Ke mana andini pergi? Selagi terjadi bentrokan hebat antara Siluman Buta dengan Wisnu dan Nandari, Si Buta dari Sungai Ular melihat keadaan justru tidak menguntungkan bagi Andini yang dilempar begitu saja oleh manusia buta yang berbaju compang camping itu. Karena, setiap kali orang-orang itu melepaskan pukulan, nyawa gadis berbaju merah dengan ikat pinggang biru yang tak bisa bergerak dan mengeluarkan suara itu bisa terancam.
Dengan kecepatan luar biasa, Manggala melesat dan segera menyambar tubuh Andini. Oleh mata yang memperhatikan, sudah tentu hanya bisa melihat Bayangan kehijauan saja. Apalagi saat itu Siluman Buta sedang bertarung dengan Wisnu dan Nandari, hingga mereka tak sadar kalau satu sosok tubuh yang sejak tadi memperhatikan orang-orang itu berkelebat dan menyambar Andini.
Dengan gerakan sangat terlatih dalam waktu singkat Manggala sudah berada di sebuah hutan kecil yang terdapat tak jauh dari tempat di mana dua murid pesanggrahan mestika sedang bertarung d
Wussss!Manggala itu terkesiap sejenak, lalu buang tubuh ke kiri. Sambaran angin itu hantam dua buah pohon yang langsung tumbang. Makin geram Iblis Tanah mendapati serangannya mudah dihindari orang. Menindih rasa amarah yang tinggi, mendadak saja dia bergulingan dan bagai seekor ular melata di tanah dengan gerakan cepat."Edan!" Maki Manggala sambil mengangkat kedua kaki, lalu berputar.Jurus yang diperlihatkan Iblis Tanah memang aneh. Dia selalu menyongsor tanah saat melakukan serangan. Bahkan saat tangannya ditepukkan pada tanah, tanah itu bergetar hebat. Muncrat setinggi setengah tombak. Bukan hanya Manggala saja yang mengalami soal itu, yang hadir di sana pun merasakan getarannya.Manggala mendengus mendapati serangan orang cepat dia mundur bila tak ingin matanya terkena hamparan tanah. Dengan menindih rasa geramnya, dia mendesis."Tak bisa aku untuk segera melihat pertarungan antara Siluman Buta melawan dua murid Pesanggrahan Mestika itu. Aku
Semula dia sesumbar untuk mengalahkan Si Buta dari Sungai Ular, namun sekarang, kedua mata besarnya benar-benar terbuka menyadari siapa pemuda yang berjuluk Si Buta dari Sungai Ular ini.Dengan gerakan yang cepat, si Tangan Sakti menyambar tangan Iblis Angin yang meronta-ronta minta dilepaskan."Biar kubunuh pemuda keparat itu! Biarkan aku!" Sentak Iblis Angin dengan kegusaran tinggi."Jangan bodoh!" Maki si Tangan Sakti."Kita berlima saja bukan tandingannya, apalagi bila sekarang kita berdua. Kita hanya cari mampus!""Peduli setan! Manusia laknat itu harus menebus nyawa saudara-saudaraku!!"Si Tangan Sakti yang berpikir lebih jernih lagi benar-benar tahu kalau gelagat benar-benar tak menguntungkan. Dia muak melihat sikap Iblis Angin yang dungu seperti itu. Lalu tanpa banyak cakap, dipukulnya leher Iblis Angin hingga lelaki kalap itu jatuh pingsan yang segera dibopongnya.Wajah angker dengan sepasang mata besar dingin itu menatap Man
"Ah... baru kusadari pula kalau hatiku sedih ketika Kang Manggala seperti mengacuhkan keinginan Guru. Sementara aku, sebenarnya senang bukan main. Mengapa jadi begini? Mengapa aku sedih melihat sikap Kang Manggala yang seolah menganggap kata-kata Guru seperti angin lalu? Dan mengapa aku menjadi gugup? Meskipun kulontarkan kata-kata tak suka pada Guru, padahal, aku suka mendengarnya. Lalu, apa yang harus kulakukan sekarang? Apakah aku akan terus mencari Kang Manggala seperti perintah Guru? Ih! Memalukan sekali!"Lalu dikenang pertemuannya pertama kali dengan Si Buta dari Sungai Ular. Dan sebuah senyum cerah bertengger di bibir si gadis ketika ingatannya tiba saat perkenalan tak sengaja dilakukan."Ih, kenapa aku terus menerus mengingatnya? Tetapi... apakah aku harus memungkiri kata-kata hatiku sendiri?" Gumam Ayu Wulan dengan perasaan galau.Sesuatu yang dirasakan sangat mendesak mendadak mengganggu perasaannya. Perasaan ingin bertemu dengan Manggala! Perlahan-la
