Share

Sean

Author: Baka Inu
last update Last Updated: 2021-05-14 09:40:08

Baru saja Chris mau membuka pintu, tiba-tiba pintunya terbuka lebar dengan sendirinya dan Sean melesat cepat. Sangat cepat sehingga membuat keempat polisi yang berjaga terkejut.

Entah bagaimana, Sean yang terlihat kotor itu mampu melewati mereka begitu saja dan melompat tanpa persiapan ke gedung sebelah yang padahal jaraknya sekitar satu setengah meter. Untungnya tinggi gedungnya lebih rendah jadi lebih memungkinkan.

"Kayden dan Ethan kau kejar dia. Jangan sampai lepas. Aku dan Samuel akan mengabarkan yang lain," ujar Chris yang langsung menginformasikan apa yang terjadi pada Jessica.

Setelahnya, Chris dan Samuel memilih untuk menggeledah gudang tempat bersembunyi Sean yang sama sekali tidak terlihat layak ditinggali. Seperti yang diketahui, tempat tersebut telah beralih fungsi menjadi gudang. Sehingga banyak barang tidak terpakai tertumpuk begitu saja, beberapa bahkan sudah menjamur.

"Kita butuh team forensik disini," ujar Chris melalui radio panggilnya sesaat seelah melihat keadaan gudang.

Di sisi lain, Ethan dan Kayden masih mengejar Sean. Remaja laki-laki itu bahkan melompati tangga darurat satu gedung ke gedung lainnya dengan mudah. Seperti atlet parkour.

"Wow!" teriak Kayden yang masih mengejar Sean bersama Ethan.

Sedangkan Ethan masih berkonsentrasi mengejar Sean walau sempat terjatuh karena tertabrak orang yang sedang jalan. Karena Sean mulai melewati gang kecil daerah pertokoan.

"Maaf! Maaf!"

"Polisi, tolong minggir."

Ethan dan Kayden berkali-kali mengucapkan kalimat yang sama saat harus melewati orang yang belalu lalang bahkan terpaksa membiarkan pedagang yang barang dagangannya berantakan karena tabrakan dengan Sean tanpa membantu.

"Arghh ... kenapa anak itu cepat sekali sih?" gerutu Kayden yang mulai lelah.

Ethan tidak mempedulikannya. Ia lebih memilih menyimpan energi bicaranya untuk mengejar Sean yang hampir mencapai perempatan jalan raya. Akan semakin tidak terkejar dirinya jika ia melewati perempatan jalan raya itu. Jeleknya, Sean bisa saja tertabrak.

Kedua polisi berbeda pangkat itu hampir bernapas lega ketika sebuah mobil patroli polisi lain menghalangi lari Sean. Namun dengan cepat kelegaan mereka berubah menjadi gerutuan ketika Sean dengan mudah melompat dan merosot di atas kap mesin. Sehingga membuat Kayden dan Ethan juga ikut melakukan hal yang sama.

"Aish!" gerutu Kayden karena melihat Sean tidak juga berhenti. Namun, sesaat setelah gerutuan Kayden, sebuah bunyi benturan kencang terdengar. Menyebabkan keduanya membeku sesaat tapi langsung dengan cepat pulih dan berlari ke arah tabrakan.

Dengan hati-hati Ethan mendekati Sean yang tergeletak tidak berdaya di atas genangan darahnya sendiri dan mengecek nadinya. Untungnya Sean masih hidup walaupun sepertinya tidak bisa dikatakan baik juga.

Saat Ethan berjongkok dekat Sean, Kayden menghubungi ambulance dan atasannya, memberitahu apa yang terjadi. Untungnya orang-orang yang mulai berkerumun tidak berusaha mendekat, walaupun tetap membuat risih.

Si pengemudi yang menabrak Sean sudah diamankan oleh Ethan walau kemungkinan besar hanya dikenai denda karena bukan salahnya kalau Sean tiba-tiba melompat di depan mobilnya.

Bersamaan dengan kedatangan ambulance, Jessica juga tiba di tempat bersama dengan June dan Chris. Kayden yang melihatnya langsung memberi hormat dan mulai menceritakan kronologis lengkapnya. Ia melaporkan sambil mengiringi langkah Jessica yang mendekat ke arah Sean yang sudah berada di atas stretcher.

"Aku akan menemaninya," ujar Ethan tiba-tiba. "Harus ada yang mengikutinya kan? Secara dia adalah saksi yang mungkin saja berada dalam bahaya," lanjutnya.

Jessica menatap polisi yang tiba-tiba menyodorkan dirinya itu dengan tatapan menyelidik, namun akhirnya menyetujuinya.

