Pembobolan salah satu apartemen di daerah Distrik Merah itu masih menjadi obrolan terhangat sejagat raya Internet. Ada banyak isu yang berkembang, di sana ada narkoba, pembunuhan, dan hal bohong lainnya.
Shushu menatap wajah Pengacara Jung yang terlihat kaget dengan kabar yang baru saja ia ceritakan. Walaupun Pengacara Jung belum pernah ke rumah Ka Quo Xin. Namun ia pernah diberitahu pemilik apartemen itu, tentang dimana Ka Quo Xin tinggal. Apa dia melupakannya?
“Ah, saya benar-benar lupa rumahnya Ahli Peretas itu daerah Distrik Merah. Maafkan saya Shushu, ada banyak klien yang sedang dikejar tenggan waktu penyelesaian kasus. Bahkan ada beberapa yang mempunyai jadwal sidang yang bersamaan,” ungkap Pengacara Jung.
Shushu menatap wajah yang terlihat lelah itu. Ia memaafkan Pengacara Jung dengan cepat. Dia juga tahu ada banyak klien yang ia urus. “Lalu, apa yang harus saya lakukan sekarang?” tanya Sh
“Kau benar-benar yakin tidak ada jejak yang tertinggal kan?” tanya Pengacara Jung dengan penuh curiga pada pemuda yang terlihat berantakan penampilannya itu. Dia sudah menanyakan ini berulang kali. Bahkan ketika mau pergi dari ruangan kecil itu saja ia masih menanyakan hal yang sama lagi.“Kau ini merepotkan. Kalau saja kau mengontrol dia lebih baik, aku tak perlu turun tangan. Sudah kubilang aman!” kesal pemuda itu lagi sembari menendang bokong Pengacara Jung dengan kakinya.“Sialan kau, Weizhe!” pekik Pengacara Jung dari luar sana. Namun pemuda itu tak menghiraukannya.Ia segera menutup pintu ketika tamu tak diundang itu keluar dari tempatnya.Kemudian dia langsung melangkah ke ruangan kerjanya yang dikunci dengan pengamanan khusus. Dia meletakan telapak tangannya ke sebuah dinding, yang sebenarnya adalah sebuah pintu ke ruang kerjanya.Siapa sangka dinding beton yang putih itu sebenarnya adalah layar yang mampu mendeteksi sidik jari yang sudah dikenali. Saat pemilknya sudah teriden
Sudah lima minggu berlalu semenjak terakhir kali Shushu dipanggil oleh polisi dan terlibat beberapa hal dengan mereka. Kini penyelidikan kasusnya mulai dibantu oleh Ka Quo Xin. Shushu sangat bersyukur dengan hal ini. Walaupun prosesnya cukup lambat sebab peretas itu selalu diganggu oleh mantan mertuanya. Benar, Quo Xin masih berada di Kota H. Ia berniat membawa putrinya ke Kota B bersamanya. Namun sedikit sulit karena masalah internal keluarga. Ditambah masalah administrasi pemindahan cukup ribet. Terlebih baru-baru ini apartemennya di Distrik Merah dibobol orang yang tak dikenal, atau lebih tepat terduga komplotan dari situs judi online itu. Sebab barang yang hilang hanyalah harddisk yang berisi data-data dari komputer lama Shushu. Selain berkomunikasi baik dengan Quo Xin, wanita itu juga kerap dikabari proses perkembangan kasus melalui Penyidik Huang. Terakhir kali ia berkomunikasi dengan wanita paruh baya yang keren ini adalah dua minggu yang lalu. Dia menyatakan akan mencoba menc
Binbin Club terletak di sisi Barat, masih dalam Puast Kota B. Bagaimanapun sebagai Ibukota Republik Cina, wilayah kota ini sangat besar dan segala hal bisa ditemukan di sini.Shushu datang lebih dahulu dibandingkan Yuyu. Ia pikir tempat ini seperti klub malam biasa. Ternyata tidak. Ini lebih mirip kasino. Namun yang boleh masuk ke dalam sana hanya yang sudah berusia 18 tahun saja. Jadi wajib menunjukan identitas diri. Jika tidak, ya, tidak bisa masuk.“Nona, apa Anda akan masuk?” tanya seorang pria bertubuh besar pada Shushu yang mematung dengan tenang sejak 15 menit yang lalu.“Teman saya belum datang,” jawab Shushu santai.Alhasil para penjaga di sana hanya bisa membiarkan Shushu berdiam diri di depan pintu masuk. Hanya saja setelah itu mereka membawakan sebuah kursi lipat untuk Shushu menunggu. Mereka tak berani mengusir tamu ini karena pakaian yang ia kenakan salah satu edisi musim dingin merek X. Para penjaga itu menyadarinya setelah mendengar beberapa tamu yang paham tata busana