Andini terdiam. Sepasang matanya dalam menatap Manggala. Lalu terlontar pertanyaan yang seperti menyesali."Kang Manggala... mengapa kau justru menolongku? Mengapa kau tidak membantu kedua saudaraku menghadapi manusia buta itu? Bila saja kau menolong mereka, mungkin keadaan tidak akan separah seperti ini."Manggala tersenyum, mencoba memberikan ketenangan pada gadis yang dilanda kecemasan."Saat itu, aku memikirkan keselamatanmu dulu, Andini. Mereka masih bisa bertahan dan menghindar sementara keadaanmu terjepit sama sekali. Dalam keadaan tertotok semacam itu, bisa-bisa kau yang akan terkena sasaran yang mungkin disengaja maupun tak disengaja. Bila kau sudah aman, aku bermaksud untuk kembali ke tempat semula untuk membantu. Tetapi sayangnya, Manusia-manusia keparat yang berjuluk Lima Iblis Puncak Neraka itu muncul dan membuatku tak bisa segera membantu kedua saudaramu. Sudahlah, Andini... yang penting sekarang kita tetap mencari kedua saudaramu itu."Gadi
”Andini....” Suara Manggala mendadak terputus bagai direnggut setan. Keriangannya lenyap begitu saja. Bahkan tanpa sadar kakinya surut satu langkah.Di hadapannya, satu sosok tubuh keluar dari balik gerumbulan semak. Menjatuhkan sesuatu dari punggungnya yang ternyata tubuh Andini yang pingsan.Orang yang berdiri di hadapan tubuh pingsan Andini itu, menyeringai lebar. Tatapannya dingin. Dan suaranya terdengar bergetar."Peeemuudaa sseeettaan! Aakkku sssudaah peergii kee Guunungg Teenggerr! Taak kuuteemuii Malaikat Gledek dii saanaa! Kaau haaruss maammpusss!"Ayam dan burung yang tadi diburunya dan diikat di satu, lepas begitu saja. Mulut Si Buta dari Sungai Ular terbuka dan mengeluarkan suara tertahan."Iblis Mara Kayangan..."-o0o-Angin keras berhembus mendadak memenuhi se-buah lembah. Beberapa semak tampak tercabut dari akarnya.Sementara hari yang sudah memasuki siang, menambah ketegangan dan kegarangan alam.Dala
“Sinar keemasan di Tulang Ekor Naga Emas itu.. tidak mungkin aku salah. Itu Tenaga inti Segoro (Samudera) Istana Dasar Samudra” Guman wanita berpakaian hijau lumut itu lagi.Kalau sejak tadi menyerang tanpa bergeser dari tempatnya kali ini dia bergerak begitu cepat. Di tempatnya, Manggala hanya melihat satu bayangan hitam ke arahnya. Kemudian menyusul suara bergementang ke arahnya yang dikawal angin seperti badai menghantam.Namun, si pemuda agaknya sudah siap. Segera tangan yang memegang Tulang Ekor Naga Emas digerakkan.Sraaat!Sinar keemasan terang berasal dari Tulang Ekor Naga Emas memendar, masuk dalam gempuran Iblis Mara Kayangan.Menakjubkan sekaligus mengherankan! Hamparan angin yang meningkat dahsyat dan mengarah pada Si Buta dari Sungai Ular langsung pupus begitu sinar keemasan yang melesat tadi masuk.Bukan hanya itu. Begitu dua buah rantai besi panjang bagian kiri menderu kembali siap menghantam, tubuh Si But
