Penyidik Huang mengambil batang rokok dari bungkusnya dan langsung memantik korek api untuk itu. Asap mulai mengepul dan ia langsung menyodot asapnya masuk ke paru-parunya. Lalu menghembuskan semua asapnya keluar dalam waktu yang cepat. Dia duduk di teras rumahnya, melamun dengan laptop menyala yang terabaikan. “Yenni, mau mie gak?” tanya seorang pria paruh baya yang membuka pintu teras . Dia juga memberikan selimut tebal untuk wanita itu. “Mau sayang,” jawab Yenni santai. Pria paruh baya yang merupakan suaminya itu langsung memberi tanda OK dengan tangan kirinya. Lalu melenggang masuk ke dalam lagi. Penyidik Huang kembali menyelesaikan laporannya. Ia membalut tubuhnya dengan selimut yang baru ia dapatkan. Cuaca semakin dingin dan ia sudah terbiasa mengurung diri sendirian di teras rumahnya ketika mendapatkan kasus. Penyidik Huang yakin sekali dalam kasus ini, Ding Shu hanya digunakan sebagai kambing hitam. Berkas laporan dari para penjudi yang merasa ditipu itu ada tepat di sampin
Shushu sedang terlentang di atas kursi makan dengan posisi yang sedikit aneh. Dia seperti kayang dengan dibantu satu kursi untuk menampu punggungnya. Salah satu tangannya menahan dirinya agar tak terjatuh dengan memegang sofa di depannya. Tangan lainnya ia gunakan untuk melihat ponselnya.Lebih tepatnya melihat sebuah topik pembicaraan yang hangat terjadi di semua sosial media. Tentu saja ia menggunakan akun baru yang sudah ia buat.“Kemarin hanya nama Samara Gwenn saja yang menjadi pembicaraan hangat. Kini orangnya secara langsung tampak namun semua orang tidak sadar dia adalah Samara Gwenn. Ironi sekali,” gumam Shushu.Dalam semua unggahan video tentang penggebrekan di Distrik Merah memperlihatkan dirinya digendong seorang polisi intel, bernama Senho. Untung saja ia cukup pintar untuk menyembunyikan wajahnya di tengkuk pria itu. Jika tidak wajahnya akan terlihat. Pasti berita ini juga akan terdengar o
Pembobolan salah satu apartemen di daerah Distrik Merah itu masih menjadi obrolan terhangat sejagat raya Internet. Ada banyak isu yang berkembang, di sana ada narkoba, pembunuhan, dan hal bohong lainnya.Shushu menatap wajah Pengacara Jung yang terlihat kaget dengan kabar yang baru saja ia ceritakan. Walaupun Pengacara Jung belum pernah ke rumah Ka Quo Xin. Namun ia pernah diberitahu pemilik apartemen itu, tentang dimana Ka Quo Xin tinggal. Apa dia melupakannya?“Ah, saya benar-benar lupa rumahnya Ahli Peretas itu daerah Distrik Merah. Maafkan saya Shushu, ada banyak klien yang sedang dikejar tenggan waktu penyelesaian kasus. Bahkan ada beberapa yang mempunyai jadwal sidang yang bersamaan,” ungkap Pengacara Jung.Shushu menatap wajah yang terlihat lelah itu. Ia memaafkan Pengacara Jung dengan cepat. Dia juga tahu ada banyak klien yang ia urus. “Lalu, apa yang harus saya lakukan sekarang?” tanya Sh
“Kau benar-benar yakin tidak ada jejak yang tertinggal kan?” tanya Pengacara Jung dengan penuh curiga pada pemuda yang terlihat berantakan penampilannya itu. Dia sudah menanyakan ini berulang kali. Bahkan ketika mau pergi dari ruangan kecil itu saja ia masih menanyakan hal yang sama lagi.“Kau ini merepotkan. Kalau saja kau mengontrol dia lebih baik, aku tak perlu turun tangan. Sudah kubilang aman!” kesal pemuda itu lagi sembari menendang bokong Pengacara Jung dengan kakinya.“Sialan kau, Weizhe!” pekik Pengacara Jung dari luar sana. Namun pemuda itu tak menghiraukannya.Ia segera menutup pintu ketika tamu tak diundang itu keluar dari tempatnya.Kemudian dia langsung melangkah ke ruangan kerjanya yang dikunci dengan pengamanan khusus. Dia meletakan telapak tangannya ke sebuah dinding, yang sebenarnya adalah sebuah pintu ke ruang kerjanya.Siapa sangka dinding beton yang putih itu sebenarnya adalah layar yang mampu mendeteksi sidik jari yang sudah dikenali. Saat pemilknya sudah teriden
