Guru pelatihan dari Tetua Pertama, membawa Renggin Ang dan Ba Ju ke sebuah ruangan. Pada ruangan itu, terdapat banyak ukiran lingkaran dengan corak yang berbeda. Di setiap lingkaran terdapat satu batu spiritual dengan warna yang berbeda."Lingkaran apakah ini?" ucap Renggin Ang bergumam sendiri.Roh Meriy Ang muncul dan melayang di belakang Renggin Ang. "Lingkaran ini dinamakan lingkaran spiritual. Pemimpin Akademi, secara khusus membuat lingkaran ini untuk membentuk suatu ruangan kosong dan menjadikan ruangan ini sebagai arena tanding," jelasnya."Pemimpin Akademi pasti orang yang sangat hebat," ujar Renggin Ang. "Dia adalah teman seperjuangan Kakek Mo," ungkap Meriy Ang."Apa! Heh, pantas saja para tetua lain tidak berani mengganggunya saat beliau tertidur.""Hei! Apa kau frustasi dan merasa mustahil mengalahkan Tuan Muda Ju, sehingga menjadi gila?" tegur guru pelatihan melihat Renggin Ang berbicara sendiri karena ia tidak bisa melihat roh Meriy Ang.Renggin Ang tersadar. Dia harus
"Aaaaaaaaargh!"Sakit, letih, dan lemah itulah yang dirasakan Ba Ju saat ini. Dia merasa tak berdaya. Energi spiritualnya disedot habis oleh roh hewan spiritual milik Renggin Ang."Hosh ... hosh." Ba Ju merasa sangat lelah, padahal tidak melakukan apapun. "Sial!" decaknya. Bahkan untuk menompang tubuhnya agar tetap berdiri pun tak sanggup.Bruuuk!Akhirnya dia terjatuh.Seketika, suasana menjadi hening. Riuh-riuh para penggemar Ba Ju lenyap tak bersuara sepatah kata pun.Begitu pula dengan Bara Ang. "Apa-apaan ini? Sejak kapan dia menjadi sehebat itu?" gumamnya tak percaya.Di ruang pertemuan para tetua, Tetua Mo bangkit dari tempat duduknya. "Sayang sekali, kalian telah menyia-nyiakan anak berbakat itu dan sekarang anak itu adalah milikku." Kakek tua itu tersenyum bangga. Kemudian dia kembali ke kediamannya."Hmm ...." Shen Tie Er memandangi Renggin Ang sembari tersenyum-senyum."Ehem. Mohon maaf, Nona keempat. Kami harus membawa Anda kembali ke Daerah Itsnen. Tuan Shen meminta Anda k
"Huaaaaaa!" teriak Bara Ang terperanjat hingga jatuh ke belakang.Ikan raksasa itu membuat sebuah lapisan sisik untuk mengurung Renggin Ang dan Bara Ang di dalam wilayahnya."Beraninya memasuki wilayahku! Kalian pikir aku akan membiarkan kalian pergi dengan mudah?" seru si ikan."Ka-kau ... bisa bi-ca-ra?" ucap Bara Ang terkejut.Renggin Ang tidak merasa heran karena dia sendiri pernah berbicara dengan roh hewan spiritualnya."Hei, Ikan bethik! Kami hanya mengambil sebotol air untuk menghilangkan dahaga di perjalanan. Tidak ada maksud mengganggumu. Lagipula, kami sunggu tidak tahu bahwa danau ini adalah wilayahmu," ujar Renggin Ang."Aku tidak peduli, kalian akan kujadikan sebagai makan malamku hari ini. Haha, sudah lama sekali aku tidak menyantap daging seorang kultivator."Bara Ang tetap berlari menjauh hingga menabrak dinding lapisan sisik yang di buat oleh sang ikan. "Sial! Benar-benar tidak bisa keluar dari sini," decaknya.Buuur!Ikan itu menyerang Renggin Ang dengan semburan air
Di Air Terjun Adem dekat Kediaman Keluarga Ang."Mengapa kau membawaku ke sini?" tanya Li Lin kepada Ampy Ang."Di sini udaranya sangat sejuk. Kita bisa fokus berlatih dengan udara yang segar ini.""Hanya itu? Aku yakin kau memiliki maksud lain.""Hmm ... sebenarnya aku melihat banyak orang dari akademi datang ke arah kita. Kau kan sedang menjadi buronan. Tidak peduli bagaimanapun keadaanmu, mereka akan menangkapmu demi sekarung berlian," ungkap Ampy Ang."Kau ... apakah kau bisa melihat dengan jarak tertentu? Kau seperti mengetahui segala sesuatu yang akan mendekatimu. Bahkan, kau bisa mencari dan menemukan kakakmu dengan mudah."Ampy Ang terdiam. Baru kali ini dia merasa, betapa ceroboh dirinya mengatakan sesuatu hal yang tidak perlu untuk dikatakan. Tidak ada sepatah kata pun yang terucap dari mulut Ampy Ang setelah itu.Mungkin ini adalah rahasia terbesarnya. Pikir Li Lin. "Ah, maaf. Aku berjanji tidak akan mengatakannya kepada siapapun," ujarnya."Terima kasih," ucap Ampy Ang den
