"Jangan khawatir, Hikaru. Hyung dan Paman tidak akan membiarkan apapun terjadi pada Noona keras kepalamu itu." Ethan mencoba menenangkan Hikaru yang gElisah karena mengetahui berita tentang Elisa dan Sean.
"Tapi biasanya ramalanku selalu benar," lirih Hikaru.
"Ramalanmu bisa diubah, Hikaru. Kan sudah kukatakan berkali-kali. Kepastian ramalanmu tergantung dari keputusan yang diambil sebelumnya. Dan karena Elisa menghubungiku sebelum masuk ke dalam gedung, setidaknya akan ada yang kejadian kecil yang berubah walau tidak besar," jelas Ethan tanpa melepaskan pandangannya dari jalan raya yang saat itu ramai. Bahkan strobo yang ia nyalakan tidak membantu terlalu banyak.
¤¤¤
Elisa menutup mulutnya erat-erat agar suaranya tidak keluar dalam persembunyiannya ketika melihat betapa mudahnya si laki-laki menghancurkan roh jahat yang merasuki Sean sebelumnya hanya menggunakan sebelah tangan. Untung ia tadi melarang si hantu anak kecil untuk tidak mengikutinya.
Saat ia berkutat dengan pikirannya sendiri, ia mendengar suara erangan dan benda diseret yang membuatnya kembali menolehkan wajahnya ke arah lorong. Karena malam itu cukup terang, ia bisa melihat siluet si laki-laki yang ternyata menyeret tubuh Sean dari kakinya.
Sean tidak terlihat banyak memberontak. Tidak mengherankan karena ia habis kecelakaan. Ia bahkan tidak mengerti kenapa ia berada di sebuah tempat asing dalam keadaan terseret.
Elisa menggenggam erat kedua tangannya seperti memanjatkan doa. Walaupun sebenarnya hanya menguatkan diri agar bisa melangkah menyelamatkan Sean.
Bayang-bayang kejadian tujuh tahun lalu terbersit begitu saja dalam pikirannya sehingga membuatnya membeku dan sedikit gemetar. Karenanya ia berusaha segenap yang ia bisa untuk menghilangkan rasa takutnya.
Begitu ia sudah mampu mengatasi rasa takutnya, laki-laki beserta Sean sudah tidak lagi berada di lorong. Sehingga membuatnya sedikit panik dan mulai menyusuri lorong. Melupakan rasa takutnya sambil mengintip ke setiap ruangan kelas.
Akhirnya, Elisa menemukannya. Di salah satu ruang kelas yang terdapat papan bertuliskan 2-4. Sean tergeletak tidak sadarkan diri dengan wajah menatap ke arah jendela. Sehingga Elisa tidak dapat melihat dengan jelas wajahnya.
Gadis itu lalu berlari terburu-buru menghampiri Sean dan berjongkok di dekatnya, membelakangi jendela. Tanpa berusaha memindahkan tubuh Sean karena takut malah memperparah keadaannya. Elisa menepuk-nepuk pipi Sean dan memanggil namanya. Berusaha menyadarkannya.
Sean harus setidaknya sadar agar Elisa bisa memapahnya untuk keluar bersama mumpung si lelaki asing itu tidak ada. Walaupun tubuh Sean tidak setinggi Hikaru, Elisa juga merasa tidak yakin bisa menggendongnya dalam keadaan pingsan.
¤¤¤
Ethan memarkir mobil patrolinya di depan gerbang sekolah. Tidak mengacuhkan panggilan radio yang sejak ia menjemput Paman Kim terus menginformasikan keberadaan terbaru Sean yang melenceng dari tempat Sean sebenarnya berada.
Pemuda itu langsung melepas sitbelt dan kemudian membuka pintu mobilnya untuk bergegas menghampiri gedung sekolah terbengkalai. Sampai-sampai melupakan kedua penumpang di mobilnya.
Baru saja masuk ke dalam pelataran sekolah, Paman Kim memanggilnya dan Hikaru yang tanpa Ethan sadari sudah berlari di sebelahnya.
"Ada apa Paman? Kita harus cepat, jika tidak Li ...," ucapan Ethan terputus karena Paman Kim memotongnya dengan cepat.
"Dengarkan Paman dulu. Aku tahu kita harus cepat. Tapi apa kalian tidak merasakannya?"
"Apa?"
"Hawa itu. Hawa roh jahat yang kurasa bukan roh gentayangan yang baru saja jadi roh jahat."