Selama perjalanan menuju rumah sakit, Ethan menatap Sean lamat-lamat. Keadaannya mengkhawatirkan. Bukan hanya karena luka-luka karena tertabrak, tetapi karena keadaan tubuhnya yang sangat kotor. Entah apa yang remaja itu lakukan selama menghilang.

¤¤¤

Seorang pria berusia akhir dua puluhan, berdiri tenang menatap pemandangan gedung-gedung pencakar langit dari kaca kantor mewahnya sambil menggenggam gelas kristalnya yang berisikan cairan berwarna kuning keemasan.

"Sir," sapa sekretarisnya sambil membungkukkan tubuhnya.

"Kau sudah menemukannya?" Suara dingin si pria ke sekretarisnya, tanpa repot-repot menoleh atau sekedar membalas sapaannya.

"Maafkan aku, tapi kami kesulitan mendapatkan jejaknya setelah kebakaran ...."

"Dengarkan aku! Wanita itu adalah satu-satunya yang memiliki kemampuan yang bisa mematenkan kekuatan kita. Aku tidak peduli bagaimana caranya! Kau harus menemukannya!" desis si pria yang kini menatap dengan tatapan menusuk yang dingin ke arah sekretarisnya. Sedangkan yang diajak bicara hanya mampu menundukkan kepalanya tanpa menjawab.

Dengan kasar, si pria membuang napasnya sebelum akhirnya berusaha menettalkan emosinya.

"Lalu kapan cenayang gila itu datang?" tanyanya lagi pada sekretarisnya.

"Lusa. Ia akan datang setelah mendapatkan ijin membawa benda keramat yang akhirnya ia temukan," lapor si sekretaris.

"Baiklah, kau boleh keluar. Dan temukan wanita itu secepatnya. Kuyakin dia tidak kembali ke negaranya," perintahnya untuk terakhir kali sebelum sang sekretaris membungkukkan badannya lalu undur diri dari hadapannya. Meninggalkan sang bos yang tersenyum miring menatap keadaan kota dari balik kantornya yang berada di lantai tertinggi sebuah gedung pencakar langit.

¤¤¤

"Kau menemukannya? Bagaimana kondisinya? Apa dia kerasukan? Dan apakah dia yang merasukinya?" tanya Elisa tanpa jeda begitu Ethan memberitahukan apa yang baru saja terjadi padanya melalui sambungan telepon.

"Bisakah kau bertanya satu-satu?" kesal Ethan. Meskipun akhirnya tetap menjawab semua pertanyaan Elisa.

"Ya, kami menemukannya. Kondisinya buruk. Ia tidak sadarkan diri karena tertabrak. Dan ya, dia kerasukan. Bahkan orang awam yang percaya adanya makhluk astral walau tidak bisa melihatnha pun mungkin bisa merasakannya. Kau tahu? Dia ternyata berlari menghindari kami dengan keadaan telapak kaki terluka parah. Sean sama sekali tidak menggunakan alas kaki saat menghindari kami dan ia sama sekali tidak merasa keberatan saat menginjak benda- benda tajam sama sekali. Tidak ada manusia sehat yang sama sekali tidak kesakitan saat menginjak benda tajam bukan?

"Sayangnya aku masih belum bisa mendekatinya, jadi aku tidak tahu roh apa yang merasukinya. Walau sepertinya bukan roh yang kita cari."

"Apa kau akan pulang hari ini?" tanya Elisa menatap pintu kamar Hikaru yang sudah tertutup.

Saat itu sudah pukul sebelas malam lewat, jadi Hikaru sudah tertidur sejak pukul sepuluh tadi. Elisa sedang menyiapkan bahan makanan untuk dimasak besok pagi saat ponselnya berbunyi dan menampilkan nama Ethan di layarnya.

"Sepertinya ...."

"Pulanglah. Kita tidak tahu sekuat apa roh yang merasuki Sean. Jadi kau harus istirahat jika ingin mengalahkannya. Tidak akan terjadi apapun malam ini," ujar Elisa memotong ucapan Ethan. Ia tahu benar kalau temannya itu pasti khawatir meninggalkan Sean. Apalagi karena ia menyadari kalau Sean kerasukan.

"Tidak akan ada yang terjadi malam ini. Tadi, Hikaru kembali trans. Kali ini ia melihat kejadian sebelum Sean diseret dan tergantung. Menurut Hikaru, aku bisa berada di tempat kejadian karena aku harus mengantarkan pesanan makanan ke dekat sekolahannya.

"Lalu tanpa sengaja aku menyadari bangunan terbengkalai tempat Sean diseret. Jadi, pulanglah. Istirahat. Karena kurasa aku tidak bisa menghindari takdirku saat aku melihat gedung yang dimaksud oleh ramalan Hikaru. Karena itu, aku membutuhkanmu untuk membantuku. Yang tidak mungkin bisa kau lakukan jika kau kelelahan."