Renggin Ang memberi nama si cacing berkumis itu Cai Cing."Cukup. Terima kasih atas waktu yang kalian berikan," ucap Renggin Ang kepada Ampy Ang dan Li Lin. Anak itu lebih memilih langsung terjang daripada membiarkan mereka berdua untuk bertahan lebih lama."Heh, padahal kau sendiri masih butuh waktu lebih lama untuk melakukan teknik regenerasi. Apa kau yakin bisa menompang tubuhmu setelah aku menguras habis energi spiritualmu?" tanya Cai Cing."Haha. Aku tak yakin, tapi aku akan berusaha," jawabnya meringis.Renggin Ang melangkahkan kakinya menghampiri ikan bethik raksasa dengan percaya diri."Bersiaplah ikan bau, ajalmu akan datang!" Renggin Ang menoleh ke arah Cai Cing, lalu menganggukkan kepalanya. "Naga langit penembus jantung!"Sang naga membelah diri menjadi seribu naga kecil. Kemudian mereka melesat cepat ke arah sang ikan.Syuuut syuuut syuuut!Ikan itu memperkuat pertahanan dengan menebalkan sisiknya. Sayangnya bagian kepala tidak tertutup sisik. Sehingga segrombolan naga la
Bara Ang merasa tertohok. Sakit, tapi tak berdarah. Dia menyadari dirinya di masa lalu memang sangatlah buruk. "Maaf." Pemuda itu tertunduk berucap lirih."Apa? Aku tidak dengar. Suaramu sungguh tak bertenaga," ucap Ampy Ang meletakan telapak tangannya di belakang daun telinga."Aku minta maaf," ujar Bara Ang sekali lagi."Huh." Renggin Ang menghembuskan napas kasar. Lalu dia mendekati Bara Ang, hingga jarak di antara mereka kurang lebih satu jengkal. "Jangan salah paham. Aku hanya ingin menebus kesalahan ibuku kepada Keluarga Ang."Kemudian, Renggin Ang menarik tangan Ampy Ang menjauh dari tenda. "Maaf, aku ada keperluan dengan adikku."Setelah cukup jauh dan tidak terlihat oleh teman-temannya, Renggin Ang mengeluarkan buku kuno yang selalu terselip di bajunya. "Karena kejadian kemaren, Ibu mengerahkan segala usahanya untuk menolongku," ungkapnya kepada Ampy Ang."Apa! Jadi, Ibu ...""Untuk sementara, Ibu beristirahat di dalam buku ini untuk memulihkan jiwanya agar tidak lenyap," ter
Duata Hun mengajari Renggin Ang sebuah teknik bernama lithongan. Teknik ini adalah teknik untuk menekan kekuatan, sehingga hanya tampak separuh kekuatannya saja.Renggin Ang berdiri posisi mengangkang. Selanjutnya, dia memutar kedua tangannya dari samping, lalu melingkar ke atas. Menyatukan telapak tangan yang satu dengan yang lain. Tangan mulai turun, hingga sejajar dengan dada. Kemudian dia merenggangkan kedua tangannya dan menghadapkan telapak tangan ke bawah. "Heaaaaaat!" Renggin Ang berteriak keras. Anak itu menekan kuat energi spiritualnya hingga ke bawah lutut.Apabila dia menggunakkan kekuatannya melampaui batas, yaitu lebih dari separuhnya. Maka, dia harus menekannya kembali dengan teknik lithongan."Teknik ini ..." Ampy Ang mengkerutkan dahinya. "Aku pernah melihat Kakak Shen melakukannya," gumam Ampy Ang.Kemudian, Ampy Ang bertanya kepada Kakek Leluhur, "Apakah itu hanya dimiliki oleh keluarga Hun, Kakek?""Benar, aku yang telah membuat teknik ini. Jika ada orang lain yan
