Share

369. Part 4

last update Last Updated: 2023-12-31 01:01:03

“Kau telah terkena jarum hitam yang mengandung racun dahsyat dan mematikan,” kata wanita tua itu lembut.

“Jarum hitam...?!” gadis itu kembali menggumam pelan.

“Apakah kau bertarung dengan Perempuan Iblis Topeng Mayat?” tanya seorang laki-laki berjubah kuning.

Gadis itu tidak langsung menjawab. Pelahan-lahan ingatannya kembali pada saat sebelum dia berada di tempat suci ini. Pada saat itu dia memang tengah bertarung melawan empat orang wanita berbaju hijau, dan mengenakan topeng pucat bagai mayat. Dia tidak tahu kalau salah seorang lawannya berhasil melontarkan jarum hitam yang mengandung racun.

Gadis itu hanya ingat, kalau badannya tiba-tiba saja terasa panas, dan satu pukulan keras telah menghantam dadanya. Dia juga sempat melihat, ketika salah seorang lawannya hampir membunuh dengan senjatanya. Tapi pada saat itu, tubuhnya seperti melayang cepat, dan langsung tidak ingat apa-apa lagi. Rasa panas yang menyelimuti tubuh

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Si Buta Dari Sungai Ular   370. Part 5

    Sepasang mata bening itu ternyata milik seorang laki-laki tua berjubah putih. Tentu saja Nyai Resi Puspita Rani terkejut, ketika laki-laki tua berjubah putih itu menghadang langkahnya. “Aku lihat kau murung setelah keluar dari kamar itu,” kata laki-laki berjubah putih itu, seraya melirik kearah pintu kamar yang sudah tertutup rapat. Nyai Resi Puspita Rani tidak segera menyahuti. Dia hanya menarik napas panjang dan menghembuskannya pelan-pelan. Sementara laki-laki tua yang bernama Resi Wanakara, terus memperhatikannya dalam-dalam. “Ada yang menyusahkanmu, Nyai?” tanya Resi Wanakara lembut. “Kau ingat dengan peristiwa di Gunung Jati Sewu?” Nyai Resi Puspita Rani malah balik bertanya. “Ya,” sahut Resi Wanakara. Kembali Nyai Resi Puspita Rani menarik napas panjang. Dia kembali mengayunkan langkahnya pelan-pelan. Sementara Resi Wanakara mengikutinya dengan benak yang diliputi berbagai macam pertanyaan. “Aku rasa kita telah melupakan

    Last Updated : 2023-12-31
  • Si Buta Dari Sungai Ular   371. Part 6

    Gadis itu kembali melangkah pelan-pelan mendekati pagar tembok yang tinggi dan kokoh. Sebentar dia memandangi pagar tembok itu, seolah-olah sedang mengukur ketinggiannya.“Maafkan aku Eyang Resi, Nyai Resi. Aku pergi tanpa pamit...,” bisik Narita lagi.Lalu tanpa membuang-buang waktu lagi, Narita segera melompat melenting tinggi. Tubuhnya melayang ringan bagaikan kapas tertiup angin. Dua kali dia salto di udara, melewati pagar tembok yang tinggi itu. Lalu meluruk turun, dan hinggap di tanah dengan manisnya. Gadis itu langsung berlari cepat dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya.Narita memang tidak tahu, kalau sepasang mata memperhatikannya sejak tadi. Sepasang mata milik seorang perempuan tua itu baru keluar dari balik dinding rumah besar, setelah gadis itu hilang di luar pagar tembok. Saat dia menarik napas panjang, muncul seorang laki-laki tua berjubah putih.“Kau tidak berusaha mencegahnya?”“Oh!” perem

    Last Updated : 2023-12-31
  • Si Buta Dari Sungai Ular   372. Part 7

    “Berhenti!” seru Ki Rungkut keras.Seketika itu juga pertempuran berhenti. Ki Rungkut segera melompat sekitar dua batang tombak jauhnya. Gerakannya ringan, pertanda kalau dia memiliki tingkat kepandaian yang cukup tinggi. Sedangkan putranya, Paksi,.hanya memperhatikan saja. Di samping pemuda itu sudah berdiri Sariti yang memeluk tangannya dengan tubuh gemetaran.“Apa maksud kalian datang dan membuat keonaran di sini?” tanya Ki Rungkut dengan suara lantang.“Hi hi hi...!” terdengar suara mengikik dari arah atap rumah.Ki Rungkut langsung berbalik dan memandang ke atap rumahnya. Tak terkecuali semua orang yang berada di tempat itu juga segera menolehkan kepalanya ke atap. Tampak di sana seorang wanita berambut panjang dengan tubuh ramping, dan terbungkus baju hijau menyala yang ketat. Wajahnya tertutup topeng berwarna pucat seperti mayat. Sedangkan di pinggangnya terselip sebatang tongkat pendek berwarna hitam.Den