Sudah lima minggu berlalu semenjak terakhir kali Shushu dipanggil oleh polisi dan terlibat beberapa hal dengan mereka. Kini penyelidikan kasusnya mulai dibantu oleh Ka Quo Xin. Shushu sangat bersyukur dengan hal ini. Walaupun prosesnya cukup lambat sebab peretas itu selalu diganggu oleh mantan mertuanya. Benar, Quo Xin masih berada di Kota H. Ia berniat membawa putrinya ke Kota B bersamanya. Namun sedikit sulit karena masalah internal keluarga. Ditambah masalah administrasi pemindahan cukup ribet. Terlebih baru-baru ini apartemennya di Distrik Merah dibobol orang yang tak dikenal, atau lebih tepat terduga komplotan dari situs judi online itu. Sebab barang yang hilang hanyalah harddisk yang berisi data-data dari komputer lama Shushu. Selain berkomunikasi baik dengan Quo Xin, wanita itu juga kerap dikabari proses perkembangan kasus melalui Penyidik Huang. Terakhir kali ia berkomunikasi dengan wanita paruh baya yang keren ini adalah dua minggu yang lalu. Dia menyatakan akan mencoba menc
Binbin Club terletak di sisi Barat, masih dalam Puast Kota B. Bagaimanapun sebagai Ibukota Republik Cina, wilayah kota ini sangat besar dan segala hal bisa ditemukan di sini.Shushu datang lebih dahulu dibandingkan Yuyu. Ia pikir tempat ini seperti klub malam biasa. Ternyata tidak. Ini lebih mirip kasino. Namun yang boleh masuk ke dalam sana hanya yang sudah berusia 18 tahun saja. Jadi wajib menunjukan identitas diri. Jika tidak, ya, tidak bisa masuk.“Nona, apa Anda akan masuk?” tanya seorang pria bertubuh besar pada Shushu yang mematung dengan tenang sejak 15 menit yang lalu.“Teman saya belum datang,” jawab Shushu santai.Alhasil para penjaga di sana hanya bisa membiarkan Shushu berdiam diri di depan pintu masuk. Hanya saja setelah itu mereka membawakan sebuah kursi lipat untuk Shushu menunggu. Mereka tak berani mengusir tamu ini karena pakaian yang ia kenakan salah satu edisi musim dingin merek X. Para penjaga itu menyadarinya setelah mendengar beberapa tamu yang paham tata busana
Juanxi sudah tak lagi bermimpi tentang Shushu. Lambat laun pun ia melupakan tentang sosok itu. Terlebih dirinya punya kesibukan yang perlu diselesaikan. Ia merasa tidurnya lebih semenjak terakhir kali ia bertemu dengan Shushu, dan secara tak sengaja menyentuh pipinya.Mimpi terakhir yang dialami Juanxi pada saat ia tertidur sangat berbeda dari sebelumnya. Dalam pemandangan itu ia melihat sekelibat sosok yang mirip dengan Shushu berlari ke arah hutan dengan membawa kaleng dalam pelukannya. Ia melihat itu dari atas sebuah kapal pesiar.Pemandangan yang ia lihat dari atas lantai tiga di Binbin Club ini mengkonfirmasi mimpinya terakhir kali. Bahwa sosok Shushu dari bawah sana mirip dengan mimpi yang ia lihat.Juanxi menyadari ada Shushu di bawah sana semenjak gadis di sampingnya, yang kalau dirinya tak salah ingat adalah pianis yang pernah manggung di Klun Shenzhenie. Suara Yuyu begitu khas dan bersemangat. Di tengah banyaknya suara di lantai satu di sana, selalu saja terdengar suara pian
“Ka Shushu, walaupun uangnya sudah di rekeningku. Namun ini semua kan hasil kerja keras Kakak sendirian,” tutur Yuyu dengan gugup. Ia memandangi layar ponselnya atau lebih tepatnya aplikasi bank mobile dengan keterangan saldo yang bertambah. Tidak. Nominalnya masih sama seperti sebelum dia dihutangi ketiga temannya. “Kau ikut bermain. Kau jadi support system di sebelahku. Jadi, kau juga menang,” jelas Shushu dengan kerangka logika yang cukup aneh. “Tapi aku kan gak bermain!” Kesal Yuyu. Kendati demikian wajahnya terukir senyuman di saat Shushu tak melihatnya. Dia menyukai pribadi Shushu. “Yuyu, kau tetap harus cerita soal tiga temanmu berhutang pada kakakmu,” ungkap Shushu mendadak. Yuyu yang sedari tadi melangkah di belakangnya langsung mematung. Yuyu menarik perasaan sukanya pada pribadi Shushu. Sekarang ia membenci Shushu! “Kakakmu mungkin akan marah padamu. Kau membenci situasi itu. Tapi yakinlah kau akan lebih membenci tak mendengar atau melihat reaksi itu lagi suatu saat. Jad