"Hahaha. Bukankah kalian dari Sekte Modar di bawah naungan Tetua Kelima?" tawa Mu Sang memincingkan sebelah mata memandang rendah anggota Sekte Modar.Renggin Ang berjalan memegang bahu Ampy Ang. "Biarkan aku saja yang mengatasinya." Kemudian, anak itu melewati adiknya, maju ke hadapan para tetua hingga posisi berada di samping Mu Sang."Halo, Senior!" sapa Renggin Ang kepada Mu Sang. "Aku adalah ketua Sekte Modar dan juga termasuk murid kesayangan Nona An Ting, senang berkenalan dengan Anda." Dia meringis."Ckck. Murid kesayangan si babi, apa yang bisa dibanggakan?""Tentu saja aku bangga. Nona An adalah orang yang baik. Aku yakin suatu saat Anda akan jatuh hati padanya.""Pffft. Aku akan mencium kakimu jika itu sampai terjadi.""Akan kuingat janji Anda, Senior." Renggin Ang menoleh ke arah An Ting yang sedang bersama teman-temannya. Dia tersenyum dengan senyuman yang paling menawan.An Ting sendiri merasa aneh dengan tingkah laku Renggin Ang. "Apa yang sedang anak itu lakukan di sana
Renggin Ang berada di tingkat master tahap pertama, Ampy Ang berada di tingkat jendral tahap pertama, sedangkan Sina Hun berada di tingkat master tahap sembilan. Mereka melawan Master Yu yang barada di tingkat legend tahap ketiga."Kakak, bukankah kau bilang tadi punya rencana?" tanya Ampy Ang."Ah, itu. Aku memiliki racun pencuci otak. Aku tidak yakin ini akan berhasil jika digunakan kepada Master Yu.""Itu tidak akan berhasil! Master Yu telah mencapai tingkat legend dan telah membentuk kekebalan tubuh anti racun. Jadi itu akan sia-sia," kata Sina Hun. "Aku memiliki cara yang lebih ampuh untuk mengalahkannya.""Apa itu?" tanya Renggin Ang dan Ampy Ang bersamaan."Kau sudah mendapatkan buku itu kembali bukan?"Renggin Ang mengangguk."Buka bab teknik penggabungan roh hewan spiritual khusus untuk orang yang memiliki energi spiritual panas dan dingin!" ucap Sina Hun."Adakah teknik seperti itu?" tanya Renggin Ang. "Aku pernah mendengarnya dari kakekku.""Kakek buyut?""Benar."Renggin A
Saat sedang mengobrol dengan Pemimpin Keluarga Dong, Tu Lung Dong mendengar kerang ajaibnya bersiul. Dia mendapat kabar dari para mermaid bahwa Laut Pelangi bagian selatan sedang diserang pasukan monster ular putih yang dipimpin oleh ratu siluman ular putih, Shi Yue. Mendengar kabar tersebut, Tu Lung Dong tidak bisa diam. Dia pun menyampaikan hal tersebut kepada Ampy Ang."Pergilah, Tuan! Tidak perlu mengkhawatirkan kami di sini. Para mermaid itu membutuhkan Anda sekarang," ujar Ampy Ang kepada Tu Lung Dong.Selang beberapa detik kemudian setelah Tu Lung Dong pergi, datang seorang wanita yang tampak sangat lemah. Bahkan menjalankan kakinya pun harus dibantu. Ampy Ang melihat seorang gadis yang tadi mendahuluinya saat hendak menghampiri Renggin Ang, dia bergegas menyambut wanita lemah itu seraya berseru."Ibu!""Ibu? Apakah itu raga Ibu? Mengapa Sera Yu memanggilnya ibu?" tanya Renggin Ang kepada Meriy Ang mencari kejelasan."Itu memang raga Ibu. Tapi, dalam tubuh itu ada jiwa seseorang
Master Yu tampak tidak menikmati pertandingan. Kemudian, pria itu mengeluarkan sebuah buku yang menjadi masih menjadi sebuah misteri baginya. Biasanya pria itu hanya menaruhnya di atas rak pada tumpukan buku-buku yang berdebu."Cih! Aku tidak menyangka buku ini akan tertulis dengan tulisan yang tidak bisa kumengerti. Baru kali ini aku mendapatkan tulisan serumit ini! Hah, sial! Sia-sia saja aku merebut buku ini dari bocah itu. Bagaimana bisa Master Wang memahaminya? Tidak hanya itu, dia bahkan bisa mempelajari segala isi buku ini hingga mengaktifkan formasi tujuh bintang untuk menyegel jiwa Meriy Ang," ucap Master Yu menggerutu.Master Wang adalah salah satu murid kakek buyut Renggin Ang dari generasi kelima Keluarga Hun. Dia yang telah menghasut para keturunan generasi keenam Keluarga Hun, sehingga menimbulkan pertikaiaan perebutan buku kuno itu. Lelaki itu juga yang telah berpura-pura menyarankan agar buku kuno itu disembunyikan. Dengan begitu, dia bisa dengan mudah merebut buku kuno