"Peduli langit dan bumi! Aku harus nekat! Terus menerjang bila tak mau Andini tewas!"Tetapi usaha Manggala benar-benar gagal. Iblis Mara Kayangan terus menghalangi keinginannya dengan serangan-serangan dahsyat. Desir angin berhawa panas dan dingin meluncur bergantian. Belum lagi rantai besi panjang yang siap cabut nyawa Manggala.Bahkan dalam tiga gebrak berikutnya, kembali perut si pemuda terhantam tendangan Iblis Mara Kayangan sebanyak dua kali.Dess! Desss!Tubuh Manggala benar-benar makin goyah sekarang. Kendati demikian, kekeras kepalanya makin terbukti sekarang. Tanpa mempedulikan betapa hebatnya serangan lawan dia bertekad untuk menyabung nyawa."Heaaa...!"Disertai teriakan membelah angkasa, Si Buta dari Sungai Ular meluruk deras, menyerang Iblis Mara Kayangan. Gempuran-gempurannya kali ini benar-benar luar biasa mengerikan.Namun, Iblis Mara Kayangan tetap berdiri kukuh. Bahkan setiap serangan balasannya lebih mengerikan den
Bersamaan dengan itu, Manggala melesat masuk, sambil menggerakkan Tulang Ekor Naga Emas. Tetapi keadaan itu justru menyulitkannya sendiri. Karena kaki kanan Iblis Mara Kayangan sudah lebih cepat bergerak ke arahnya.Tak mau terhantam kaki sekeras batu gunung itu, Manggala melenting ke kiri. Saat kembali berdiri tegak dan siap melepaskan serangan lagi."Bocah kebluk! Jangan bertindak bodoh! Selamatkan gadis yang pingsan itu! Dalam pandangan mataku, nyawanya sudah siap keluar dari jasadnya!" Bentak si nenek, sewot.Manggala tersengat begitu mendengar bentakan gurunya. Ingatannya kembali pada Andini. Segera niatnya diurungkan untuk menyerang Iblis Mara Kayangan lagi. Dengan pencalan satu kaki, Manggala melompat ke depan. Dan tubuhnya langsung bergulingan ke arah Andini ketika Iblis Mara Kayangan mencoba menghalangi maksudnya dengan melepaskan serangan.Wusss!"Hup!"Begitu berdiri, tubuh Andini yang pingsan sudah berada di bopongan Si Buta dari
Roh Dewa Petir segera melayang ke atas dengan membawa batu hitam tadi. Kendati sinar-sinar hitam yang mencelat dari batu itu tak putus, namun bahaya mulai mereda karena semakin lama batu itu semakin tinggi dibawa terbang. Mendapati hal itu, Si Buta dari Sungai Ular menghela napas lega. "Rasanya... sudah berakhir ketegangan ini." Tetapi dia keliru! Rupanya bahaya belum berhenti sampai di Sana. Karena mendadak saja terdengar suara berderak yang sangat keras laksana topan hantam pesisir. Menyusul rengkahnya tanah di beberapa penjuru. Si Buta dari Sungai Ular seketika berseru seraya menyambar tangan Dewi Awan Putih, "Menyingkir!" Hantu Caping Baja yang semula tercengang tak percaya melihat Roh Dewa Petir raksasa yang keluar dari dada Manggala, segera bertindak cepat. Kedua kakinya dijejakkan di atas tanah, saat itu pula tubuhnya mumbul ke angkasa! Tanah yang rengkah itu bergerak sangat cepat, membujur dan memburu disertai suara menggemuruh yang mengerikan. Debu-debu beterbangan disert
Bukan hanya Manusia Angin yang palingkan kepala, Dayang Harum pun segera menoleh. Sepasang mata si gadis mendadak terkesiap, tatkala sinar hitam berkilat-kilat menggebah ke arahnya.Mendapati serangan yang ganas itu, salah seorang dari Dayang-dayang Dasar Neraka segera surutkan langkah tiga tindak ke belakang. Kejap itu pula dia siap lepaskan pukulan 'Kabut Gurun Es'!Namun sebelum dilakukan, mendadak saja terdengar suara letupan yang sangat keras dan muncratnya sinar hitam yang dilepaskan oleh Iblis Tanpa Jiwa. Menyusul kemudian tubuh lelaki itu mencelat ke belakang disertai seruan tertahan, "Keparat busuk!"Tatkala kedua kakinya hinggap kembali di atas tanah, kepalanya segera dipalingkan ke kanan dan ke kiri. Makiannya terdengar walau pelan, "Setan keparat! Siapa lagi orangnya yang hendak bikin masalah!"Bukan hanya Iblis Tanpa Jiwa yang heran mendapati putusnya serangan yang dilakukannya, Dayang Harum pun terkesiap kaget dengan mulut menganga. Gadis in
