MELIHAT JIA YANG tetap tenang setelah kembali mendengar berita miring tentangnya dan perempuan lain tentu saja menyerukan kata janggal. Mengenal Jia sejak berada di London, Kei cukup tahu kebiasaan buruk perempuan itu, salah satunya tentang sikap kekanakan yang tak dapat dikompromikan—bahkan untuk orang sepertinya yang cenderung tak peduli pada emosi orang lain. Mendapati Jia yang membukakan pintu dengan senyum lebar, tanpa menanyakan apa pun, sangatlah tidak biasa.
“Kau datang tepat waktu!” seru Jia dengan riang. Tanpa sedikit pun rasa segan, Jia memeluk lengan atletis sang lelaki, menariknya masuk ke dalam apartemen. “Aku sudah menyiapkan makan malam!”
Jia yang tak pernah ragu untuk berkontak fisik dengannya sangatlah mengganggu. Kei tak pernah suka jika orang lain—tanpa izin— melanggar jarak pribadinya. Perempuan yang lebih muda empat tahun darinya ini tampak tak mengetahui aturan tak tertulis itu.
“Jia Huang,” tegur Kei, seketika menghentikan langkah kaki
JIKA DITANYA SIAPA orang yang paling ingin dia hindari, maka Kei akan menjawab dengan menyebutkan nama seorang berandal bercat rambut kemerahan, Felix Kusaka. Dentuman musik elektronik menyerang indra pendengar Kei begitu dia melangkah masuk ke sebuah kelab malam bernama Estella. Dia mengamati lautan orang yang tersiram oleh cahaya lampu disko. Tiga orang DJ berada di sebuah panggung tinggi, tengah memutar dan memainkan dentuman musik yang dinikmati oleh lautan orang pada dance floor. Pada sisi kanan dan kiri ruang itu terdapat konter dan stool yang dijaga oleh para bartender. Sofa-sofa santai, yang diduduki oleh para pengunjung lelaki dengan b
SAMBUNGAN TELEPON ITU tak berlangsung lama, tapi cukup membuat membuat Airi bertanya-tanya sampai kantuk menerpa.“Kau, apakah ada yang mengganggumu?” tanya Kei malam itu.Pertanyaannya kontan langsung membuat Airi mengernyit. Dengan bingung, dia menjawab, “Tidak ….” Sekian detik berikutnya dia terpikir sesuatu. “Kecuali jika mendapatkan telepon dari seseorang tepat ketika aku mau ditidur bisa disebut sebagai gangguan,” tambah Airi dengan sarkastis.Terdapat sedikit jeda dari seberang sana. Airi hendak menyela, tetapi didahului oleh ucapan Kei yang menyatakan, “Kau baik-baik saja,” seolah dia baru saja menyimpulkan sesuatu.Rasa penasaran Airi pun semakin besar. Dia sama sekali tidak puas ketika mendengar jawaban lelaki itu.“Para wartawan majalah biasanya suka mengejar-ngejar orang yang kelihatan dekat denganku.”Dari nada bicaranya, Kei memang tak
KABAR PROMOSI JABATAN Hiroki sebagai Presdir Hisaya Inc. disambut dengan senyum lebar oleh Airi. Dia ikut senang dan langsung bersedia ketika ditawari untuk menghadiri pesta keberhasilan itu.Sekitar tiga hari lalu, Hiroki sempat memberi tahu hasil rapat dewan komisaris di perusahaannya. Dewan Komisaris, yang terdiri atas perwakilan para pemegang saham, baru saja mengadakan evaluasi awal tahun. Pada rapat itu, mereka menyoroti kinerja presdir lama mereka, Shou Hisaya, yang terlibat skandal setelah ketahuan menjalin hubungan khusus dengan sekretarisnya sendiri. Perbuatan yang demikian dinilai telah melanggar peraturan tertulis yang melarang adanya hubungan asmara antar kolega kerja dalam perusahaan tersebut.Airi sedikit kasihan pada kakak sepupu Hiroki, tapi peraturan tetaplah peraturan dan dia tak bisa berkomentar negatif ketika dirinya ikut senang atas promosi kerja yang didapatkan Hiroki.Mengerling pada kertas undangan yang tergeletak di atas nakas, Airi ter
KETIKA MELIHAT SOROT gelap itu, Airi sempat terpikir tentang dia yang tak seharusnya mengajak Kei bicara. Mengenal sosok Kei yang baru, membuat Airi sadar betapa mudahnya pria ini mengendalikan orang lain dalam genggamannya. Pemikiran tersebut terdengar menyeramkan. Dia tak tahu intensi asli dari lelaki ini. Dia tak tahu jika Kei memang sengaja bertingkah demikian agar dapat berbicara dengan Airi.Saat Airi mengajaknya kemari, artinya dia sudah berhasil memerangkapnya.Mengerjap pelan, Airi mengalihkan pandangan. Dia segera menimpali ucapannya sendiri sebelum Kei sempat menjawab.“Lupakan saja. Kurasa aku tak perlu tahu. Semua itu tak masalah buatku.”Dia kemudian berbalik, hendak beranjak pergi.Kei tak berusaha untuk mencegahnya. Dia hanya membalas, “Aku ingin dia menyadari posisinya.” Di hadapan Kei, Airi menghentikan langkah. “Dia tak pantas bersanding denganmu.”Kalimat itu cukup unt