Ethan menghela napas panjang sebelum akhirnya ia menuruti keinginan Elisa.

"Aku akan kembali setelah polisi yang berjaga berikutnya datang. Kau tidurlah dulu," katanya, kemudian menutup sambungan ponselnya setelah mendengar kata iya dari Elisa.

¤¤¤

"Kau melamun?" tanya seorang pria di belakang Elisa sehingga membuatnya terlonjak karena terkejut.

"Ups. Maaf ... maafkan aku. Apa kau baik-baik saja?" tanya pria itu khawatir karena Elisa yang saat itu sedang mengelap meja, menjatuhkan botol pembersih yang sedang ia pegang.

"OMG! Maafkan aku, Pak. Aku sungguh tidak bermaksud melamun. Maafkan aku," ujar Elisa sambil membungkuk berkali-kali.

Salahnya ia yang melamunkan percakapannya dengan Ethan tadi malam di tengah-tengah pekerjaannya.

"Hei, jangan begitu. Aku yang seharusnya meminta maaf karena mengejutkanmu. Dan panggil aku Oppa. Berapa kali aku harus memintanya padamu," ucap si pria sambil mengerucutkan mulutnya sehingga terlihat menggemaskan.

"Maafkan aku, Pa ... maksudnya L Oppa," kata Elisa lagi sambil membungkuk.

"Sudahlah, kau jadi membuatnya serba canggung. Ada apa? Kenapa hari ini kau kurang ceria? Ada yang bisa kubantu?" tanya Luca Kim atau yang biasa dipanggil L atas permintaan orangnya sendiri.

Luca Kim adalah pemilik restoran tempat Elisa bekerja. Ia tidak selalu muncul di restoran karena ada manager yang mengurusnya. Namun bukan berarti ia tidak dekat dengan para karyawannya. Karena Luca begitu memperhatikan karyawannya.

Pria berusia 29 tahun itu tidak segan mengulurkan tangannya pada siapapun yang membutuhkannya. Bahkan ia juga tidak malu-malu untuk turun tangan membantu para karyawannya yang kerepotan jika restorannya sedang ramai. Intinya, Luca adalah tipe lelaki kaya idaman.

"Sini duduk," pintanya pada Elisa sambil menunjuk kursi di hadapannya. "Ceritakan padaku jika kau ada masalah. Kau tahu kan, kalau aku akan selalu siap membantu."

"Ah ... itu .... A-aku hanya sedikit mengantuk tadi. Beberapa hari ini aku menonton drama secara marathon di malam hari, jadinya aku kurang tidur. Maafkan aku, P ... maksudku, Oppa." Elisa tersenyum manis pada Luca yang menatapnya dengan lembut. Ia tidak mungkin mengatakan kalau ia sedang memikirkan ramalan adiknya bukan.

"Jangan lakukan lagi."

"Eh?"

"Maksudku, kesehatanmu lebih penting. Jika kau selalu kurang todur, kau bisa sakit. Aku tidak ingin kau sakit." Luca bangkit dari duduknya lalu mengelus puncak kepala Elisa dengan sayang sambil tersenyum tipis yang menbuat pipi gembul Elisa sedikit merona.

"Tapi jika ada hal lain yang membuatmu susah, jangan segan mendatangiku dan menceritakan padaku ya."

Elisa mengangguk mengiakan pernyataan Luca yang tersenyum begitu manis padanya sebelum melangkah masuk ke arah dapur. Meninggalkan Elisa yang jantungnya berdetak sedikit tidak wajar.

¤¤¤

Jayden Park berjalan tergesa-gesa menuju ruangan Rose Park. Begitu ia tiba di depan pintu berwarna putih gading, ia menetralkan napasnya lalu mengetuk pelan sambil menunggu si empunya ruangan mempersilakannya masuk.

Dengan hati-hati, pemuda itu membuka ruangan yang tidak terlalu besar itu karena tumpukan-tumpukan berkas yang menggunung hampir di setiap sisi ruangan.

"Sepertinya kau menemukan sesuatu yang menarik?" tanya Rose yang sedang duduk di balik meja kerjanya yang berantakan. Saat itu, wanita cantik itu sedang membaca berkas kasus Yoon yang masih terasa janggal baginya.

Jayden Park melangkah hati-hati memyebrangi ruangan menuju ke meja kerja Rose. Di sudut matanya ia melihat beberapa cup mie instan yang ditumpuk di atas meja yang seharusnya digunakan untuk menjamu tamu.

