Renggin Ang memberi nama si cacing berkumis itu Cai Cing."Cukup. Terima kasih atas waktu yang kalian berikan," ucap Renggin Ang kepada Ampy Ang dan Li Lin. Anak itu lebih memilih langsung terjang daripada membiarkan mereka berdua untuk bertahan lebih lama."Heh, padahal kau sendiri masih butuh waktu lebih lama untuk melakukan teknik regenerasi. Apa kau yakin bisa menompang tubuhmu setelah aku menguras habis energi spiritualmu?" tanya Cai Cing."Haha. Aku tak yakin, tapi aku akan berusaha," jawabnya meringis.Renggin Ang melangkahkan kakinya menghampiri ikan bethik raksasa dengan percaya diri."Bersiaplah ikan bau, ajalmu akan datang!" Renggin Ang menoleh ke arah Cai Cing, lalu menganggukkan kepalanya. "Naga langit penembus jantung!"Sang naga membelah diri menjadi seribu naga kecil. Kemudian mereka melesat cepat ke arah sang ikan.Syuuut syuuut syuuut!Ikan itu memperkuat pertahanan dengan menebalkan sisiknya. Sayangnya bagian kepala tidak tertutup sisik. Sehingga segrombolan naga la
Bara Ang merasa tertohok. Sakit, tapi tak berdarah. Dia menyadari dirinya di masa lalu memang sangatlah buruk. "Maaf." Pemuda itu tertunduk berucap lirih."Apa? Aku tidak dengar. Suaramu sungguh tak bertenaga," ucap Ampy Ang meletakan telapak tangannya di belakang daun telinga."Aku minta maaf," ujar Bara Ang sekali lagi."Huh." Renggin Ang menghembuskan napas kasar. Lalu dia mendekati Bara Ang, hingga jarak di antara mereka kurang lebih satu jengkal. "Jangan salah paham. Aku hanya ingin menebus kesalahan ibuku kepada Keluarga Ang."Kemudian, Renggin Ang menarik tangan Ampy Ang menjauh dari tenda. "Maaf, aku ada keperluan dengan adikku."Setelah cukup jauh dan tidak terlihat oleh teman-temannya, Renggin Ang mengeluarkan buku kuno yang selalu terselip di bajunya. "Karena kejadian kemaren, Ibu mengerahkan segala usahanya untuk menolongku," ungkapnya kepada Ampy Ang."Apa! Jadi, Ibu ...""Untuk sementara, Ibu beristirahat di dalam buku ini untuk memulihkan jiwanya agar tidak lenyap," ter
Duata Hun mengajari Renggin Ang sebuah teknik bernama lithongan. Teknik ini adalah teknik untuk menekan kekuatan, sehingga hanya tampak separuh kekuatannya saja.Renggin Ang berdiri posisi mengangkang. Selanjutnya, dia memutar kedua tangannya dari samping, lalu melingkar ke atas. Menyatukan telapak tangan yang satu dengan yang lain. Tangan mulai turun, hingga sejajar dengan dada. Kemudian dia merenggangkan kedua tangannya dan menghadapkan telapak tangan ke bawah. "Heaaaaaat!" Renggin Ang berteriak keras. Anak itu menekan kuat energi spiritualnya hingga ke bawah lutut.Apabila dia menggunakkan kekuatannya melampaui batas, yaitu lebih dari separuhnya. Maka, dia harus menekannya kembali dengan teknik lithongan."Teknik ini ..." Ampy Ang mengkerutkan dahinya. "Aku pernah melihat Kakak Shen melakukannya," gumam Ampy Ang.Kemudian, Ampy Ang bertanya kepada Kakek Leluhur, "Apakah itu hanya dimiliki oleh keluarga Hun, Kakek?""Benar, aku yang telah membuat teknik ini. Jika ada orang lain yan
"Hahaha. Bukankah kalian dari Sekte Modar di bawah naungan Tetua Kelima?" tawa Mu Sang memincingkan sebelah mata memandang rendah anggota Sekte Modar.Renggin Ang berjalan memegang bahu Ampy Ang. "Biarkan aku saja yang mengatasinya." Kemudian, anak itu melewati adiknya, maju ke hadapan para tetua hingga posisi berada di samping Mu Sang."Halo, Senior!" sapa Renggin Ang kepada Mu Sang. "Aku adalah ketua Sekte Modar dan juga termasuk murid kesayangan Nona An Ting, senang berkenalan dengan Anda." Dia meringis."Ckck. Murid kesayangan si babi, apa yang bisa dibanggakan?""Tentu saja aku bangga. Nona An adalah orang yang baik. Aku yakin suatu saat Anda akan jatuh hati padanya.""Pffft. Aku akan mencium kakimu jika itu sampai terjadi.""Akan kuingat janji Anda, Senior." Renggin Ang menoleh ke arah An Ting yang sedang bersama teman-temannya. Dia tersenyum dengan senyuman yang paling menawan.An Ting sendiri merasa aneh dengan tingkah laku Renggin Ang. "Apa yang sedang anak itu lakukan di sana