Juanxi sudah tak lagi bermimpi tentang Shushu. Lambat laun pun ia melupakan tentang sosok itu. Terlebih dirinya punya kesibukan yang perlu diselesaikan. Ia merasa tidurnya lebih semenjak terakhir kali ia bertemu dengan Shushu, dan secara tak sengaja menyentuh pipinya.Mimpi terakhir yang dialami Juanxi pada saat ia tertidur sangat berbeda dari sebelumnya. Dalam pemandangan itu ia melihat sekelibat sosok yang mirip dengan Shushu berlari ke arah hutan dengan membawa kaleng dalam pelukannya. Ia melihat itu dari atas sebuah kapal pesiar.Pemandangan yang ia lihat dari atas lantai tiga di Binbin Club ini mengkonfirmasi mimpinya terakhir kali. Bahwa sosok Shushu dari bawah sana mirip dengan mimpi yang ia lihat.Juanxi menyadari ada Shushu di bawah sana semenjak gadis di sampingnya, yang kalau dirinya tak salah ingat adalah pianis yang pernah manggung di Klun Shenzhenie. Suara Yuyu begitu khas dan bersemangat. Di tengah banyaknya suara di lantai satu di sana, selalu saja terdengar suara pian
“Ka Shushu, walaupun uangnya sudah di rekeningku. Namun ini semua kan hasil kerja keras Kakak sendirian,” tutur Yuyu dengan gugup. Ia memandangi layar ponselnya atau lebih tepatnya aplikasi bank mobile dengan keterangan saldo yang bertambah. Tidak. Nominalnya masih sama seperti sebelum dia dihutangi ketiga temannya. “Kau ikut bermain. Kau jadi support system di sebelahku. Jadi, kau juga menang,” jelas Shushu dengan kerangka logika yang cukup aneh. “Tapi aku kan gak bermain!” Kesal Yuyu. Kendati demikian wajahnya terukir senyuman di saat Shushu tak melihatnya. Dia menyukai pribadi Shushu. “Yuyu, kau tetap harus cerita soal tiga temanmu berhutang pada kakakmu,” ungkap Shushu mendadak. Yuyu yang sedari tadi melangkah di belakangnya langsung mematung. Yuyu menarik perasaan sukanya pada pribadi Shushu. Sekarang ia membenci Shushu! “Kakakmu mungkin akan marah padamu. Kau membenci situasi itu. Tapi yakinlah kau akan lebih membenci tak mendengar atau melihat reaksi itu lagi suatu saat. Jad
Juanxi terbangung di sebuah ruang inap rumah sakit. Hanya lampu putih yang begitu terang di atasnya, sebagai penanda dirinya menebak berada dimana.“Aku tak memimpikan apapun,” ucapnya. Dia pikir rasa sakit yang ia alami sebelumnya akan membuatnya melihat adegan baru dalam mimpinya. Nyatanya tidak. Ia melirik ke arah semua dinding di ruangan tersebut. Hanya untuk mencari jam yang melekat di sana. Rupanya sudah jam 3 dini hari. Jam tersebut terletak dekat jendela yang memperlihatkan langit malam.Juanxi bangkit dari kasurnya dan ia tak melihat tangannya terhubung dengan selang infus. Hanya saja ada bekas suntikan di lengannya, dan ia menduga pihak rumah sakit mengambil sampel darahnya untuk diperiksa.Dia di ruangan itu sendirian. Tidak memikirkan apapun. Hanya diam duduk di atas kasur.“Terima kasih untuk penjelasannya ners,” ucap seorang pemuda di luar ruangan. Kemudian ia masuk ke dalam ruangan Juanxi. Lalu kembali berteriak, “Suster! Pasiennya sudah bangun,” ucapnya.Juanxi hanya d
Shushu yang melamun menatap sketsa gambarannya yang melukiskan sebuah keluarga yang lengkap. Semenjak melihat interaksi kakak dan adik Han semalam. Siapa lagi kalau bukan Han You si pianis, dan Han Xiodi si petenis. Dia merasa baru pertama kali merasa sesak di dalam rumah ini.Padahal dewa sedang memaksanya membuka bab pengembangan karakternya dengan paksa. Namun dia memilih untuk tetap di dalam rumah dan pasrah saja. Dia merasa terlalu menyerahkan segala hal di tangan para polisi dan Pengacara Jung. Walaupun ia tak terlalu yakin Pengacara Jung juga masih teringat dengan kasusnya.Walaupun begitu Shushu tetap menelpon pria itu. Tumben sekali terhubung dan diangkat! Namun saat Shushu menyapanya. Pengacara Jung langsung mematikan telponnya._________Pengacara JungMaaf Nona Ding. Saya sedang dalam sidang. Ada apa? (10.12)Ding ShuBagaimana dengan
Shushu sama sekali tak menyangka bungkus permen yang ia temukan di rumah Quo Xin adalah kode untuk menyewa pelacur di Binbin Club. Dia menatap dua orang wanita dengan kecantikan dan keunikan mereka masing-masing. Apakah ini legal?Dia tak terlalu paham soal hukum, Shushu baru mengetahui beberapa hal. Namun ada pasal yang mengatur soal perjudian bahkan hukuman dan sanksi untuk pelaku atau pemilik usaha. Kendati demikian, casino cukup banyak ditemukan di setiap tempat di negeri ini. Hanya saja Shushu tak ingin berpikir banyak hal tentang ini. Pasalnya ini pengalaman yang unik untuknya, dan ia merasa ingin menikmatinya.“Halo Nona, perkenalkan nama saya Ruby,” ucap seorang wanita berambut panjang dengan lesung pipi yang manis setiap ia tersenyum. Dia terlihat sangat percaya diri. Adapun gadis di belakangnya selalu berusaha berlindung dibalik Ruby.“Itu siapa?” tanya Shushu sembari menunjuk sosok di belakangnya.Ruby menyenggol tubuh kawannya. Akhirnya gadis yang lain menunjukan wajah. Di