"Iya. Aku akhirnya berhasil mengembalikan rekaman CCTV di TKP. Gila! Kau harus melihatnya, Miss. Seumur-umur aku tidak pernah menemukan hal yang mengerikan seperti ini. Kurasa sebanyak apapun mereka mengkonsumsi Mescaline, tidak mungkin mereka bisa melakukannya. Memang mereka pesenam. Tapi pesenampun tidak akan bunuh diri dengan cara menyakitkan seperti itu. Tapi setidaknya dengan CCTV ini, kita mengetahui kalau tidak ada pihak lain yang melakukannya. Walau sebenarnya ...."

"Yak! Mau sampai kapan mengocehnya? Sini, biar kulihat sendiri," bentak Rose menghentikan cerocosan Jayden yang tidak akan pernah berakhir jika tidak dihentikan.

Rose menyukai kecepatan tangan dan kemampuan dogital Jayden karena pemuda itu memiliki kemampuan di atas rata-rata. Tapi ia tidak pernah menyukai kecerewetan Jayden yang jika dibiarkan bisa terus berbicara selama berjam-jam. Entah darimana energinya berasal.

Dengan senyuman manis, Jayden menyerahkan tabletnya kepada Rose yang langsung menontonnya.

"Apa ini? Bagaimana mereka bisa melukai dirinya sendiri dengan cara yang begitu menyakitkan?" tanya Rose kepada dirinya sendiri saat melihat rekaman CCTV di tablet yang diberikan Jayden. Wanita bertubuh ramping itu bahkan melihatnya dari dua sudut yang berbeda dan masih tidak bisa menjelaskan dengan rasional apa yang telah terjadi.

"Benarkan. Kau juga berpikir yang sama denganku kan. Tidak mungkin manusia waras bisa melakukannya kan. Walaupun mereka mengkonsumsi Mescaline dalam jumlah banyak sekalipun, seharusnya mereka over dosis, bukan malah melakukan gerakan senam ritmik ekstrim dengan melipat-lipat tubuh kan ...."

"Berhenti sampai disitu. Sebaiknya simpan energimu dan kirimkan file ini kepada Kim Jessica. Jangan lupa hubungi dia setelahnya. Jika tidak, ia tidak akan pernah mengeceknya," perintah Rose yang seketika merasa kupingnya berdengung akibat celotehan Jayden yang tidak berhenti.

¤¤¤

"Tidak. Aku tidak mampu melakukannya," tolak paman Kim membelakangi Ethan yang saat ini duduk di ruang tamunya. Ruang tamu yang disulap menjadi ruangan sembahyang.

"Ayolah Paman. Roh di tubuh Sean hanya roh jahat biasa. Kau pasti mampu mengatasinya." Ethan membujuk Paman Kim yang masih berusaha untuk tidak melihatnya, walaupun Ethan berpindah tempat untuk menatapnya.

"Tidak! Aku terlalu tua untuk aksi-aksi berbahaya."

"Kau bahkan baru berusia 33 tahun, Paman. Biasanya kau malah tidak mau dibilang orang tua," kata Ethan yang kali ini sambil mengipasi Paman Kim menggunakan kipas shaman milik Paman Kim.

"Aih anak ini. Dengar! Jika roh jahat itu tidak berbahaya, kenapa keluarga Yoon bisa meninggal mengenaskan seperti itu," geramnya.

"Itu bukan Sean yang melakukannya. Aku tidak melihat adanya jejak roh jahat di sekitar TKP. Pasti Sean kerasukan setelah menyadari apa yang membunuh keluarganya. Akibat rasa bersalahnya,"

"Bagaimana kau tahu?"

"Aku mencuri lihat ketika team divisi Kiminal dan kekerasan menayangkannya di rapat mereka."

"Kau!" Paman Kim hampir memukul kepala Ethan menggunakan ujung kipasnya namun akhirnya memilih untuk tidak melakukannya. "Jadi apa yang kau lihat?" tanyanya menyerah.

"Kau ingat apa yang terjadi jika seseorang yang memiliki kekuatan seperti Elisa mengutuk seseorang dengan kebencian?" Paman Kim mengangguk dengan sedikit bergidik.

"Itulah yang terjadi. Jemari mereka tertekuk sendiri ke arah yang salah, lalu kaki dan setelah itu tangan mereka juga. Aku bahkan bisa mendengar derak suara tulang mereka yang patah. Setelah itu, darah mulai mengalir dari setiap lubang di wajah mereka hingga akhirnya kepala mereka berputar sendiri 180 derajat.

"Dan kedua anak kecil itu melayang di tengah ruangan dengan kaki dan tangan terbentang seperti ditarik hingga tulang mereka terlepas," ungkap Ethan.