"Jaga mereka baik-baik! Itu satu-satunya cara untuk menebus kesalahanmu. Ketamakan, rasa iri, dan ambisi hanya akan membuatmu lupa diri. Lihatlah kedua anak itu (Renggin Ang dan Ampy Ang), mereka saling membahu untuk bertahan hidup. Karena ulah kalian, mereka tumbuh tanpa orang tua. Karena keegoisan dan keserakahan kalian, para keturunanku di generasi selanjutnya morat marit mencari perlindungan," tutur Duata Hun menceramahi Tetua Mo.Tetua Mo terus tertunduk, bahkan dia tak sanggup manatap wajah sang leluhur. Mulutnya terkunci rapat tak bisa berkata-kata. Tiba-tiba buliran air yang berasal dari matanya terjun ke tanah. Dia benar-benar menyesali perbuatannya di masa lalu.Sang leluhur maju lebih dekat berdiri tegap di hadapan Tetua Mo. "Tegakkan kepalamu! Lihat aku!" perintahnya."Situasi macam apa ini?" gumam Renggin Ang. Dia berdiri berdampingan bersama Ampy Ang di belakang roh sang leluhur. Suasana yang sangat mengintimidasi membuat mereka diam dengan patuh.Seketika, Tetua Mo meneg
"Hahaha. Keluarga Ang memang keluarga yang paling miskin di Daerah Wahid. Tadi pagi, mereka kalah taruhan dan berhutang kepada Keluarga Sang senilai 20.000 keping emas," ungkap Sung Sang menyinggung Renggin Ang."Ups ... pantas saja kalian bersikeras menjalin hubungan baik dengan Keluarga Lin dan sialnya, sekarang Keluarga Lin sudah hancur tak bersisa. Ckck. Sia-sia," ucap Su Ling dengan nada mengejek.Ampy Ang menutup telinga Renggin Ang agar tidak mendengarkan ocehan mereka yang tak bermanfaat. "Kakak, sepertinya ada seseorang yang telah memberitahukan kedatangan kita ke sini kepada mereka," bisik gadis itu."Hah? Siapa?" jawab Renggin Ang berbisik."Kakak tertua. Dia berada di balik gapura itu," tunjuk Ampy Ang.Tiba-tiba, Sung Sang melompat hendak menendang kepala Renggin Ang. "Beraninya kalian mengabaikanku!"Hap!Renggin Ang menangkap kaki Sung Sang hanya dengan satu tangan. Matanya melotot. Kemudian anak itu memutar kaki Sung Sang dengan putaran yang cukup kuat, hingga tubuh Su
"Aku akan memberikan tujuh pertanyaan. Setiap jawaban kalian yang benar dari satu pertanyaan, maka kalian boleh membawa lebih satu. Kecuali untuk kitab elemen api dan kayu, kalian harus melewati satu ujian lagi dari penjaga yang berada di lantai dua," ucap sang penjaga lantai satu.Perpustakaan akademi terdiri dari tiga lantai. Lantai pertama, untuk Buku-buku teknik tingkat rendah. Lantai kedua untuk tingkat menengah dan lantai ketiga untuk tingkat tinggi. Masing-masing lantai ada penjaga yang siap menguji kedatangan setiap murid."Baiklah. Apapun pertanyaannya, kami akan menjawabnya," ujar Renggin Ang."Pertama, apa kedudukan Tetua Mo di akademi ini?""Wakil Pemimpin," jawab Renggin Ang."Benar. Kedua, apa roh hewan spiritual milik Tetua Mo?""Cacing putih. Ups, maksudku Naga Angin.""Ah, benar." Sang penjaga sedikit terkejut dengan jawaban Renggin Ang. "Apakah Kakek tua itu benar-benar telah membuka diri terhadap anak ini?" gumamnya.Sebenarnya, si penjaga hanya ingin menguji sebera