"Maksud Paman, itu roh jahat tujuh tahun lalu?" tanya Ethan yang kali ini benar-benar fokus pada Paman Kim.
"Aku tidak mengatakan begitu. Tapi yang jelas roh itu sudah lama sekali menjadi jahat. Kalian benar-benar tidak merasakannya?"
Ethan menoleh, menatap bangunan tua di tengah lapangan dengan konsentrasi penuh. Sesuai ucapan Paman Kim, gedung tua itu diselimuti aura yang tidak biasa. Sudah bisa dipastikan bukan perbuatan roh jahat kemarin sore.
Pemuda itu kehilangan fokus karena terlalu mengkhawatirkan keadaan Elisa hingga ia bahkan tidak merasakan aura hitam yang menggelayut rendah di sekitar gedung sekolah tidak terpakai di depannya.
Ia baru mau membuka suara ketika menangkap Hikaru yang berjongkok dan sedang bicara dengan sesosok hantu anak kecil melalui sudut matanya.
"Dimana Noona sekarang? Kau benar melihatnya?" tanya Hikaru
Si hantu anak kecil membuka mulutnya kemudian menutupnya kembali karena terkejut dengan gerakan tiba-tiba Ethan yang mendekatinya dengan tergesa-gesa sehingga ia melangkah mundur ketakutan.
"Aish, Hyung. Jangan membuatnya takut. Biar aku saja yang bicara," keluh Hikaru sambil mengusir Ethan dan Paman Kim sekaligus.
"Tidak usah takut. Dia Hyung dan Pamanku. Yang artinya adik dan Pamannya Noona juga. Jadi apa yang ingin kau sampaikan tadi?" bujuk Hikaru meminta si hantu anak kecil untuk mendekat.
Meskipun wajahnya masih terlihat waspada, si hantu anak kecil akhirnya melangkah mendekati Hikaru juga.
"Akuuu bertemuuu deengannn Liisaaa Noonnnaa. Tapiii ... Noonnaa, meminntakuu untukkk tidakk menggiiikutinyaa. Jadiii Noonaaa ... masukk senndiriii kesannna ....~" Si hantu terdiam sebentar sambil menatap ke segala arah dengan was-was. Seakan takut ada yang mendengar informasi darinya.
"Pamannn berrbajuu hitamm ituu mennakuttkannnn .... Diaa memmbunuuhhh rohh yangg diii dalaamm kakakkk ituuu hanyaaa denggannn dicekikkkk ....~" lirihnya pelan.
"Maksudmu, ada orang lain disana dan roh yang merasuki kakak yang dicari Elisa terbunuh?" tanya Ethan tidak sabar.
Si hantu menatap Ethan sebentar lalu kemudian mengangguk.
"Tapi, tidak mungkin manusia melakukan itu. Kecuali jika ...." Ethan baru tersadar apa yang tengah berlangsung di dalam gedung itu dan mulai hampir berlari sebelum Paman Kim kembali menghentikannya dengan mencekal lengannya.
"Mau kemana kau sendirian? Kau tidak boleh mengeluarkan energimu. Walaupun kemampuanmu adalah kemampuan dasar shaman tapi energimu terlalu besar untuk disamakan dengan shaman biasa.
"Jadi entah dia roh jahat tujuh tahun lalu atau bukan, kau adalah mangsa empuk untuk roh-roh jahat itu. Mereka pasti akan senang merasuki tubuh manusia yang memiliki energi spiritual sebesar dirimu. Maka dari itu, biarkan Paman yang mengatasinya ya."
Ethan tidak ingin menyetujuinya karena ia tahu kekuatan Paman Kim sama sekali tidak cukup besar untuk mengatasi roh jahat. Bahkan roh jahat baru sekalipun. Namun ia tidak bisa menolaknya juga, karena tujuan mereka adalah menemukan roh jahat yang telah membantai keluarga mereka. Dan lebih baik mereka yang menemukan si roh jahat itu dulu bukan sebaliknya.
"Baiklah. Tapi jika keadaan tidak terkendali, aku juga akan ikut campur," ucap Ethan final.
¤¤¤
Elisa yang masih berusaha menyadarkan Sean dengan sedikit panik. Sehingga tidak menyadari kalau sejak awal ada sosok lain yang bersembunyi di pojok ruangan gelap. Sampai ia merasakan kepalanya nyeri hebat dan seperti ada yang menetes di kepalanya yang ia baru sadari ternyata darahnya yang mengalir akibat pukulan benda tumpul.