"Dan kau berharap aku mengalahkan roh yang melakukan itu pada mereka? Kau benar-benar sudah gila sepertinya! Tidak! Aku tidak akan mampu melakukannya. Kenapa bukan kau saja? Kau mempunyai kemampuan untuk melakukannya."

"Ish, Paman benar-benar tidak mendengarkanku ya? Kan sudah kukatakan kalau bukan roh yang merasuki Sean yang melakukannya. Di saat kejadian itu, Sean tidak berada di ruangan yang sama. Ia pulang melalui jalan yang memutar, karena itu team forensik digital kesulitan menemukannya. Karena mereka mencari di CCTV jalanan yang biasa dilalui Sean."

"Lalu? Kau tahu kan kalau mengutuk seseorang tidak harus berada di ruangan yang sama."

"Paman Kim, kau benar-benar harus menggunakan otakmu sesekali. Dengarkan aku baik-baik ya, Paman Kim tersayang. Kronologi kejadiannya adalah seperti ini ...," ungkap Ethan lambat-lambat agar Paman Kim nya bisa mengerti jalan ceritanya.

¤¤¤

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Shamans   TellUs

    "Hei, kau tidak mau mampir ke rumahku?" tanya Sean sesaat sebum ia berpisah dengan Hikaru. "Yak! Setidaknya jawab pertanyaanku, jangan hanya melambai," dengus Sean kesal, ketika melihat punggung Hikaru yang menjauh sambil mengangkat tangannya yang melambai padanya. Sean baru saja akan duduk di salah satu kursi di depan mini market langganannya. Karena hampir setiap harinya ia jajan di tempat itu ketika menunggu supirnya menjemput. Dan begitu menyadari kalau supirnya hari ini berhalangan. Jadi ia terpaksa pulang sendiri hari itu.

    Last Updated : 2021-05-17
  • Shamans   Dia Kembali

    "Jangan khawatir, Hikaru.Hyungdan Paman tidak akan membiarkan apapun terjadi padaNoonakeras kepalamu itu." Ethan mencoba menenangkan Hikaru yang gElisah karena mengetahui berita tentang Elisa dan Sean. "Tapi biasanya ramalanku selalu benar," lirih Hikaru. "Ramalanmu bisa diubah, Hikaru. Kan sudah kukatakan berkali-kali. Kepastian ramalanmu tergantung dari keputusan yang diambil sebelumnya. Dan karena Elisa menghubungiku sebelum masuk ke dalam gedung, setidaknya akan ada yang kejadian kecil yang berubah walau tidak besar," jelas Ethan tanpa melepaskan pandangannya dari jalan raya yang saat itu ramai. Bahkanstroboyang ia nyalakan tidak membantu terlalu banyak. ¤¤¤ Elisa menutup mulutnya erat-erat agar suaranya tidak keluar dalam persembunyiannya ketika melihat betapa mudahnya si laki-laki menghancurkan roh jahat yang merasuki Sean sebelumnya hanya menggunakan sebelah tangan. Untung ia tadi m

    Last Updated : 2021-05-18
  • Shamans   Haters!

    Dua hari berlalu sejak insiden di gedung sekolah yang tidak terpakai. Sean sudah sadar, tapi ia hanya mengingat sampai kejadian dimana ia melihat langsung keluarganya terbunuh. Setelahnya ia sama sekali tidak mengingat apapun. Dokter menganggap kehilangan ingatannya terjadi karenashock. Jessica Kang danteambelum menemukan pelaku pembunuhan yang terjadi di keluarga Yoon. Awalnya mereka mencurigai pria yang ditemukan di sekolah bersama Sean. Pria tuna wisma yang dirasuki roh jahat dan melukai Sean serta Elisa. Namun tidak ada bukti yang menandakan kalau pria tersebut berada di daerah lingkungan keluarga Sean. Jadi, pria itu akhirnya hanya bisa dituntut karena menculik Sean dan melakukan penyerangan pada Elisa dan Sean. Walaupun kenyataannya pria tuna wisma itu juga tidak melakukannya atas kemauannya, tetapi karena kerasukan roh jahat. Meskipun begitu, tidak ada yang bisa diperbuat oleh Ethan, Elisa, dan Hikaru. Dunia

    Last Updated : 2021-05-18
  • Shamans   Kutukan

    —10 days after Yoon's family funeral —Seorang wanita paruh baya berbajuclassyberjalan anggun sambil menyeret sebuah koper besar di pelataran bandara. Ia baru saja keluar dari gerbang kedatangan internasional.Dengan angkuh ia mengangkat dagunya tinggi-tinggi, menatap sekitarnya. Mencari bawahannya yang seharusnya sudah menjemputnya.Di sisi lain, si bawahan yang bernama Nam Tobias berjalan tergesa-gesa memasuki kawasan bandara. Ia tadi terjebak macet setelah sebelumnya kesiangan.Dengan langkah panik, Tobias bergerak cepat walau beberapa kali menabrak orang dan menunduk-nunduk meminta maaf. Kemarahan atasannya — sishamanparuh baya yang suka mengoleksi barang-barang kuno — lebih menakutkan.Benar saja. Baru juga ia tiba di hadapan atasannya, wanita paruh baya itu melepas kaca mata hitamnya yang bertengger apik di batang hidungnya dan menatapnya sinis."Apa lagi