Siang hari sebelum Renggin Ang dan Ampy Ang pergi ke perpustakaan akademi, Tetua Mo mencegah mereka untuk mengabarkan sesuatu."Untuk berjaga-jaga, aku beri tahu bahwa sebenarnya penjaga perpustakaan lantai pertama adalah Tuan Kwe Ci, Pemimpin Akademi. Dia adalah teman seperjuanganku. Giok hitam itu merupakan tanda kepercayaanku sepenuhnya. Jadi, mungkin Pemimpin akan menanyakan beberapa hal tentangku," jelas Tetua Mo."Tuan Kwe Ci adik dari Pemimpin Keluarga Ci?" tanya Ampy Ang."Benar.""Jika, Pemimpin mempertanyakan hal itu, aku yang akan menjawab semua pertanyaannya dengan cepat. Bukankah itu terlihat keren? Kekeke," gumam Renggin Ang terkekeh.Kemudian, mereka berangkat ke akademi.Saat Renggin Ang memasuki lantai dua, tiba-tiba sebuah ledakan mengejutkannya membuat dia terhempas keras. Ampy Ang segera menjatuhkan buku-buku yang berada di kedua tangannya dan menahan punggung Renggin Ang. Pintu lantai kedua pun tertutup kembali dengan sendirinya."Ugh, ledakan apa itu?" ucap Rengg
Renggin Ang berada di tingkat master tahap pertama, Ampy Ang berada di tingkat jendral tahap pertama, sedangkan Sina Hun berada di tingkat master tahap sembilan. Mereka melawan Master Yu yang barada di tingkat legend tahap ketiga."Kakak, bukankah kau bilang tadi punya rencana?" tanya Ampy Ang."Ah, itu. Aku memiliki racun pencuci otak. Aku tidak yakin ini akan berhasil jika digunakan kepada Master Yu.""Itu tidak akan berhasil! Master Yu telah mencapai tingkat legend dan telah membentuk kekebalan tubuh anti racun. Jadi itu akan sia-sia," kata Sina Hun. "Aku memiliki cara yang lebih ampuh untuk mengalahkannya.""Apa itu?" tanya Renggin Ang dan Ampy Ang bersamaan."Kau sudah mendapatkan buku itu kembali bukan?"Renggin Ang mengangguk."Buka bab teknik penggabungan roh hewan spiritual khusus untuk orang yang memiliki energi spiritual panas dan dingin!" ucap Sina Hun."Adakah teknik seperti itu?" tanya Renggin Ang. "Aku pernah mendengarnya dari kakekku.""Kakek buyut?""Benar."Renggin A
Saat sedang mengobrol dengan Pemimpin Keluarga Dong, Tu Lung Dong mendengar kerang ajaibnya bersiul. Dia mendapat kabar dari para mermaid bahwa Laut Pelangi bagian selatan sedang diserang pasukan monster ular putih yang dipimpin oleh ratu siluman ular putih, Shi Yue. Mendengar kabar tersebut, Tu Lung Dong tidak bisa diam. Dia pun menyampaikan hal tersebut kepada Ampy Ang."Pergilah, Tuan! Tidak perlu mengkhawatirkan kami di sini. Para mermaid itu membutuhkan Anda sekarang," ujar Ampy Ang kepada Tu Lung Dong.Selang beberapa detik kemudian setelah Tu Lung Dong pergi, datang seorang wanita yang tampak sangat lemah. Bahkan menjalankan kakinya pun harus dibantu. Ampy Ang melihat seorang gadis yang tadi mendahuluinya saat hendak menghampiri Renggin Ang, dia bergegas menyambut wanita lemah itu seraya berseru."Ibu!""Ibu? Apakah itu raga Ibu? Mengapa Sera Yu memanggilnya ibu?" tanya Renggin Ang kepada Meriy Ang mencari kejelasan."Itu memang raga Ibu. Tapi, dalam tubuh itu ada jiwa seseorang
Master Yu tampak tidak menikmati pertandingan. Kemudian, pria itu mengeluarkan sebuah buku yang menjadi masih menjadi sebuah misteri baginya. Biasanya pria itu hanya menaruhnya di atas rak pada tumpukan buku-buku yang berdebu."Cih! Aku tidak menyangka buku ini akan tertulis dengan tulisan yang tidak bisa kumengerti. Baru kali ini aku mendapatkan tulisan serumit ini! Hah, sial! Sia-sia saja aku merebut buku ini dari bocah itu. Bagaimana bisa Master Wang memahaminya? Tidak hanya itu, dia bahkan bisa mempelajari segala isi buku ini hingga mengaktifkan formasi tujuh bintang untuk menyegel jiwa Meriy Ang," ucap Master Yu menggerutu.Master Wang adalah salah satu murid kakek buyut Renggin Ang dari generasi kelima Keluarga Hun. Dia yang telah menghasut para keturunan generasi keenam Keluarga Hun, sehingga menimbulkan pertikaiaan perebutan buku kuno itu. Lelaki itu juga yang telah berpura-pura menyarankan agar buku kuno itu disembunyikan. Dengan begitu, dia bisa dengan mudah merebut buku kuno
