Cie nungguin. Untuk pembaca lama dari apk sebelah yang sudah muak dengan alasan ini. Tapi inilah kenyataannya, maaf yaa lagi ngejar pemberkasan skripsi. Serius masa data diri sy di PDDIKTI statusnya mengundurkan diri. Capek bgt, kuliah sambil kerja. Love you guys. Author maksa minta vote. Terima kasih untuk semua silent reader. Ka Lindastak dan Ka Nono makasih banyak gemnya!! LOVEEE
Shushu melepaskan helm yang ia kenakan dan memberikannya pada ojek online yang membawanya ke salah satu bangunan di Distrik Merah. Kendati pemiliknya berniat mengambil helm tersebut, Shushu menahannya dengan sangat kuat. “Pak, boleh saya minta tolong?” ucap Shushu dengan serius.“Ya?” bingung Bapak Ojek tersebut.“Boleh Bapak tunggu saya di sini. Saya akan segera turun setelah bertemu dengan teman saya,” ucap Shushu. Kemudian ia melihat wajah ragu pria yang baru saja mengantarnya ke area tersebut. “Saya akan beri uang tambahan, tip, dan bintang lima!” Pekik Shushu lagi.Bapak Ojek itu menatap Shushu penuh dengan keraguan. Bukan kerana dirinya tak ingin menunggu. Namun sejauh ini anak-anak muda yang menjadi penumpangnya selalu berbohong dengan alasan yang sama. Pada akhirnya mereka lebih asik bermain dengan temannya dan melupakan dirinya yang menunggu. Hanya saja ia melihat dari sorot mata Shushu yang dalam keadaan sulit. Jadi ia mengira dia akan bertemu orang yang jahat.“Perlu saya t
Setelah menanyakan beberapa hal pada pria paruh baya yang menjadi ojek Shushu, Penyidik Huang melanjutkannya dengan menelpon Lian Quo Xin. Pemilk apartemen yang baru saja dibobol. Hanya saja panggilan itu tak berjalan mulus sebab mertua Quo Xin berteriak histeris mengira mantan menantunya itu menjadi pengaruh buruk untuk cucunya. Hanya karena tahu Quo Xin sedang berbicara dengan Penyidik Huang, polisi.Shushu yang mendengarkan cerita itu dari Senho dan Xi Ming—dua polisi intel yang menetap di area perumahannya untuk mengawasinya.“Mertunya itu sangat tak adil. Padahal dia sendiri yang memenjarakan Ka Quo Xin,” ucap Shushu setelah diam sangat lama.“Oi, fokusmu dari cerita tadi soal masalah keluarganya si peretas? Bukan kondisimu sekarang?” tanya Xi Ming yang menggendong seekor kucing bengal yang cukup gemuk. Dia duduk diam di paha Xi Ming tanpa peduli sekitarnya.“Terus?” tanya Shushu yang bingung.Senho yang berada di samping Xi Ming hanya bisa menghembuskan nafas panjang. Kedua pemu
Penyidik Huang mengambil batang rokok dari bungkusnya dan langsung memantik korek api untuk itu. Asap mulai mengepul dan ia langsung menyodot asapnya masuk ke paru-parunya. Lalu menghembuskan semua asapnya keluar dalam waktu yang cepat. Dia duduk di teras rumahnya, melamun dengan laptop menyala yang terabaikan. “Yenni, mau mie gak?” tanya seorang pria paruh baya yang membuka pintu teras . Dia juga memberikan selimut tebal untuk wanita itu. “Mau sayang,” jawab Yenni santai. Pria paruh baya yang merupakan suaminya itu langsung memberi tanda OK dengan tangan kirinya. Lalu melenggang masuk ke dalam lagi. Penyidik Huang kembali menyelesaikan laporannya. Ia membalut tubuhnya dengan selimut yang baru ia dapatkan. Cuaca semakin dingin dan ia sudah terbiasa mengurung diri sendirian di teras rumahnya ketika mendapatkan kasus. Penyidik Huang yakin sekali dalam kasus ini, Ding Shu hanya digunakan sebagai kambing hitam. Berkas laporan dari para penjudi yang merasa ditipu itu ada tepat di sampin
Shushu sedang terlentang di atas kursi makan dengan posisi yang sedikit aneh. Dia seperti kayang dengan dibantu satu kursi untuk menampu punggungnya. Salah satu tangannya menahan dirinya agar tak terjatuh dengan memegang sofa di depannya. Tangan lainnya ia gunakan untuk melihat ponselnya.Lebih tepatnya melihat sebuah topik pembicaraan yang hangat terjadi di semua sosial media. Tentu saja ia menggunakan akun baru yang sudah ia buat.“Kemarin hanya nama Samara Gwenn saja yang menjadi pembicaraan hangat. Kini orangnya secara langsung tampak namun semua orang tidak sadar dia adalah Samara Gwenn. Ironi sekali,” gumam Shushu.Dalam semua unggahan video tentang penggebrekan di Distrik Merah memperlihatkan dirinya digendong seorang polisi intel, bernama Senho. Untung saja ia cukup pintar untuk menyembunyikan wajahnya di tengkuk pria itu. Jika tidak wajahnya akan terlihat. Pasti berita ini juga akan terdengar o