Akibat kencangnya pukulan, Elisa tersungkur dengan wajah menatap ke arah Sean. Dengan nyalang matanya bergerak untuk melihat siapa yang memukulnya. Sayangnya wajah si pelaku tertutup topi dan masker hitam, sehingga sama sekali tidak terlihat.
Laki-laki itu lalu mengambil sebuah tali yang terbuat dari benang kawat dari saku jaket hitamnya dan kemudian meregangkannya dengan kedua tangannya yang memakai sarung tangan karet hitam. Elisa bisa melihat matanya melengkung seakan sedang tersenyum ketika tanpa sengaja terpapar sinar rembulan.
Lelaki itu mulai mendekati Sean saat Elisa dengan sekuat tenaganya mencengkeram pergelangan kakinya. Sosok misterius itu menoleh, menatap tangan Elisa yang memegangnya. Ia memiringkan kepalanya sebelum menendang Elisa tepat di bagian perutnya untuk melepas cengkramannya hingga terbatuk-batuk.
"Henti ... kan!" lirih Elisa sambil memeluk perutnya sendiri untuk menahan sakit.
Meskipun tubuhnya terasa remuk, Elisa berusaha bangkit untuk menyentuh tubuh si laki-laki yang sudah melangkah mendekati kepala Sean.
"Jangan lakukan! A-atau kau rasakan akibatnya," peringat Elisa yang sudah mampu menopang dirinya dengan kakinya sendiri walaupun harus sambil membungkuk untuk mengurangi rasa sakit di perutnya dan menahan pusing hebat di kepalanya.
Si lelaki itu tertawa keras menatap Elisa. Lalu ia mendekatinya dan mencekik leher Elisa sambil mengangkatnya tinggi-tinggi.
Elisa memberontak seperti ikan yang menggelepar.
Meskipun pasokan oksigen yang masuk mulai menipis ditambah rasa sakit yang menyerangnya, Elisa berusaha menggerakkan tangannya hanya untuk menggenggam tangan yang mencekiknya.
Ia sudah tidak memiliki pilihan lain selain mengutuk si lelaki jika ia tidak ingin mati tercekik. Walaupun ia tahu dengan ia melepaskan kutukan, roh jahat tujuh tahun lalu bisa saja menemukan mereka.
Dengan susah payah Elisa berhasil mencengkeram pergelangan tangan yang mencekiknya dan baru saja akan mengerahkan kekuatannya ketika teriakan Ethan dan Hikaru menghentikannya.
Betapa marahnya Ethan saat menemukan Elisa, ia malah melihat gadis itu dicekik oleh lelaki tidak dikenal. Sampai ia sadar kalau Elisa hampir mengeluarkan kutukannya yang membuatnya berteriak berhenti.
Di saat yang bersamaan, Hikaru yang juga melihat Elisa berusaha melepaskan cekikan si lelaki, berteriak marah meminta si laki-laki melepaskannya.
Sedangkan Paman Kim hanya berdiri dalam diam, mempelajari keadaan. Ia yakin kalau laki-laki itu kerasukan roh jahat. Sehingga tanpa sadar, Paman Kim menggenggam erat pedang shamannya.
Keadaan menjadi lebih mencekam. Diantara keempat orang lelaki itu, tidak ada yang bergerak lebih dulu. Si orang asing masih mencekik Elisa sedangkan Ethan, Hikaru, dan Paman Kim masih berusaha mencari jalan agar bisa membebaskan Elisa tanpa melukainya.
Ethan yang sejak awal mengacungkan senjata kejut listriknya hanya mematung. Dilema antara akan melakukannya atau tidak. Karena kejut listriknya pasti akan ikut terhantar ke tubuh Elisa. Dan ia tidak sampai hati melakukannya. Walaupun tidak membunuh, tersengat listrik ribuan volt tetap menyakitkan.
Hingga Hikaru yang tidak lagi bisa sabar melihat Elisa yang semakin melemah, bergerak cepat menendang ulu hati si laki-laki yang tidak siap dengan gerakan Hikaru.
Tendangan Hikaru tidak membuatnya terluka, tapi setidaknya cekikannya terlepas.
Ethan terkejut melihat gerakan Hikaru yang tiba-tiba, namun dengan cepat tersadar dan menembakkan alat kejut listriknya sebelum si lelaki itu berhasil mencapai Hikaru.
Sedangkan Paman Kim dengan sigap menangkap tubuh Elisa yang terhempas agar tidak terbentur lantai.
Lelaki asing itu kejang-kejang akibat aliran listrik ribuan volt yang mengalir di tubuhnya. Hingga menyebabkannya terkulai pingsan. Saat sesosok lain yang hanya berupa asap hitam keluar dari tubuhnya menyelimuti ruangan dengan berputar.