"Ada apa?" tanya Shi Kiel Dong."Aku melihat bayangan seseorang di luar!" Renggin Ang bangkit dari ranjang dan membuka jedela kamarnya. "Kakak San, Tetaplah di sini bersama Tuan Muda Kiel! Aku akan pergi mengeceknya. Kalian boleh tidur terlebih dahulu jika aku tak kunjung kembali." Dia melompat dari jendela mengikuti bayangan itu.Tampak seseorang berpakaian serba hitam dan hanya terlihat matanya saja. Dia bergerak, lari, dan melompat dengan cepat. Tiba-tiba berhenti di sebuah pekarangan yang cukup lapang. Kemudian, dia duduk di bawah sebuah pohon yang rindang dan lebat. Dia pun melepas kain penutup wajahnya.Fiuh!Hembusan napas kasar menyertainya. Tampak seorang gadis yang berumur setahun lebih muda dari Renggin Ang sedang mendongakkan kepala bersandar pada pohon besar di belakangnya."Sera Yu!"Suara Renggin Ang sangat rendah, sehingga hanya terdengar oleh dirinya sendiri."Apa yang ia lakukan di tengah malam begini di sana?"Renggin Ang menghampiri gadis itu dan duduk di sampingnya
"Kau memiliki rubah yang bagus, Tuan Muda Kiel." Fen Yu berjalan memutari mereka sembari terus memandang ke arah Gu Rhi San. Dia tampak terkagum-kagum dengan bentuk tubuh rubah Gu Rhi San yang bersih dan berbulu lebat. "Rubah ini sangat cantik, aku menyukainya. Bisakah kau memberikannya kepadaku sebagai hadiah?" ucapnya memaksa."Cih! Aku bukan betina!" celetuk Gu Rhi San kesal."Ka-kau bi-bisa bicara?" Fen Yu kaget."Tentu saja. Aku tidak mau memiliki Tuan bodoh sepertimu. Kau bahkan tidak bisa membedakan jenis kelamin! Huh!""Apa kau bilang!" Fen Yu menggertak.Datang seorang gadis dari belakang Fen Yu mendekati pemuda itu dan menjewernya."Paman mencarimu. Kau membolos latihan lagi, Kakak Sepupu! Bukanya meningkatkan kultivasi malah bermain-main! Dasar pemalas!" ucap gadis itu memarahi Fen Yu."Aargh! Ayolah Sera Yu! Sekali-kali kau juga harus menikmati hidup. Tidak perlu kau terlalu memperdulikan ocehan ayahmu yang semakin hari semakin tua itu. Lagipula, kompetisi Benua Yu masih t
Renggin Ang yang awalnya berencana untuk berlatih di akademi Gendon, sang kakek malah menyuruhnya berlatih di Akademi Dongu di Benua Yu. Demi merebut kembali buku kuno sang leluhur, Renggin Ang pun mengikuti saran sang kakek. Dia keluar dari kamar melewati jendela bersama Gu Rhi San. Lagi-lagi anak itu mengambil jalur belakang."Kakak San, ayo!" ajaknya telah bersiap untuk terbang bersama Cai Cing.Renggin Ang mengubah dirinya menjadi Chen Tong dan memakai kalung yang diberikan Kakek Mo kepadanya. Dia mendarat di sebuah wilayah sebelah selatan Benua Yu. Anak itu berjalan dari pantai hingga mendapati keramaian di pemukiman."Maaf, Ki Sanak. Kalau boleh tau, apa nama wilayah ini?" tanya Renggin Ang kepada seorang kakek tua."Ini ... emm." Kakek tua itu tampak berpikir."Bukankah tinggal menyebutkannya saja? Apakah kakek ini sudah pikun?" gumam Renggin Ang.Kemudian kakek tua itu menoleh ke sana ke mari seperti sedang memastikan sesuatu. Lalu, dia mendekat kepada Renggin Ang dan berbisik.