    Last Updated : 2021-05-18
  • Shamans   Kitsune

    Malam itu, Kolea Hema macet total, hingga menyebabkan beberapa kecelakaan ringan. Hal itu terjadi akibat berita yang ditayangkan di layar TV plasma besar sebagaibreaking news. Seluruh stasiun TV berbondong-bondong berusaha memberitakan dan menayangkan apa yang terjadi. Tidak hanya orang-orang di jalanan yang terkejut, mereka yang menonton siaran langsungnya di rumah dan di ponsel pun terkejut. Jessica Kang mengetahuinya dan meradang. Wanita cantik itu bahkan memerintahkan anak buahnya untuk mengusir reporter yang masih berusaha masuk.

    Last Updated : 2021-05-18
  • Shamans   Wanita dari Masa Lalu

    Tubuh Miss Lee ambruk begitu kutukan Elisa berhenti. Keadaan kantor kembali tenang, namun sisa-sisa keributan masih terlihat jelas. Karena keadaan kantor terlihat berantakan. Sedangkan Mr. Kim terkulai tidak sadarkan diri di atas karpet.Malam itu, Mr. Kim dilarikan ke rumah sakit bersama dengan Miss Lee. Sedangkan di sisi lain, tepatnya di hall tempat festival tahunan diadakan, keheningan mencekam mewarnai keadaan saat itu. Bagaikan terhipnotis, aparat yang berada di dalam hall hanya bisa memandangi tubuh Saera yang tergeletak tak bernyawa.Namun suara sirine ambulance yang baru bisa memasuki daerah hall memecah keheningan. Bagaikan gerak lambat, semua tersadar dan mulai bekerja. Team forensik dibantu dengan aparat polisi mulai sibuk mengumpulkan bukti, mendokumentasikan keadaan, dan melindungi TKP dari orang yang tidak berkepentingan.Team medis juga sibuk mengobati orang-orang yang tidak sengaja terluka ak

    Last Updated : 2021-05-18
  • Shamans   Miss Lee

    — Seven years ago —Elisa, Ethan, dan Hikaru yang berhasil kabur melalui pintu belakang rumah milik keluarga Cha, berhenti sejenak di sebuah bukit kecil yang berada di balik rumah besar keluarga Cha.Dari ketinggian bukit dan sinar mentari pagi yang mulai menyelimuti bumi, ketiga anak yang baru saja menjadi yatim piatu itu bisa melihat dengan jelas bagaimana api melalap rumah besar peninggalan keluarga Cha.Kebakaran itu begitu hebat hingga bertahan beberapa jam. Namun bukan api yang menjadi fokus tatapan mereka. Disana — di jalan selebar satu buah mobil yang merupakan satu-satunya akses jalan menuju keluarga Cha — tidak jauh dari pekarangan keluarga Cha terparkir sebuah mobil mewah berwarna hitam.Di depan mobil tersebut, berdirilah seorang wanita bergaun merah darah dengan topi lebar dan berkaca mata hitam, menatap ke arah rumah keluarga Cha yang sedang terbakar.Cahaya dari api yang melahap rumah Cha mena

    Last Updated : 2021-05-18
  • Shamans   Peringatan!

    Miss Lee sudah hampir tiba di belokan menuju lorong tempat pintu belakang berada saat Mr. Ha menyapanya, sehingga menghentikan langkah kakinya."Kau sedang apa, Miss Lee? Apartemenku ada di sebelah sini," ujar Mr. Ha. Perbuatannya tanpa sadar telah menyelamatkan Elisa dan Hikaru yang masih menahan napasnya saking takut ketahuan.Meski awalnya tidak ingin mempedulikan ajakan Mr. Ha, Miss Lee akhirnya memilih mengikuti asisen Mr. Kim dan melangkah menjauhi kedua orang yang masih panas dingin karena ketakutan. Sedangkan Tobias tentu saja mengekori atasannya tanpa tanya."Apa mereka sudah pergi?" tanya Elisa menatap Hikaru yang terduduk di sebelahnya."Entahlah, aku tidak merasakan ada aura aneh apapun di dekat sini. Tapi bisa saja wanita itu menyembunyikannya."Takut-takut, Elisa memberanikan diri secara perlahan mengintip keadaanlobby. Setelah memastikan keadaan aman, Elisa lantas menarik tangan Hikaru untuk berdiri dan berlari keluar