"Beraniiii-berraaaninyaa mengammbill mangsakuuu ...!~" jeritnya roh itu tanpa mengurangi pergerakannya. Yang menyebabkan udara sekitar semakin menipis.
Menyebabkan Ethan, Hikaru, dan Paman Kim yang terkejut dan tidak siap, terjatuh berlutut sambil mencengkeram kerah baju masing-masing karena kesulitan bernapas.
Elisa yang juga sebenarnya sudah setengah sadar, memaksakan dirinya untuk bergerak. Ia tidak ingin lagi kehilangan orang-orang berharganya.
Sambil berharap kalau Inugami akan setidaknya melindunginya, gadis berwajah mirip boneka itu mengangkat tangannya. Tidak terlalu tinggi, setidaknya agar ia bisa menyentuh asap hitam yang menyebabkan kekacauan.
Perlahan, urat nadinya muncul membentuk serat seperti akar menuju ke telapak dan punggung tangannya hingga ke ujung jari kemudian mulai menjalar ke asap hitam yang masing bergerak cepat mengelilingi ruangan seperti angin puting beliung.
Seketika, pergerakan si asap hitam perlahan mulai melambat hingga akhirnya berhenti.
Secara perlahan bentuk asap hitam itu mulai berwujud menjadi sesosok hantu berwajah pucat dengan pinggiran mata yang menghitam. Hantu yang telah berubah menjadi roh jahat itu mengenakan pakaian perang jaman kerajaan dulu, lengkap dengan sebuah panah yang tertancap di lehernya.
Tidak ada teriakan yang keluar dari mulut si roh jahat yang menganga lebar karena kutukan Elisa. Bukan karena terlalu gengsi, tetapi karena kutukan Elisa yang dikelurkan sekaligus membuat suaranya tercekat.
Hanya raut wajah kesakitan dengan mata melotot yang bisa ditampilkan oleh si roh jahat yang di beberapa bagian tubuhnya mulai membara. Seperti bara pada secarik kertas yang perlahan mulai mengerogoti setiap sudut tubuh transparannya.
Namun Elisa yang memang sudah setengah sadar ditambah harus mengeluarkan energi kutukan yang begitu besar, perlahan mulai kehilangan kesadarannya sebelum berhasil membakar habis si roh jahat.
Untungnya Ethan menyadarinya, sehingga dengan cepat, Ethan langsung merenggut pedang yang digenggam Paman Kim, merapal mantera, dan menusukkannya tepat di leher si roh jahat yang tertancap panah. Bagian terlemah si roh jahat, yaitu tempat yang menjadi penyebab kematiannya saat masih menjadi manusia.
Akibat kutukan Elisa dan pedang yang diselimuti rapalan mantera Ethan yang memiliki energi shaman yang besar, roh jahat utu akhirnya terbakar habis.
"Iaaa akannn menemmukann kaliann! The descendantsss of llegenndaryy shamann ...~," lengking si roh jahat tepat sebelum tubuhnya menghilang.
"Noona, kau tidak apa?" tanya Hikaru yang tidak memedulikan sekitarnya langsung menghambur ke arah Elisa ketika si roh jahat menghilang.
"Aku akan menghubungi polisi," kata Ethan sambil berjongkok di sisi lelaki yang dirasuki roh jahat untuk mengecek apakah masih hidup atau tidak.
Sedangkan Paman Kim mendekati Sean, juga melakukan hal yang sama dengan yang Ethan lakukan pada di lelaki yang baru saja kerasukan.
¤¤¤
Pria itu menunduk takut. Tidak berani menatap bosnya yang melihatnya dengan tatapan bengis. Sedetik kemudian, pecahan kaca yang terpental akibat bosnya melempar gelas whiskeynya menyayat pipinya sehingga menimbulkan luka dan berdarah.
"Kau bahkan tidak bisa mengurus seorang remaja tanggung?!" bentaknya.
"Aku sudah menyuruh roh tua itu untuk mengurusnya," lirih lelaki yang masih berlutut sambil menunduk.
"Aku tidak peduli kau menyuruh siapa dan apa. Aku hanya ingin melihat hasilnya," geram lelaki yang tubuhnya terbalut setelan jas mahal.
"Maafkan aku."
"Lalu bagaimana dengan gelandangan yang dirasuki si roh tua yang tidak berguna itu?"
"Di-dia saat ini ada di kantor polisi, Tu-tuan," jawabnya takut-takut.