    Last Updated : 2023-12-31
  • Si Buta Dari Sungai Ular   373. Part 8

    “Tadi kau bilang tahu di mana Narita berada, Paksi...,” kata Ki Rungkut.“Ya, Narita pasti berada di Puri Watu Ukir. Letaknya tidak jauh dari Hutan Karang Waja. Di puri itulah tinggal lima saudara Paman Galadipa,” sahut Paksi menjelaskan.“Aku akan segera ke sana. Kau jangan pergi sampai aku kembali, Paksi,” kata Ki Rungkut.Paksi hanya mengangguk saja.-o0o-Jarak dari Desa Batang Hulu ke Puri Watu Ukir memang tidak seberapa jauh, kira-kira hanya memakan waktu setengah hari perjalanan dengan kuda. Itulah sebabnya, meskipun sudah malam, Ki Rungkut berangkat juga ke Puri Watu Ukir. Dia ditemani oleh sekitar lima orang sahabatnya. Mereka terus memacu kuda dengan cepat tanpa berhenti sejenak pun. Dan hampir tengah malam mereka tiba di tempat suci itu.Kebetulan Resi Wanakara sendiri yang menyambut kedatangan Ki Rungkut dan lima orang sahabatnya. Sesampainya di dalam, baru mereka disambut oleh tiga orang Ketua

    Last Updated : 2023-12-31
  • Si Buta Dari Sungai Ular   374. Part 9

    Empat orang wanita bertopeng pucat bagai mayat tersebut memang kejam. Mereka tidak pernah memberi kesempatan pada lawannya untuk meningkatkan serangan dan pertahanannya. Senjata tongkat pendek berwarna hitam, terus berkelebatan cepat mengarah ke bagian-bagian tubuh lawan yang mematikan.“Berhenti!” bentak Resi Jagabaya, ketika dua orang lagi terjungkal bersimbah darah.Seketika pertarungan tersebut berhenti. Ki Rungkut dan satu orang sahabatnya yang tersisa, langsung melompat mendekati Resi Jagabaya. Napas mereka tersengal memburu. Keringat pun bercucuran deras membasahi seluruh tubuh. Sinar mata mereka juga menunjukkan kegentaran, menghadapi Iblis Topeng Mayat yang begitu tinggi tingkat kepandaiannya.Kalau saja Resi Jagabaya tidak segera menghentikan, mereka pasti tidak akan bisa meneruskan pertarungan itu.“Kau hanya berurusan dengan Enam Dewa Keadilan, kenapa kau libatkan juga orang orang yang tidak tahu apa-apa?” agak tertekan

    Last Updated : 2024-01-01
  • Si Buta Dari Sungai Ular   375. Part 10

    “Akh!” seketika Widarti memekik tertahan. Wanita itu langsung terdorong beberapa langkah ke belakang. Sedangkan pemuda gagah bermata putih itu tetap duduk bersila dengan tenang di atas batu. Bibirnya yang tipis dan kemerahan, tersenyum lebar.Widarti yang semula menganggap remeh pemuda buta itu, langsung berteriak keras seraya melesat cepat menyerang kembali. Kali ini dia mengerahkan beberapa kibasan tongkatnya dan tendangan keras menggeledek.Namun pemuda gagah bermata putih itu hanya menggeser duduknya ke sana kemari. Diremehkan begitu, tentu saja Widarti jadi berang.Tap!Pada satu kesempatan, tangan kanan pemuda itu terangkat naik, tepat di saat tongkat Widarti mengarah kepalanya. Dan dengan manis sekali pemuda itu berhasil menangkap tongkat Widarti, sedangkan tangan kirinya menyampok ke arah dada.“Ih...!” Widarti memekik kaget. Buru-buru wanita bertopeng itu menarik tubuhnya, namun tanpa diduga sama sekali, tangan kiri