    Last Updated : 2021-05-18

Latest chapter

  • Shamans   Teman dari Masa Lalu

    Ucapan Elisa mengejutkan Ethan. Ia tidak menyangka kalau gadis yang telah bersamanya selama tujuh tahun ini akan membawa serta kakeknya dalam pembicaraan tentang teman masa remajanya.“Apa maksudmu, Elisa?” tanyanya.Suasana canggung tidak terelakkan, tapi itu hanya berlaku pada Ethan karena Elisa dengan tenang menarik napas dalam-dalam sebelum kembali bicara.“Sesuai yang kukatakan, Ethan. Kau dari semua orang seharusnya tahu mengapa aku tidak ingin menyalahkan Kim Oppa bukan? Ia hanya korban. Sama seperti Kakek Cha. Ibunya mungkin bersalah karena melakukan ritual yang tidak seharusnya dengan kemampuan yang tidak mumpuni, tapi Kim Oppa dan kakekmu sama sekali tidak bersalah. Mereka hanya korban. Apa kau mengerti maksudku?”“Bukankah ini berbeda? Kim Oppamu itu masih melakukannya hingga seka —.”“Lalu? Apa menurutmu, orang normal mampu melepaskan diri dari roh yang merasukin

  • Shamans   Tobias

    Setelah Hikaru keluar dari sekolahnya, L pamit karena ia harus melakukan pekerjaannya. Padahal Hikaru sempat mengajaknya untuk makan malam bersama, walaupun hanya berbasa-basi.“Jadi Noona memutuskan untuk berkencan dengannya?” tanya Hikaru di perjalanan pulang mereka. Keduanya memilih untuk pulang dengan berjalan kaki. Toh jarak antara sekolah Hikaru dan apartemen mereka tidak jauh. Lagipula karena Elisa pergi seharian, mereka harus membeli lauk untuk makan malam hari ini.Beberapa detik berlalu sampai Hikaru menoleh, menatap kakaknya yang lebih pendek darinya karena gadis yang lebih tua tujuh tahun darinya itu sama sekali tidak menjawab pertanyaannya. Dahinya mengernyit bingung saat melihat Elisa yang terlihat gugup. Gadis itu sepertinya benar-benar sedang banyak pikiran hingga tidak menyadari kalau Hikaru telah menghentikan kakinya dan memperhatikannya dari belakang. Menunggu apakah kakaknya akan sadar kalau dirinya sudah tidak berjalan di sisin

  • Shamans   Inugami

    Setelah kembali dari toilet sambil memikirkan ucapan Kim Ahjumma, Elisa duduk kembali di tempat duduknya yang berada di sisi L. Sampai pertunjukan berakhir, gadis itu sama sekali tidak mengingat apa yang telah ia tonon, bahkan saat orang-orang dengan antusias melambaikan tangan membalas penyelam yang menyapa mereka pun, Elisa masih terlarut dalam ucapan hantu yang baru ditemui.Bahkan di perjalanan balik, dari sejak di mobil hingga berhenti di cafe depan sekolah Hikaru pun, Elisa masih sibuk dengan pemikirannya sendiri. Sedangkan L, hanya diam, tidak mengganggu ataupun bertanya. Lelaki itu membiarkan Elisa terlarut.Elisa masih bengong ketika mereka duduk dimeja di luar cafe. Sampai minumannya sampai sekali pun, yang gadis itu lakukan hanya menatap wajah tampan L lamat-lamat. Membuat L salah tingkah karena tiba-tiba Elisa terus menatapnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Meskipun begitu, L tetap menyukainya. Setidaknya dengan begitu, ia bisa ikut memperhatikan gerak

  • Shamans   Hantu Dari Masa Lalu

    Di satu-satunya villa yang ada di daerah lembah, Yamato duduk di atas sebuah alas duduk. Di hadapannya terdapat sebuah meja pendek yang di atasnya dilapisi lembaran kertas tradisional Iapana. Di bagian sisi kanan meja, satu buah kuas besar dan baki tempat menggerus tinta."Apa kalian sudah membawa jenazahnya?" Yamato bertanya tanpa mengalihkan pandangannya dari baki tinta di atas meja kayu di hadapannya. Tangannya sedang sibuk menggerus tinta yang akan digunakannya untuk melukis."SudahSir. Sedang dalam perjalanan.""Good! Apa semua persiapan sudah selesai?"“Sudah, Sir,” sahut asistennya tanpa bergerak dari bagian sisi Yamato."Mr. Kim?""Beliau menolak untuk datang,Sir," jawabnya lagi. Kali ini dengan kepala tertunduk merasa bersalah."Benar-benar wadah yang menyusahkan. Kalau begitu awasi terus dia. Aku akan bersiap." Yamato beranjak menuju kamarnya yang berada di balik punggungnya