Lelaki yang dipanggil Tuan itu menyenderkan bokongnya di pinggiran meja kerjanya yang terbuat dari kayu gaharu — kayu yang harganya mahal karena begitu langka — dengan angkuh. Sedangkan matanya memicing tajam menatap bawahannya tanpa terputus.
"Lalu bagaimana roh tua bangka itu mati?"
"Aku juga tidak tahu, Tuan. Tapi aku menemukan dia, Tuan." Lelaki yang tadinya berlutut itu lantas bergerak ke arah pojok ruangan. Kemudian menyeret si hantu anak kecil berwajah ketakutan yang diikat oleh kertas mantera sehingga tidak bisa pergi dari ruangan kantor mewah tersebut.
¤¤¤
Dua hari berlalu sejak insiden di gedung sekolah yang tidak terpakai. Sean sudah sadar, tapi ia hanya mengingat sampai kejadian dimana ia melihat langsung keluarganya terbunuh. Setelahnya ia sama sekali tidak mengingat apapun. Dokter menganggap kehilangan ingatannya terjadi karenashock. Jessica Kang danteambelum menemukan pelaku pembunuhan yang terjadi di keluarga Yoon. Awalnya mereka mencurigai pria yang ditemukan di sekolah bersama Sean. Pria tuna wisma yang dirasuki roh jahat dan melukai Sean serta Elisa. Namun tidak ada bukti yang menandakan kalau pria tersebut berada di daerah lingkungan keluarga Sean. Jadi, pria itu akhirnya hanya bisa dituntut karena menculik Sean dan melakukan penyerangan pada Elisa dan Sean. Walaupun kenyataannya pria tuna wisma itu juga tidak melakukannya atas kemauannya, tetapi karena kerasukan roh jahat. Meskipun begitu, tidak ada yang bisa diperbuat oleh Ethan, Elisa, dan Hikaru. Dunia
—10 days after Yoon's family funeral —Seorang wanita paruh baya berbajuclassyberjalan anggun sambil menyeret sebuah koper besar di pelataran bandara. Ia baru saja keluar dari gerbang kedatangan internasional.Dengan angkuh ia mengangkat dagunya tinggi-tinggi, menatap sekitarnya. Mencari bawahannya yang seharusnya sudah menjemputnya.Di sisi lain, si bawahan yang bernama Nam Tobias berjalan tergesa-gesa memasuki kawasan bandara. Ia tadi terjebak macet setelah sebelumnya kesiangan.Dengan langkah panik, Tobias bergerak cepat walau beberapa kali menabrak orang dan menunduk-nunduk meminta maaf. Kemarahan atasannya — sishamanparuh baya yang suka mengoleksi barang-barang kuno — lebih menakutkan.Benar saja. Baru juga ia tiba di hadapan atasannya, wanita paruh baya itu melepas kaca mata hitamnya yang bertengger apik di batang hidungnya dan menatapnya sinis."Apa lagi
Malam itu, Kolea Hema macet total, hingga menyebabkan beberapa kecelakaan ringan. Hal itu terjadi akibat berita yang ditayangkan di layar TV plasma besar sebagaibreaking news. Seluruh stasiun TV berbondong-bondong berusaha memberitakan dan menayangkan apa yang terjadi. Tidak hanya orang-orang di jalanan yang terkejut, mereka yang menonton siaran langsungnya di rumah dan di ponsel pun terkejut. Jessica Kang mengetahuinya dan meradang. Wanita cantik itu bahkan memerintahkan anak buahnya untuk mengusir reporter yang masih berusaha masuk.