    Last Updated : 2024-01-01
  • Si Buta Dari Sungai Ular   376. Part 11

    Setelah berkata begitu, Iblis Topeng Mayat itu melesat pergi, diikuti oleh empat orang muridnya. Sementara pemuda berpakaian kulit ular itu sempat melemparkan topeng yang berhasil dirampasnya, ke arah Widarti.Wanita itu langsung menangkapnya seraya melesat pergi mengikuti gurunya. Resi Jagabaya dan Ki Rungkut segera menghampiri pemuda itu, setelah lima orang berbaju hijau dan bertopeng pucat bagai mayat itu lenyap dari pandangan. Sesaat mereka hanya berdiri saling berhadapan tanpa berkata-kata.“Anak muda, bukannya aku tidak berterima kasih padamu. Tapi campur tanganmu membuat susah dirimu sendiri. Kau tidak tahu siapa mereka itu,” kata Resi Jagabaya, seraya menatap langsung ke bola mata pemuda berbaju kulit ular di depannya.“Siapa mereka?” tanya pemuda itu kalem.“Iblis Topeng Mayat. Mereka sangat kejam, membunuh siapa saja yang menjadi penghalang dan dianggap musuh,” sahut Resi Jagabaya.Pemuda berpakaian kul

    Last Updated : 2024-01-01
  • Si Buta Dari Sungai Ular   377. Part 12

    Resi Jagabaya dan Ki Rungkut saling melempar pandang. Mereka seperti berada dalam satu pikiran sesudah mendengar cerita Paksi. Sementara suasana di rumah kepala desa itu sudah sunyi senyap. Darah yang telah mengering masih terlihat dibeberapa tempat. Dalam hati, Ki Rungkut merasa bangga, karena anaknya mampu bergerak cepat mengatasi keadaan.“Bagaimana ciri-ciri pemuda itu?” tanya Resi Jagabaya.“Keadaan waktu itu terlalu gelap, dan kejadiannya juga begitu cepat. Tapi aku sempat melihat kalau dia memakai baju dari kulit ular,” sahut Paksi.“Tidak salah!” desis Resi Jagabaya.Paksi segera memandangi laki-laki tua berjubah kuning itu. Sinar matanya memancarkan ketidak mengertian, tapi belum sempat dia bertanya, Resi Jagabaya sudah melangkah pergi, diikuti oleh Ki Rungkut. Kedua laki-laki itu berjalan ke dalam rumah. Sementara Paksi tetap berdiri di beranda depan.“Hhh..., seharusnya aku mengatakan yang sebena

    Last Updated : 2024-01-01

Latest chapter

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1283. Part 20

    Roh Dewa Petir segera melayang ke atas dengan membawa batu hitam tadi. Kendati sinar-sinar hitam yang mencelat dari batu itu tak putus, namun bahaya mulai mereda karena semakin lama batu itu semakin tinggi dibawa terbang. Mendapati hal itu, Si Buta dari Sungai Ular menghela napas lega. "Rasanya... sudah berakhir ketegangan ini." Tetapi dia keliru! Rupanya bahaya belum berhenti sampai di Sana. Karena mendadak saja terdengar suara berderak yang sangat keras laksana topan hantam pesisir. Menyusul rengkahnya tanah di beberapa penjuru. Si Buta dari Sungai Ular seketika berseru seraya menyambar tangan Dewi Awan Putih, "Menyingkir!" Hantu Caping Baja yang semula tercengang tak percaya melihat Roh Dewa Petir raksasa yang keluar dari dada Manggala, segera bertindak cepat. Kedua kakinya dijejakkan di atas tanah, saat itu pula tubuhnya mumbul ke angkasa! Tanah yang rengkah itu bergerak sangat cepat, membujur dan memburu disertai suara menggemuruh yang mengerikan. Debu-debu beterbangan disert

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1282. Part 19

    Bukan hanya Manusia Angin yang palingkan kepala, Dayang Harum pun segera menoleh. Sepasang mata si gadis mendadak terkesiap, tatkala sinar hitam berkilat-kilat menggebah ke arahnya.Mendapati serangan yang ganas itu, salah seorang dari Dayang-dayang Dasar Neraka segera surutkan langkah tiga tindak ke belakang. Kejap itu pula dia siap lepaskan pukulan 'Kabut Gurun Es'!Namun sebelum dilakukan, mendadak saja terdengar suara letupan yang sangat keras dan muncratnya sinar hitam yang dilepaskan oleh Iblis Tanpa Jiwa. Menyusul kemudian tubuh lelaki itu mencelat ke belakang disertai seruan tertahan, "Keparat busuk!"Tatkala kedua kakinya hinggap kembali di atas tanah, kepalanya segera dipalingkan ke kanan dan ke kiri. Makiannya terdengar walau pelan, "Setan keparat! Siapa lagi orangnya yang hendak bikin masalah!"Bukan hanya Iblis Tanpa Jiwa yang heran mendapati putusnya serangan yang dilakukannya, Dayang Harum pun terkesiap kaget dengan mulut menganga. Gadis in