Buang Totang Samudero tak mau tinggal diam. Disertai teriakan keras, mendadak saja terdengar deru angin kencang yang disusul dengan berkelebatnya seberkas sinar kuning dan merah mengarah pada Iblis Tanpa Jiwa!Blaaar! Blaaarr!Terdengar letupan sangat dahsyat bersamaan muncratnya sinar hitam, kuning dan merah ke berbagai tempat! Masing-masing orang surut ke belakang. Sosok Iblis Tanpa Jiwa nampak bergetar. Hanya sekejap karena kejap lain kedua kakinya telah tegak berdiri.Di seberang, sosok Buang Totang Samudero bergetar kendati tubuhnya tetap berada sejengkal di atas tanah. Darah mengalir dari sudut-sudut bibirnya."Celaka! Rasanya aku tak akan mampu menghadapi manusia satu ini!" desisnya tegang. Tetapi di lain kejap sepasang matanya terbuka lebih lebar. "Peduli setan! Apa pun yang terjadi, aku akan tetap bertahan!"Habis membatin begitu, mendadak saja membersit sinar kuning dan merah dari tubuh Buang Totang Samudero. Menyusul sosoknya telah meles
Berpikir demikian, mendadak saja Manggala melepaskan diri dari rangkulan Dewi Awan Putih disertai dorongan keras. Gadis berbaju jingga itu terkejut. Seraya keluarkan pekikan tertahan, tubuh gadis itu terguling ke depan.Manggala langsung melompat ke udara, berputar dua kali guna hindari sambaran sinar hitam, lalu berdiri tegak di atas tanah dengan wajah tegang dan kesiagaan tinggi. Begitu berdiri tegak, dengan cepat diputar kedua tangannya ke atas, lalu ke bawah dan kembali ke atas. Menyusul diusapnya kedua tangannya satu sama lain. Lalu diusapkan tangan kanannya pada dadanya yang terdapat rajahan petir. Usai dilakukan semua itu, mendadak saja sebuah bayangan raksasa melesat dari rajahan petir yang terdapat pada kanan kiri lengannya. Melayang-layang tanpa mengeluarkan suara sama sekali. Rupanya Si Buta dari Sungai Ular telah mengeluarkan ilmu 'Inti Roh Dewa Petir'.Kejap kemudian, sambil dongakkan kepala, pemuda dari Sungai Ular ini berseru, "Dewa Petir! Angkat dan baw
"Ada satu kekuatan yang nampaknya melingkupi batu ini," Manggala membatin tatkala menyadari Dewi Awan Putih belum berhasil menggeser batu itu. Bahkan dilihatnya gadis itu sudah berkeringat.Hantu Caping Baja berkata, "Menyingkir! Biar aku coba untuk menggulingkannya!"Setelah Dewi Awan Putih menyingkir dengan masih tak mempercayai apa yang lelah dilakukannya, si nenek yang sebagian wajahnya ditutupi caping terbuat dari baja yang sangat berat namun si nenek kelihatan biasa-biasa saja, segera mendorong batu besar hitam itu. Yang terjadi kemudian, sama seperti yang dialami oleh Dewi Awan Putih. Batu itu tetap tak bergeser!Menjadi ngotot Hantu Caping Baja. Tetapi sekian lama mencoba mendorongnya dengan lipat gandakan tenaga dalamnya, batu itu tetap tak bergeser.Manggala membatin, "Benar-benar luar biasa. Kekuatan yang ada pada batu ini seperti mengisyaratkan satu bahaya lain." Lalu katanya, "Sebaiknya... kita bersama-sama mendorong batu ini. Dan bersiap bil