Tubuh Miss Lee ambruk begitu kutukan Elisa berhenti. Keadaan kantor kembali tenang, namun sisa-sisa keributan masih terlihat jelas. Karena keadaan kantor terlihat berantakan. Sedangkan Mr. Kim terkulai tidak sadarkan diri di atas karpet.Malam itu, Mr. Kim dilarikan ke rumah sakit bersama dengan Miss Lee. Sedangkan di sisi lain, tepatnya di hall tempat festival tahunan diadakan, keheningan mencekam mewarnai keadaan saat itu. Bagaikan terhipnotis, aparat yang berada di dalam hall hanya bisa memandangi tubuh Saera yang tergeletak tak bernyawa.Namun suara sirine ambulance yang baru bisa memasuki daerah hall memecah keheningan. Bagaikan gerak lambat, semua tersadar dan mulai bekerja. Team forensik dibantu dengan aparat polisi mulai sibuk mengumpulkan bukti, mendokumentasikan keadaan, dan melindungi TKP dari orang yang tidak berkepentingan.Team medis juga sibuk mengobati orang-orang yang tidak sengaja terluka ak
— Seven years ago —Elisa, Ethan, dan Hikaru yang berhasil kabur melalui pintu belakang rumah milik keluarga Cha, berhenti sejenak di sebuah bukit kecil yang berada di balik rumah besar keluarga Cha.Dari ketinggian bukit dan sinar mentari pagi yang mulai menyelimuti bumi, ketiga anak yang baru saja menjadi yatim piatu itu bisa melihat dengan jelas bagaimana api melalap rumah besar peninggalan keluarga Cha.Kebakaran itu begitu hebat hingga bertahan beberapa jam. Namun bukan api yang menjadi fokus tatapan mereka. Disana — di jalan selebar satu buah mobil yang merupakan satu-satunya akses jalan menuju keluarga Cha — tidak jauh dari pekarangan keluarga Cha terparkir sebuah mobil mewah berwarna hitam.Di depan mobil tersebut, berdirilah seorang wanita bergaun merah darah dengan topi lebar dan berkaca mata hitam, menatap ke arah rumah keluarga Cha yang sedang terbakar.Cahaya dari api yang melahap rumah Cha mena
Miss Lee sudah hampir tiba di belokan menuju lorong tempat pintu belakang berada saat Mr. Ha menyapanya, sehingga menghentikan langkah kakinya."Kau sedang apa, Miss Lee? Apartemenku ada di sebelah sini," ujar Mr. Ha. Perbuatannya tanpa sadar telah menyelamatkan Elisa dan Hikaru yang masih menahan napasnya saking takut ketahuan.Meski awalnya tidak ingin mempedulikan ajakan Mr. Ha, Miss Lee akhirnya memilih mengikuti asisen Mr. Kim dan melangkah menjauhi kedua orang yang masih panas dingin karena ketakutan. Sedangkan Tobias tentu saja mengekori atasannya tanpa tanya."Apa mereka sudah pergi?" tanya Elisa menatap Hikaru yang terduduk di sebelahnya."Entahlah, aku tidak merasakan ada aura aneh apapun di dekat sini. Tapi bisa saja wanita itu menyembunyikannya."Takut-takut, Elisa memberanikan diri secara perlahan mengintip keadaanlobby. Setelah memastikan keadaan aman, Elisa lantas menarik tangan Hikaru untuk berdiri dan berlari keluar
Jane memandang dua orang di hadapannya dari pinggir cangkirnya. Ethan dan Elisa, dua orang keponakan angkat sepupunya. Si pemuda masih mengenakan pakaian dinasnya, sedangkan Elisa hanya berbalut jeans danT shirtberwarna putih dengan gambar kartun.Saat ini, ketiganya berada di ruang rapat kantor kejaksaan. Pintu masuk pun sudah Jane kunci dan sebelumnya juga sudah memastikan kalau tidak ada alat rekaman atau semacamnya yang dapat mencuri dengar pembicaraan mereka."Apa kalian tegang?" tanya Jane, menyatukan jemarinya di atas meja besar yang memisahkannya dengan Ethan dan Elisa.Si perempuan menggeleng tidak peduli sedangkan yang laki-laki hanya diam, menatap datar atas pertanyaan Jane yang terlalu berbasa-basi."Apa sepupuku sudah mengatakan alasan mengapa aku ingin bertemu?""Unnie! Bisakah kau berhenti berbasa-basi? Hikaru sebentar lagi pulang dan aku belum memasak makan siang. Lagipula hari ini aku adashif
"Kenapa kau melakukannya?" tanya Elisa sambil memperhatikan jalanan di depannya. Keduanya kini sedang berada di dalam mobil milik Paman Kim. Karena Ethan sedang tidak bertugas, maka ia tidak membawa pulang mobil patrolinya. "Apa maksudmu?" "Kau tahu persis kalau semua yang terjadi itu kutukan kan? Walau memang belum tentu pemimpin perusahaan TellUs ada sangkut pautnya, tapi dengan mengatakan kalau kau tidak menemukan jejak kutukan ...." Elisa menoleh ke arah kirinya, menatap Ethan yang sedang menyetir disampingnya. "Dengan mengatakan itu, berarti kau berbohong kan?" "JaneNoonabukanshamanseperti kita dan Paman Kim. Kurasa ia sebaiknya tidak perlu ikut campur dengan segala keanehan yang terjadi." Elisa meniup poninya sebelum ia kembali bicara. "Tapi jika Paman Kim bahkan membuatkan janji temu dengan JaneUnnie, seharusnya JaneUnnie dan Paman Kim sudah tahu konsekuensinya kan.