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1281. Part 18

    Buang Totang Samudero tak mau tinggal diam. Disertai teriakan keras, mendadak saja terdengar deru angin kencang yang disusul dengan berkelebatnya seberkas sinar kuning dan merah mengarah pada Iblis Tanpa Jiwa!Blaaar! Blaaarr!Terdengar letupan sangat dahsyat bersamaan muncratnya sinar hitam, kuning dan merah ke berbagai tempat! Masing-masing orang surut ke belakang. Sosok Iblis Tanpa Jiwa nampak bergetar. Hanya sekejap karena kejap lain kedua kakinya telah tegak berdiri.Di seberang, sosok Buang Totang Samudero bergetar kendati tubuhnya tetap berada sejengkal di atas tanah. Darah mengalir dari sudut-sudut bibirnya."Celaka! Rasanya aku tak akan mampu menghadapi manusia satu ini!" desisnya tegang. Tetapi di lain kejap sepasang matanya terbuka lebih lebar. "Peduli setan! Apa pun yang terjadi, aku akan tetap bertahan!"Habis membatin begitu, mendadak saja membersit sinar kuning dan merah dari tubuh Buang Totang Samudero. Menyusul sosoknya telah meles

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1280. Part 17

    Berpikir demikian, mendadak saja Manggala melepaskan diri dari rangkulan Dewi Awan Putih disertai dorongan keras. Gadis berbaju jingga itu terkejut. Seraya keluarkan pekikan tertahan, tubuh gadis itu terguling ke depan.Manggala langsung melompat ke udara, berputar dua kali guna hindari sambaran sinar hitam, lalu berdiri tegak di atas tanah dengan wajah tegang dan kesiagaan tinggi. Begitu berdiri tegak, dengan cepat diputar kedua tangannya ke atas, lalu ke bawah dan kembali ke atas. Menyusul diusapnya kedua tangannya satu sama lain. Lalu diusapkan tangan kanannya pada dadanya yang terdapat rajahan petir. Usai dilakukan semua itu, mendadak saja sebuah bayangan raksasa melesat dari rajahan petir yang terdapat pada kanan kiri lengannya. Melayang-layang tanpa mengeluarkan suara sama sekali. Rupanya Si Buta dari Sungai Ular telah mengeluarkan ilmu 'Inti Roh Dewa Petir'.Kejap kemudian, sambil dongakkan kepala, pemuda dari Sungai Ular ini berseru, "Dewa Petir! Angkat dan baw

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1279. Part 16

    "Ada satu kekuatan yang nampaknya melingkupi batu ini," Manggala membatin tatkala menyadari Dewi Awan Putih belum berhasil menggeser batu itu. Bahkan dilihatnya gadis itu sudah berkeringat.Hantu Caping Baja berkata, "Menyingkir! Biar aku coba untuk menggulingkannya!"Setelah Dewi Awan Putih menyingkir dengan masih tak mempercayai apa yang lelah dilakukannya, si nenek yang sebagian wajahnya ditutupi caping terbuat dari baja yang sangat berat namun si nenek kelihatan biasa-biasa saja, segera mendorong batu besar hitam itu. Yang terjadi kemudian, sama seperti yang dialami oleh Dewi Awan Putih. Batu itu tetap tak bergeser!Menjadi ngotot Hantu Caping Baja. Tetapi sekian lama mencoba mendorongnya dengan lipat gandakan tenaga dalamnya, batu itu tetap tak bergeser.Manggala membatin, "Benar-benar luar biasa. Kekuatan yang ada pada batu ini seperti mengisyaratkan satu bahaya lain." Lalu katanya, "Sebaiknya... kita bersama-sama mendorong batu ini. Dan bersiap bil