Di Hutan Mblesek tempat Kakek Mo dan Gu Rhi San berada. Kakek Mo bersi kukuh ingin kembali ke akademi."Hey, Kakek! Bagaimana nanti jika anak itu kembali?" ucap Gu Rhi San mengikuti langkah kaki Kakek Mo."Kau tunggu saja di sini! Biarkan aku kembali sendiri!""Bagaimana mungkin! Anak itu menyuruhku untuk menjagamu! Bagaimana jika sesuatu terjadi padamu, apa yang harus kukatakan padanya?""Haish! Berisik sekali!" Kakek tua itu mendengus.Gu Rhi San pun pada akhirnya mengekor hingga tiba di akademi."Woah! Ini kah akademi? Sangat berbeda dengan Perguruan Rasa di Wilayah Cang. Tempat ini tampak lebih megah!" ujar Gu Rhi San kagum."Tentu saja. Akademi ini tempat untuk berlatih para kultivator hingga menuju puncak. Sedangkan perguruan hanya mengajarkan keahlian tertentu sesuai bakat."Setelah Kakek Mo sampai di kediamannya, para murid-muridnya menyambut dengan hangat."Tetua Mo kembali!" teriak Go Yang girang."Apakah aku tidak salah melihat? Itu benar-benar Tetua Mo!" ucap San Tai membe
Selangkah demi selangkah, perlahan Renggin Ang dan Gu Rhi San mendekati semak-semak itu."Aaaaargh!"Dia mengerang semakin keras."Grrrrrrrr!"Renggin Ang merasa sedikit akrab dengan suara itu. Dia pun menyingkirkan semak-semak yang menutupinya dan mendapati seorang pria tua sedang meringkuk sembari meremas dadanya."Ka-kakek Mo!"Renggin melihat menyentuh pria itu, badannya dingin seperti es dan tubuhnya sangat pucat "Kau mengenalnya?" tanya Gu Rhi San."Dia adalah guruku di akademi sekaligus paman dari ayahku.""Sepertinya, dia terkena racun dingin," kata Gu Rhi San."Duduklah, Kakek!" Renggin Ang membangunkan pria tua itu dan mendudukkannya."Si-siapa kau?" tanya pria tua itu samar-samar melihat seorang anak lelaki dan seorang pria."Renggin Ang.""Ka-kau!""Iya Kakek, ini aku. Aku memakai topeng pengubah itu."Kemudian, Renggin Ang menekan penggungnya dengan kedua telapak tangan, lalu menyalurkan energi spiritual ke seluruh tubuhnya. Anak itu menekan racun tersebut dan mengumpulka
Tak disangka, di malam harinya, mereka mendapat kabar dari penjaga perbatasan Wilayah Han, bahwa benteng pertahanan telah diratakan. Setelah Pangeran Bing Kai kembali ke kediamannya, rupanya Kaisar Kerajaan Kai menolak perdamaiaan dan langsung bergerak menyerbu Wilayah Han."Kakak, sepertinya kau harus menunda kepergianmu ke akademi," ucap Ampy Ang kepada Renggin Ang."Baiklah! Aku bersama Kakak San dan Ampy Ang akan pergi ke Wilayah Han untuk mengatasi pasukan Kerajaan Kai." Renggin Ang berubah wujud menjadi dirinya yang asli.Mereka pergi ke Wilayah Han, dengan membawa 500 pasukan. Untung saja, saat itu para penduduk masih berada di tenda ungsian di ibu kota, sehingga tidak perlu dikhawatirkan akan adanya korban di antara mereka.Setelah pasukan Kerajaan Kai meratakan benteng pertahanan, mereka bergerak menuju Kediaman Han dan mengobrak-abrik tempat itu."Tidak ada siapapun di kediaman ini, Ayah," ujar Mhe Lu Kai, Pangeran Pertama Kerajaan Kai."Tuan Tu Lung Dong telah mengungsikan m