Pemuda dari Sungai Ular itu tak segera menjawab pertanyaan si nenek berpakaian putih gombrang. Pandangannya tertuju lekat ke depan."Menurut Dewi Awan Putih, di tempat yang bernama Bulak Batu Bulan akan terdapat sebuah batu yang disebut Batu Bulan. Di bawah batu itulah terdapat petunjuk di mana Kitab Pamungkas berada. Dan dikatakannya juga, kalau bahaya akan mengancam bila ada yang berhasil menggeser Batu Bulan. Bila memang tak jauh dari dua bukit itu adalah tempat yang disebut Bulak Batu Bulan, apakah Guru sudah berada di sana?" pikir Manggala.Si nenek yang sebagian wajahnya tertutup caping lebar terbuat dari baja namun sedikit pun tak merasa kepayahan mengenakannya, arahkan pandangannya pada Si Buta dari Sungai Ular yang masih terdiam, "Apakah kau memikirkan sesuatu?"Manggala mengangguk."Ya! Aku seperti... ah, sudahlah. Untuk memastikan apakah tempat itu yang disebut Bulak Batu Bulan, kita memang sebaiknya segera ke sana."Habis kata-kata itu
Pemuda berpakaian abu-abu ini terkesiap mendapati serangan perempuan bertopeng perak yang ganas. Segera dia membuang tubuh ke kiri. Bersamaan dengan itu tubuhnya langsung dihempos ke depan seraya mendorong kedua tangannya.Dewi Topeng Perak kertakkan rahangnya. Tubuhnya segera dienjot ke atas menghindari gebrakan Wulung Seta. Masih berada di udara, dia memutar tubuhnya. Kejap lain tubuhnya sudah menderu deras ke arah Wulung Seta.Terburu-buru murid mendiang Ki Alam Gempita ini menghindar dan mengangkat kedua tangannya.Des! Des!Dua pukulan bertenaga dalam tinggi itu berbenturan keras. Sosok Dewi Topeng Perak langsung melenting ke belakang dan tegak kembali di atas tanah dengan kedua kaki dipentangkan. Dari balik topeng perak yang dikenakannya, sepasang mata perempuan berpakaian kuning cemerlang ini menusuk dalam.Sementara itu, Wulung Seta surut tiga tindak ke belakang. Dadanya terasa nyeri dengan kedua tangan yang terasa remuk."Aku tak bo
"Aku juga belum dapat memastikan ke mana arah yang akan kita tempuh, Rayi. Sayangnya Raja Siluman Ular Putih tidak memberitahukan secara pasti. Rayi... apakah kau pikir Manggala sudah tiba di sana?""Aku tidak tahu. Tetapi mengingat waktu yang diberikan oleh Raja Siluman Ular Putih, seharusnya Kang Manggala sudah tiba di Bulak Batu Bulan. Bagaimana menurutmu sendiri?""Aku tidak tahu pasti."Di tempatnya sepasang mata Dewi Topeng Perak membuka cerah. "Hmmm... kedua remaja ini rupanya juga menuju ke Bulak Batu Bulan. Wajah keduanya nampaknya tak asing dalam ingatanku. Mendengar kata-kata keduanya, rupanya Raja Siluman Ular Putih juga melibatkan diri dalam urusan ini. Setahuku, lelaki itu adalah salah seorang dari guru Si Buta dari Sungai Ular. Peduli setan! Bila aku berhasil memiliki Kitab Pamungkas, semua keinginanku termasuk membunuh Si Buta dari Sungai Ular dan Buang Totang Samudero akan terlaksana dengan mudah."Karena terlalu gembira itulah tanpa seng
Berlutut dan menangis tersedu-sedu Dayang Pandan meratapi nasib sialnya. Beberapa saat kemudian terdengar teriakannya kalap, "Kubunuh kau! Kubunuh kau!"Tanpa membetulkan pakaiannya, gadis yang baru saja mengalami nasib sial ini berkelebat ke arah perginya Iblis Tanpa Jiwa dengan teriakan-teriakan keras.-o0o-DUA hari berlalu lagi dalam kehidupan manusia. Sesungguhnya, waktu kerap datang bertubi-tubi. Meluruk dan terkadang menikam dalam, hingga manusia yang lupa, khilaf ataupun mencoba tak perduli akan tergilas oleh waktu. Tetapi yang kerap menghargai waktu, maka dia akan berjalan lurus dan dapat mengendalikan waktu.Dalam hamparan malam yang pekat, tiga sosok tubuh menghentikan kelebatan masing-masing di sebuah jalan setapak yang dipenuhi semak belukar. Bintang gemintang yang biasanya bertaburan malam ini entah pergi ke mana. Sejenak sunyi mengerjap disertai suara binatang-binatang malam."Dua hari sudah kita mencoba melacak di mana