"Ada apa?" tanya Shi Kiel Dong."Aku melihat bayangan seseorang di luar!" Renggin Ang bangkit dari ranjang dan membuka jedela kamarnya. "Kakak San, Tetaplah di sini bersama Tuan Muda Kiel! Aku akan pergi mengeceknya. Kalian boleh tidur terlebih dahulu jika aku tak kunjung kembali." Dia melompat dari jendela mengikuti bayangan itu.Tampak seseorang berpakaian serba hitam dan hanya terlihat matanya saja. Dia bergerak, lari, dan melompat dengan cepat. Tiba-tiba berhenti di sebuah pekarangan yang cukup lapang. Kemudian, dia duduk di bawah sebuah pohon yang rindang dan lebat. Dia pun melepas kain penutup wajahnya.Fiuh!Hembusan napas kasar menyertainya. Tampak seorang gadis yang berumur setahun lebih muda dari Renggin Ang sedang mendongakkan kepala bersandar pada pohon besar di belakangnya."Sera Yu!"Suara Renggin Ang sangat rendah, sehingga hanya terdengar oleh dirinya sendiri."Apa yang ia lakukan di tengah malam begini di sana?"Renggin Ang menghampiri gadis itu dan duduk di sampingnya
"Kau memiliki rubah yang bagus, Tuan Muda Kiel." Fen Yu berjalan memutari mereka sembari terus memandang ke arah Gu Rhi San. Dia tampak terkagum-kagum dengan bentuk tubuh rubah Gu Rhi San yang bersih dan berbulu lebat. "Rubah ini sangat cantik, aku menyukainya. Bisakah kau memberikannya kepadaku sebagai hadiah?" ucapnya memaksa."Cih! Aku bukan betina!" celetuk Gu Rhi San kesal."Ka-kau bi-bisa bicara?" Fen Yu kaget."Tentu saja. Aku tidak mau memiliki Tuan bodoh sepertimu. Kau bahkan tidak bisa membedakan jenis kelamin! Huh!""Apa kau bilang!" Fen Yu menggertak.Datang seorang gadis dari belakang Fen Yu mendekati pemuda itu dan menjewernya."Paman mencarimu. Kau membolos latihan lagi, Kakak Sepupu! Bukanya meningkatkan kultivasi malah bermain-main! Dasar pemalas!" ucap gadis itu memarahi Fen Yu."Aargh! Ayolah Sera Yu! Sekali-kali kau juga harus menikmati hidup. Tidak perlu kau terlalu memperdulikan ocehan ayahmu yang semakin hari semakin tua itu. Lagipula, kompetisi Benua Yu masih t
Renggin Ang yang awalnya berencana untuk berlatih di akademi Gendon, sang kakek malah menyuruhnya berlatih di Akademi Dongu di Benua Yu. Demi merebut kembali buku kuno sang leluhur, Renggin Ang pun mengikuti saran sang kakek. Dia keluar dari kamar melewati jendela bersama Gu Rhi San. Lagi-lagi anak itu mengambil jalur belakang."Kakak San, ayo!" ajaknya telah bersiap untuk terbang bersama Cai Cing.Renggin Ang mengubah dirinya menjadi Chen Tong dan memakai kalung yang diberikan Kakek Mo kepadanya. Dia mendarat di sebuah wilayah sebelah selatan Benua Yu. Anak itu berjalan dari pantai hingga mendapati keramaian di pemukiman."Maaf, Ki Sanak. Kalau boleh tau, apa nama wilayah ini?" tanya Renggin Ang kepada seorang kakek tua."Ini ... emm." Kakek tua itu tampak berpikir."Bukankah tinggal menyebutkannya saja? Apakah kakek ini sudah pikun?" gumam Renggin Ang.Kemudian kakek tua itu menoleh ke sana ke mari seperti sedang memastikan sesuatu. Lalu, dia mendekat kepada Renggin Ang dan berbisik.
