awan Putih menyingkir dengan masih tak mempercayai apa yang lelah dilakukannya, si nenek yang sebagian wajahnya ditutupi caping terbuat dari baja yang sangat berat namun si nenek kelihatan biasa-biasa saja, segera mendorong batu besar hitam itu. Yang terjadi kemudian, sama seperti yang dialami oleh Dewi Awan Putih. Batu itu tetap tak bergeser!Menjadi ngotot Hantu Caping Baja. Tetapi sekian lama mencoba mendorongnya dengan lipat gandakan tenaga dalamnya, batu itu tetap tak bergeser.Manggala membatin, "Benar-benar luar biasa. Kekuatan yang ada pada batu ini seperti mengisyaratkan satu bahaya lain." Lalu katanya, "Sebaiknya... kita bersama-sama mendorong batu ini. Dan bersiap bil
Pemuda dari Sungai Ular itu tak segera menjawab pertanyaan si nenek berpakaian putih gombrang. Pandangannya tertuju lekat ke depan."Menurut Dewi Awan Putih, di tempat yang bernama Bulak Batu Bulan akan terdapat sebuah batu yang disebut Batu Bulan. Di bawah batu itulah terdapat petunjuk di mana Kitab Pamungkas berada. Dan dikatakannya juga, kalau bahaya akan mengancam bila ada yang berhasil menggeser Batu Bulan. Bila memang tak jauh dari dua bukit itu adalah tempat yang disebut Bulak Batu Bulan, apakah Guru sudah berada di sana?" pikir Manggala.Si nenek yang sebagian wajahnya tertutup caping lebar terbuat dari baja namun sedikit pun tak merasa kepayahan mengenakannya, arahkan pandangannya pada Si Buta dari Sungai Ular yang masih terdiam, "Apakah kau memikirkan sesuatu?"Manggala mengangguk."Ya! Aku seperti... ah, sudahlah. Untuk memastikan apakah tempat itu yang disebut Bulak Batu Bulan, kita memang sebaiknya segera ke sana."Habis kata-kata itu
Pemuda berpakaian abu-abu ini terkesiap mendapati serangan perempuan bertopeng perak yang ganas. Segera dia membuang tubuh ke kiri. Bersamaan dengan itu tubuhnya langsung dihempos ke depan seraya mendorong kedua tangannya.Dewi Topeng Perak kertakkan rahangnya. Tubuhnya segera dienjot ke atas menghindari gebrakan Wulung Seta. Masih berada di udara, dia memutar tubuhnya. Kejap lain tubuhnya sudah menderu deras ke arah Wulung Seta.Terburu-buru murid mendiang Ki Alam Gempita ini menghindar dan mengangkat kedua tangannya.Des! Des!Dua pukulan bertenaga dalam tinggi itu berbenturan keras. Sosok Dewi Topeng Perak langsung melenting ke belakang dan tegak kembali di atas tanah dengan kedua kaki dipentangkan. Dari balik topeng perak yang dikenakannya, sepasang mata perempuan berpakaian kuning cemerlang ini menusuk dalam.Sementara itu, Wulung Seta surut tiga tindak ke belakang. Dadanya terasa nyeri dengan kedua tangan yang terasa remuk."Aku tak bo
"Aku juga belum dapat memastikan ke mana arah yang akan kita tempuh, Rayi. Sayangnya Raja Siluman Ular Putih tidak memberitahukan secara pasti. Rayi... apakah kau pikir Manggala sudah tiba di sana?""Aku tidak tahu. Tetapi mengingat waktu yang diberikan oleh Raja Siluman Ular Putih, seharusnya Kang Manggala sudah tiba di Bulak Batu Bulan. Bagaimana menurutmu sendiri?""Aku tidak tahu pasti."Di tempatnya sepasang mata Dewi Topeng Perak membuka cerah. "Hmmm... kedua remaja ini rupanya juga menuju ke Bulak Batu Bulan. Wajah keduanya nampaknya tak asing dalam ingatanku. Mendengar kata-kata keduanya, rupanya Raja Siluman Ular Putih juga melibatkan diri dalam urusan ini. Setahuku, lelaki itu adalah salah seorang dari guru Si Buta dari Sungai Ular. Peduli setan! Bila aku berhasil memiliki Kitab Pamungkas, semua keinginanku termasuk membunuh Si Buta dari Sungai Ular dan Buang Totang Samudero akan terlaksana dengan mudah."Karena terlalu gembira itulah tanpa seng
Berlutut dan menangis tersedu-sedu Dayang Pandan meratapi nasib sialnya. Beberapa saat kemudian terdengar teriakannya kalap, "Kubunuh kau! Kubunuh kau!"Tanpa membetulkan pakaiannya, gadis yang baru saja mengalami nasib sial ini berkelebat ke arah perginya Iblis Tanpa Jiwa dengan teriakan-teriakan keras.-o0o-DUA hari berlalu lagi dalam kehidupan manusia. Sesungguhnya, waktu kerap datang bertubi-tubi. Meluruk dan terkadang menikam dalam, hingga manusia yang lupa, khilaf ataupun mencoba tak perduli akan tergilas oleh waktu. Tetapi yang kerap menghargai waktu, maka dia akan berjalan lurus dan dapat mengendalikan waktu.Dalam hamparan malam yang pekat, tiga sosok tubuh menghentikan kelebatan masing-masing di sebuah jalan setapak yang dipenuhi semak belukar. Bintang gemintang yang biasanya bertaburan malam ini entah pergi ke mana. Sejenak sunyi mengerjap disertai suara binatang-binatang malam."Dua hari sudah kita mencoba melacak di mana