Ucapan Elisa mengejutkan Ethan. Ia tidak menyangka kalau gadis yang telah bersamanya selama tujuh tahun ini akan membawa serta kakeknya dalam pembicaraan tentang teman masa remajanya.“Apa maksudmu, Elisa?” tanyanya.Suasana canggung tidak terelakkan, tapi itu hanya berlaku pada Ethan karena Elisa dengan tenang menarik napas dalam-dalam sebelum kembali bicara.“Sesuai yang kukatakan, Ethan. Kau dari semua orang seharusnya tahu mengapa aku tidak ingin menyalahkan Kim Oppa bukan? Ia hanya korban. Sama seperti Kakek Cha. Ibunya mungkin bersalah karena melakukan ritual yang tidak seharusnya dengan kemampuan yang tidak mumpuni, tapi Kim Oppa dan kakekmu sama sekali tidak bersalah. Mereka hanya korban. Apa kau mengerti maksudku?”“Bukankah ini berbeda? Kim Oppamu itu masih melakukannya hingga seka —.”“Lalu? Apa menurutmu, orang normal mampu melepaskan diri dari roh yang merasukin
Setelah Hikaru keluar dari sekolahnya, L pamit karena ia harus melakukan pekerjaannya. Padahal Hikaru sempat mengajaknya untuk makan malam bersama, walaupun hanya berbasa-basi.“Jadi Noona memutuskan untuk berkencan dengannya?” tanya Hikaru di perjalanan pulang mereka. Keduanya memilih untuk pulang dengan berjalan kaki. Toh jarak antara sekolah Hikaru dan apartemen mereka tidak jauh. Lagipula karena Elisa pergi seharian, mereka harus membeli lauk untuk makan malam hari ini.Beberapa detik berlalu sampai Hikaru menoleh, menatap kakaknya yang lebih pendek darinya karena gadis yang lebih tua tujuh tahun darinya itu sama sekali tidak menjawab pertanyaannya. Dahinya mengernyit bingung saat melihat Elisa yang terlihat gugup. Gadis itu sepertinya benar-benar sedang banyak pikiran hingga tidak menyadari kalau Hikaru telah menghentikan kakinya dan memperhatikannya dari belakang. Menunggu apakah kakaknya akan sadar kalau dirinya sudah tidak berjalan di sisin
Setelah kembali dari toilet sambil memikirkan ucapan Kim Ahjumma, Elisa duduk kembali di tempat duduknya yang berada di sisi L. Sampai pertunjukan berakhir, gadis itu sama sekali tidak mengingat apa yang telah ia tonon, bahkan saat orang-orang dengan antusias melambaikan tangan membalas penyelam yang menyapa mereka pun, Elisa masih terlarut dalam ucapan hantu yang baru ditemui.Bahkan di perjalanan balik, dari sejak di mobil hingga berhenti di cafe depan sekolah Hikaru pun, Elisa masih sibuk dengan pemikirannya sendiri. Sedangkan L, hanya diam, tidak mengganggu ataupun bertanya. Lelaki itu membiarkan Elisa terlarut.Elisa masih bengong ketika mereka duduk dimeja di luar cafe. Sampai minumannya sampai sekali pun, yang gadis itu lakukan hanya menatap wajah tampan L lamat-lamat. Membuat L salah tingkah karena tiba-tiba Elisa terus menatapnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Meskipun begitu, L tetap menyukainya. Setidaknya dengan begitu, ia bisa ikut memperhatikan gerak
Di satu-satunya villa yang ada di daerah lembah, Yamato duduk di atas sebuah alas duduk. Di hadapannya terdapat sebuah meja pendek yang di atasnya dilapisi lembaran kertas tradisional Iapana. Di bagian sisi kanan meja, satu buah kuas besar dan baki tempat menggerus tinta."Apa kalian sudah membawa jenazahnya?" Yamato bertanya tanpa mengalihkan pandangannya dari baki tinta di atas meja kayu di hadapannya. Tangannya sedang sibuk menggerus tinta yang akan digunakannya untuk melukis."SudahSir. Sedang dalam perjalanan.""Good! Apa semua persiapan sudah selesai?"“Sudah, Sir,” sahut asistennya tanpa bergerak dari bagian sisi Yamato."Mr. Kim?""Beliau menolak untuk datang,Sir," jawabnya lagi. Kali ini dengan kepala tertunduk merasa bersalah."Benar-benar wadah yang menyusahkan. Kalau begitu awasi terus dia. Aku akan bersiap." Yamato beranjak menuju kamarnya yang berada di balik punggungnya