Di Hutan Mblesek tempat Kakek Mo dan Gu Rhi San berada. Kakek Mo bersi kukuh ingin kembali ke akademi."Hey, Kakek! Bagaimana nanti jika anak itu kembali?" ucap Gu Rhi San mengikuti langkah kaki Kakek Mo."Kau tunggu saja di sini! Biarkan aku kembali sendiri!""Bagaimana mungkin! Anak itu menyuruhku untuk menjagamu! Bagaimana jika sesuatu terjadi padamu, apa yang harus kukatakan padanya?""Haish! Berisik sekali!" Kakek tua itu mendengus.Gu Rhi San pun pada akhirnya mengekor hingga tiba di akademi."Woah! Ini kah akademi? Sangat berbeda dengan Perguruan Rasa di Wilayah Cang. Tempat ini tampak lebih megah!" ujar Gu Rhi San kagum."Tentu saja. Akademi ini tempat untuk berlatih para kultivator hingga menuju puncak. Sedangkan perguruan hanya mengajarkan keahlian tertentu sesuai bakat."Setelah Kakek Mo sampai di kediamannya, para murid-muridnya menyambut dengan hangat."Tetua Mo kembali!" teriak Go Yang girang."Apakah aku tidak salah melihat? Itu benar-benar Tetua Mo!" ucap San Tai membe
Selangkah demi selangkah, perlahan Renggin Ang dan Gu Rhi San mendekati semak-semak itu."Aaaaargh!"Dia mengerang semakin keras."Grrrrrrrr!"Renggin Ang merasa sedikit akrab dengan suara itu. Dia pun menyingkirkan semak-semak yang menutupinya dan mendapati seorang pria tua sedang meringkuk sembari meremas dadanya."Ka-kakek Mo!"Renggin melihat menyentuh pria itu, badannya dingin seperti es dan tubuhnya sangat pucat "Kau mengenalnya?" tanya Gu Rhi San."Dia adalah guruku di akademi sekaligus paman dari ayahku.""Sepertinya, dia terkena racun dingin," kata Gu Rhi San."Duduklah, Kakek!" Renggin Ang membangunkan pria tua itu dan mendudukkannya."Si-siapa kau?" tanya pria tua itu samar-samar melihat seorang anak lelaki dan seorang pria."Renggin Ang.""Ka-kau!""Iya Kakek, ini aku. Aku memakai topeng pengubah itu."Kemudian, Renggin Ang menekan penggungnya dengan kedua telapak tangan, lalu menyalurkan energi spiritual ke seluruh tubuhnya. Anak itu menekan racun tersebut dan mengumpulka
Tak disangka, di malam harinya, mereka mendapat kabar dari penjaga perbatasan Wilayah Han, bahwa benteng pertahanan telah diratakan. Setelah Pangeran Bing Kai kembali ke kediamannya, rupanya Kaisar Kerajaan Kai menolak perdamaiaan dan langsung bergerak menyerbu Wilayah Han."Kakak, sepertinya kau harus menunda kepergianmu ke akademi," ucap Ampy Ang kepada Renggin Ang."Baiklah! Aku bersama Kakak San dan Ampy Ang akan pergi ke Wilayah Han untuk mengatasi pasukan Kerajaan Kai." Renggin Ang berubah wujud menjadi dirinya yang asli.Mereka pergi ke Wilayah Han, dengan membawa 500 pasukan. Untung saja, saat itu para penduduk masih berada di tenda ungsian di ibu kota, sehingga tidak perlu dikhawatirkan akan adanya korban di antara mereka.Setelah pasukan Kerajaan Kai meratakan benteng pertahanan, mereka bergerak menuju Kediaman Han dan mengobrak-abrik tempat itu."Tidak ada siapapun di kediaman ini, Ayah," ujar Mhe Lu Kai, Pangeran Pertama Kerajaan Kai."Tuan Tu Lung Dong telah mengungsikan m