Pembobolan salah satu apartemen di daerah Distrik Merah itu masih menjadi obrolan terhangat sejagat raya Internet. Ada banyak isu yang berkembang, di sana ada narkoba, pembunuhan, dan hal bohong lainnya.Shushu menatap wajah Pengacara Jung yang terlihat kaget dengan kabar yang baru saja ia ceritakan. Walaupun Pengacara Jung belum pernah ke rumah Ka Quo Xin. Namun ia pernah diberitahu pemilik apartemen itu, tentang dimana Ka Quo Xin tinggal. Apa dia melupakannya?“Ah, saya benar-benar lupa rumahnya Ahli Peretas itu daerah Distrik Merah. Maafkan saya Shushu, ada banyak klien yang sedang dikejar tenggan waktu penyelesaian kasus. Bahkan ada beberapa yang mempunyai jadwal sidang yang bersamaan,” ungkap Pengacara Jung.Shushu menatap wajah yang terlihat lelah itu. Ia memaafkan Pengacara Jung dengan cepat. Dia juga tahu ada banyak klien yang ia urus. “Lalu, apa yang harus saya lakukan sekarang?” tanya Sh
“Kau benar-benar yakin tidak ada jejak yang tertinggal kan?” tanya Pengacara Jung dengan penuh curiga pada pemuda yang terlihat berantakan penampilannya itu. Dia sudah menanyakan ini berulang kali. Bahkan ketika mau pergi dari ruangan kecil itu saja ia masih menanyakan hal yang sama lagi.“Kau ini merepotkan. Kalau saja kau mengontrol dia lebih baik, aku tak perlu turun tangan. Sudah kubilang aman!” kesal pemuda itu lagi sembari menendang bokong Pengacara Jung dengan kakinya.“Sialan kau, Weizhe!” pekik Pengacara Jung dari luar sana. Namun pemuda itu tak menghiraukannya.Ia segera menutup pintu ketika tamu tak diundang itu keluar dari tempatnya.Kemudian dia langsung melangkah ke ruangan kerjanya yang dikunci dengan pengamanan khusus. Dia meletakan telapak tangannya ke sebuah dinding, yang sebenarnya adalah sebuah pintu ke ruang kerjanya.Siapa sangka dinding beton yang putih itu sebenarnya adalah layar yang mampu mendeteksi sidik jari yang sudah dikenali. Saat pemilknya sudah teriden
Sudah lima minggu berlalu semenjak terakhir kali Shushu dipanggil oleh polisi dan terlibat beberapa hal dengan mereka. Kini penyelidikan kasusnya mulai dibantu oleh Ka Quo Xin. Shushu sangat bersyukur dengan hal ini. Walaupun prosesnya cukup lambat sebab peretas itu selalu diganggu oleh mantan mertuanya. Benar, Quo Xin masih berada di Kota H. Ia berniat membawa putrinya ke Kota B bersamanya. Namun sedikit sulit karena masalah internal keluarga. Ditambah masalah administrasi pemindahan cukup ribet. Terlebih baru-baru ini apartemennya di Distrik Merah dibobol orang yang tak dikenal, atau lebih tepat terduga komplotan dari situs judi online itu. Sebab barang yang hilang hanyalah harddisk yang berisi data-data dari komputer lama Shushu. Selain berkomunikasi baik dengan Quo Xin, wanita itu juga kerap dikabari proses perkembangan kasus melalui Penyidik Huang. Terakhir kali ia berkomunikasi dengan wanita paruh baya yang keren ini adalah dua minggu yang lalu. Dia menyatakan akan mencoba menc
Binbin Club terletak di sisi Barat, masih dalam Puast Kota B. Bagaimanapun sebagai Ibukota Republik Cina, wilayah kota ini sangat besar dan segala hal bisa ditemukan di sini.Shushu datang lebih dahulu dibandingkan Yuyu. Ia pikir tempat ini seperti klub malam biasa. Ternyata tidak. Ini lebih mirip kasino. Namun yang boleh masuk ke dalam sana hanya yang sudah berusia 18 tahun saja. Jadi wajib menunjukan identitas diri. Jika tidak, ya, tidak bisa masuk.“Nona, apa Anda akan masuk?” tanya seorang pria bertubuh besar pada Shushu yang mematung dengan tenang sejak 15 menit yang lalu.“Teman saya belum datang,” jawab Shushu santai.Alhasil para penjaga di sana hanya bisa membiarkan Shushu berdiam diri di depan pintu masuk. Hanya saja setelah itu mereka membawakan sebuah kursi lipat untuk Shushu menunggu. Mereka tak berani mengusir tamu ini karena pakaian yang ia kenakan salah satu edisi musim dingin merek X. Para penjaga itu menyadarinya setelah mendengar beberapa tamu yang paham tata busana