Hawa dingin langsung menyergap keduanya saat mereka masuk. Sambil mengenakan sarung tangan dan menuup setengah wajah mereka menggunakan masker medis, keduanya melangkah menuju rak aluminium yang memiliki banyak pintu seukuran tidak sampai satu kali satu meter persegi. Mirip seperti lemari untuk menyimpan file, bahkan hingga tempat menaruh label namanyanya.Yang berbeda adalah meskipun luasnya mirip, panjangnya tidak. Lemari yang setengahnya di tanam masuk ke dinding itu memiliki beberapa kali lipat lebih panjang dari lemari file biasa karena digunakan untuk menyimpan jenazah.Setelah menemukan laci yang mereka cari, Ethan membuka pintunya dan hawa yang lebih dingin kembali menerpa mereka. Lelaki berkulit putih itu lalu menarik keranda di dalamnya dan menyibak sedikit kain putih yang menutupi hanya untuk memeriksa kalau jenazah yang mereka cari benar."Minta Inugami melakukannya dengan cepat,okay."Elisa mengangguk kemudian memejamkan matany
"Mr. Kim,” panggil Mr. Ha kepada atasannya yang sedang duduk di meja kerjanya. Hari sudah malam, tapi Mr. Kim masih sibuk memantau website miliknya, TellUs. “Mr. Yamato baru saja menghubungi saya dan mengatakan kalau Miss Lee telah tewas,” lapornya tanpa menunggu jawabaan atas sapaannya.“Lalu?” tanya Mr. Kim tanpa mengalihkan pandangannya dari layar monitornya.“Menurut Mr. Yamato, kematian Miss Lee jelas bukan pembunuhan biasa.”"Dan apa urusanku?" Mr. Kim mengangkat wajahnya, sepen
Ethan membuka pintu apartemennya setelah sibuk mengatur keamanan di tempat kejadian perkara. Untungnya hari ini dia bisa pulang. Tubuhnya benar-benar lelah mengatur sebegitu banyak orang."Astaga!" Ethan terkejut melihat keberadaan Elisa yang berdiri menjulang di hadapannya. Ia baru saja mengganti sepatunya dengan sandal rumah saat mendapati gadis itu bersender di dinding, menyilangkan tangan sambil menatapnya."Kau terkejut?" Elisa benar-benar terpana melihatnya, mengekori Ethan yang berjalan menuju kulkas untuk mengambil minum.
“Aku pulang!” teriak Hikaru sambil membuka sepatu sekolahnya dan menukarnya dengan sandal rumah. Kembali menenteng ransel hitamnya ia melangkah memasuki ruangan apartemennya yang tidak terlalu besar. “Noona, aku pulang!” teriaknya lagi karena tidak mendapatkan jawaban dari orang yang diharapkanya. Kepalanya menoleh ke arah kananya, tepatnya ke ruangan yang merupakan dapur sekaligus tempat makan. Dahinya mengernyt bingung karena hanya mendapati potongan sayur yang teronggok di atas meja dapur dan sebuah panci di atas kompor tanpa ada sosok yang mengerjakannya.Masih tidak berpikiran yang negatif, ia menaruh ranselnya ke
Elisa masih terus menunduk, meskipun secara naluri ia tahu kalau Miss Lee, orang yang telah membunuh keluarganya mulai mendekat. Ia merasa seperti sedang menggali kuburnya sendiri dan terus menyalahkan dirinya yang tidak mengikuti peringatan Hikaru sedikitpun. Inginnya sih cepat-cepat berdiri dan berusaha kabur dari gerbong itu. Ia cukup yakin dirinya bisa menyelinap di antara keramaian di dalam gerbong.Semua skema pelarian sudah dibayangkan olehnya. Dari buru-buru berdiri dan menembus orang-orang yang sedang berdiri hingga skema melarikan diri dengan melompat ke luar jendela., walau akhirnya ia batalkan karena teringat kalau ia menaiki kereta bawah tanah. Yang artinya jika ia melompat ke luar jendela, maka ia akan tetap tewas karena terbentur dinding rel kereta dalam kecepatan penuh pula.Entah beberapa kali ia menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan tangan dan kakinya yang gemetar ketakutan. Berharap ia sudah cukup tenang dan bisa bergerak sebelum Miss Lee tiba