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1278. Part 15

    Pemuda dari Sungai Ular itu tak segera menjawab pertanyaan si nenek berpakaian putih gombrang. Pandangannya tertuju lekat ke depan."Menurut Dewi Awan Putih, di tempat yang bernama Bulak Batu Bulan akan terdapat sebuah batu yang disebut Batu Bulan. Di bawah batu itulah terdapat petunjuk di mana Kitab Pamungkas berada. Dan dikatakannya juga, kalau bahaya akan mengancam bila ada yang berhasil menggeser Batu Bulan. Bila memang tak jauh dari dua bukit itu adalah tempat yang disebut Bulak Batu Bulan, apakah Guru sudah berada di sana?" pikir Manggala.Si nenek yang sebagian wajahnya tertutup caping lebar terbuat dari baja namun sedikit pun tak merasa kepayahan mengenakannya, arahkan pandangannya pada Si Buta dari Sungai Ular yang masih terdiam, "Apakah kau memikirkan sesuatu?"Manggala mengangguk."Ya! Aku seperti... ah, sudahlah. Untuk memastikan apakah tempat itu yang disebut Bulak Batu Bulan, kita memang sebaiknya segera ke sana."Habis kata-kata itu

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1277. Part 14

    Pemuda berpakaian abu-abu ini terkesiap mendapati serangan perempuan bertopeng perak yang ganas. Segera dia membuang tubuh ke kiri. Bersamaan dengan itu tubuhnya langsung dihempos ke depan seraya mendorong kedua tangannya.Dewi Topeng Perak kertakkan rahangnya. Tubuhnya segera dienjot ke atas menghindari gebrakan Wulung Seta. Masih berada di udara, dia memutar tubuhnya. Kejap lain tubuhnya sudah menderu deras ke arah Wulung Seta.Terburu-buru murid mendiang Ki Alam Gempita ini menghindar dan mengangkat kedua tangannya.Des! Des!Dua pukulan bertenaga dalam tinggi itu berbenturan keras. Sosok Dewi Topeng Perak langsung melenting ke belakang dan tegak kembali di atas tanah dengan kedua kaki dipentangkan. Dari balik topeng perak yang dikenakannya, sepasang mata perempuan berpakaian kuning cemerlang ini menusuk dalam.Sementara itu, Wulung Seta surut tiga tindak ke belakang. Dadanya terasa nyeri dengan kedua tangan yang terasa remuk."Aku tak bo

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1276. Part 13

    "Aku juga belum dapat memastikan ke mana arah yang akan kita tempuh, Rayi. Sayangnya Raja Siluman Ular Putih tidak memberitahukan secara pasti. Rayi... apakah kau pikir Manggala sudah tiba di sana?""Aku tidak tahu. Tetapi mengingat waktu yang diberikan oleh Raja Siluman Ular Putih, seharusnya Kang Manggala sudah tiba di Bulak Batu Bulan. Bagaimana menurutmu sendiri?""Aku tidak tahu pasti."Di tempatnya sepasang mata Dewi Topeng Perak membuka cerah. "Hmmm... kedua remaja ini rupanya juga menuju ke Bulak Batu Bulan. Wajah keduanya nampaknya tak asing dalam ingatanku. Mendengar kata-kata keduanya, rupanya Raja Siluman Ular Putih juga melibatkan diri dalam urusan ini. Setahuku, lelaki itu adalah salah seorang dari guru Si Buta dari Sungai Ular. Peduli setan! Bila aku berhasil memiliki Kitab Pamungkas, semua keinginanku termasuk membunuh Si Buta dari Sungai Ular dan Buang Totang Samudero akan terlaksana dengan mudah."Karena terlalu gembira itulah tanpa seng

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1275. Part 12

    Berlutut dan menangis tersedu-sedu Dayang Pandan meratapi nasib sialnya. Beberapa saat kemudian terdengar teriakannya kalap, "Kubunuh kau! Kubunuh kau!"Tanpa membetulkan pakaiannya, gadis yang baru saja mengalami nasib sial ini berkelebat ke arah perginya Iblis Tanpa Jiwa dengan teriakan-teriakan keras.-o0o-DUA hari berlalu lagi dalam kehidupan manusia. Sesungguhnya, waktu kerap datang bertubi-tubi. Meluruk dan terkadang menikam dalam, hingga manusia yang lupa, khilaf ataupun mencoba tak perduli akan tergilas oleh waktu. Tetapi yang kerap menghargai waktu, maka dia akan berjalan lurus dan dapat mengendalikan waktu.Dalam hamparan malam yang pekat, tiga sosok tubuh menghentikan kelebatan masing-masing di sebuah jalan setapak yang dipenuhi semak belukar. Bintang gemintang yang biasanya bertaburan malam ini entah pergi ke mana. Sejenak sunyi mengerjap disertai suara binatang-binatang malam."Dua hari sudah kita mencoba melacak di mana

DMCA.com Protection Status