  • Shamans   Shaman Lain

    Hawa dingin langsung menyergap keduanya saat mereka masuk. Sambil mengenakan sarung tangan dan menuup setengah wajah mereka menggunakan masker medis, keduanya melangkah menuju rak aluminium yang memiliki banyak pintu seukuran tidak sampai satu kali satu meter persegi. Mirip seperti lemari untuk menyimpan file, bahkan hingga tempat menaruh label namanyanya.Yang berbeda adalah meskipun luasnya mirip, panjangnya tidak. Lemari yang setengahnya di tanam masuk ke dinding itu memiliki beberapa kali lipat lebih panjang dari lemari file biasa karena digunakan untuk menyimpan jenazah.Setelah menemukan laci yang mereka cari, Ethan membuka pintunya dan hawa yang lebih dingin kembali menerpa mereka. Lelaki berkulit putih itu lalu menarik keranda di dalamnya dan menyibak sedikit kain putih yang menutupi hanya untuk memeriksa kalau jenazah yang mereka cari benar."Minta Inugami melakukannya dengan cepat,okay."Elisa mengangguk kemudian memejamkan matany

  • Shamans   Permintaan Ethan

    "Mr. Kim,” panggil Mr. Ha kepada atasannya yang sedang duduk di meja kerjanya. Hari sudah malam, tapi Mr. Kim masih sibuk memantau website miliknya, TellUs. “Mr. Yamato baru saja menghubungi saya dan mengatakan kalau Miss Lee telah tewas,” lapornya tanpa menunggu jawabaan atas sapaannya.“Lalu?” tanya Mr. Kim tanpa mengalihkan pandangannya dari layar monitornya.“Menurut Mr. Yamato, kematian Miss Lee jelas bukan pembunuhan biasa.”"Dan apa urusanku?" Mr. Kim mengangkat wajahnya, sepen

  • Shamans   Aftermath

    Ethan membuka pintu apartemennya setelah sibuk mengatur keamanan di tempat kejadian perkara. Untungnya hari ini dia bisa pulang. Tubuhnya benar-benar lelah mengatur sebegitu banyak orang."Astaga!" Ethan terkejut melihat keberadaan Elisa yang berdiri menjulang di hadapannya. Ia baru saja mengganti sepatunya dengan sandal rumah saat mendapati gadis itu bersender di dinding, menyilangkan tangan sambil menatapnya."Kau terkejut?" Elisa benar-benar terpana melihatnya, mengekori Ethan yang berjalan menuju kulkas untuk mengambil minum.

  • Shamans   Gerbong Kereta

    “Aku pulang!” teriak Hikaru sambil membuka sepatu sekolahnya dan menukarnya dengan sandal rumah. Kembali menenteng ransel hitamnya ia melangkah memasuki ruangan apartemennya yang tidak terlalu besar. “Noona, aku pulang!” teriaknya lagi karena tidak mendapatkan jawaban dari orang yang diharapkanya. Kepalanya menoleh ke arah kananya, tepatnya ke ruangan yang merupakan dapur sekaligus tempat makan. Dahinya mengernyt bingung karena hanya mendapati potongan sayur yang teronggok di atas meja dapur dan sebuah panci di atas kompor tanpa ada sosok yang mengerjakannya.Masih tidak berpikiran yang negatif, ia menaruh ranselnya ke

  • Shamans   Gerbong Kereta

    Elisa masih terus menunduk, meskipun secara naluri ia tahu kalau Miss Lee, orang yang telah membunuh keluarganya mulai mendekat. Ia merasa seperti sedang menggali kuburnya sendiri dan terus menyalahkan dirinya yang tidak mengikuti peringatan Hikaru sedikitpun. Inginnya sih cepat-cepat berdiri dan berusaha kabur dari gerbong itu. Ia cukup yakin dirinya bisa menyelinap di antara keramaian di dalam gerbong.Semua skema pelarian sudah dibayangkan olehnya. Dari buru-buru berdiri dan menembus orang-orang yang sedang berdiri hingga skema melarikan diri dengan melompat ke luar jendela., walau akhirnya ia batalkan karena teringat kalau ia menaiki kereta bawah tanah. Yang artinya jika ia melompat ke luar jendela, maka ia akan tetap tewas karena terbentur dinding rel kereta dalam kecepatan penuh pula.Entah beberapa kali ia menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan tangan dan kakinya yang gemetar ketakutan. Berharap ia sudah cukup tenang dan bisa bergerak sebelum Miss Lee tiba

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status