AIRI KEMBALI KE apartemen bersama dengan Hiroki. Dia sempat meminta maaf karena tak bisa mengajaknya mampir. “Aku tak ingin kesiangan dan jadi panutan yang buruk,” canda Airi selagi beralasan. Hiroki tertawa ringan. “Tentu saja kau tak ingin kesiangan.” Dia mengangguk. “Tak masalah. Aku sendiri masih harus mengurus apa yang kutinggalkan.” “Ayahmu benar-benar disiplin, eh?” timpal Airi. Ketika Hiroki mengulas senyuman, Airi ikut tersenyum. “Tapi, aku benar-benar senang bisa sedikit berbincang dengannya. Sayang sekali, dia harus pergi lebih awal.” “Kita masih punya kesempatan lain,” ungkap Hiroki, dia meremas pelan telapak tangan Airi. “Kau tak perlu khawatir.” Airi mengangguk. Dia mengucapkan terima kasih dan menitipkan salam untuk Hana yang tadi belum sempat dipamiti. Hiroki membalas dengan anggukan beserta ucapan selamat malam. Airi hendak beranjak menjauhi mobil ketika tiba-tiba dia berbalik dan langsung melemparkan pelukan erat pada
SUDAH TIGA HARI Kazuki melihat Airi murung. Selama ini, dia memang tak ingin ikut campur urusan sang ibu. Namun, bersikap tak acuh bukan berarti dia tak ikut khawatir ketika melihat ibunya gelisah. Airi menjadi lebih diam dari biasa. Hanya dengan melihat, Kazuki bisa tahu ada sesuatu yang mengganggu pikiran Airi. Bunyi bel sekolah dari pengeras suara memecah lamunan Kazuki. Jam pelajaran telah usai, digantikan oleh jam istirahat. Anak-anak segera berhamburan keluar setelah sang guru pergi dari ruang kelas. Ramai celotehan anak kelas menghampiri telinganya. Dia menoleh ketika mendapati seseorang telah berdiri di samping mejanya dengan membawa sebuah wadah bento. “Kau tak bawa bekal lagi?” tanya anak itu. “Harus ke kantin di jam makan siang sangatlah merepotkan.” “Aku tak minta diantarkan lagi, Chikara,” jawab Kazuki. “Kau tunggu saja di halaman belakang bersama yang lain. Aku sudah tahu lokasi kantin.” Teman Kazuki mengangguk. “Sebaiknya kau ta
KEKHAWATIRAN AIRI TERHADAP ancaman Kei membuatnya mencoba menggali lebih dalam mengenai wewenang yang dimiliki pria itu atas perusahaan tempat Hiroki bekerja. Airi tidak menyukai hasil yang didapatnya. Waktu telah menunjukkan pukul enam sore. Jam kerja telah selesai karena sejak dia memimpin, dia telah menetapkan peraturan yang melarang adanya lembur kerja kecuali jika benar-benar diperlukan. Jadi, maklumlah jika suasana kantor sudah cukup sepi. Saat itu, hanya tinggal dia, Yugao, dan beberapa staf karyawan lain yang masih tinggal. Yugao dan para staf itu sedang menyelesaikan sisa pekerjaan mereka, sementara Airi …. Layar monitor di hadapannya ditatap dengan nanar. Dia masih belum menerima realita bahwa Kei Hasegawa memegang separuh dari saham Hisaya Inc., perusahaan real estate yang sekarang dipimpin oleh Hiroki. Jatah saham lima puluh persen adalah jumlah yang besar, sangat besar. Kenapa Hiroki tak memberitahunya tentang ini? Berbed
SAAT PAGI TIBA, suasana di apartemen masih belum membaik. Airi tahu, sisa ketegangan dari pertengkaran tadi malam takkan hilang begitu saja. Dia hanya mencoba berharap, meskipun harapan tersebut sia-sia. Kazuki tak mengatakan sepatah kata pun ketika mereka berpapasan. Dia bahkan menolak sarapan dan pamit berangkat sekolah lebih awal dari biasa. Airi agak lega ketika mendapati anak itu masih mau berpamitan padanya. “Jangan lupa untuk tetap sarapan di sana!” seru Airi saat Kazuki telah berjalan di lorong apartemen. Seruan itu tentu saja tak dihiraukan. Airi tak dapat menahan embusan napas lelah. Dia sendiri tak berselera makan, tetapi memaksakan diri untuk menghabiskan sepotong sandwich. Orang-orang kantor kelihatan cukup terheran ketika mendapati Airi datang lebih awal dari biasa. Airi tak menjelaskan apa pun. Dia hanya menyapa mereka seperti hari-hari sebelumnya, kemudian bergegas ke kantornya sendiri. Ketika jam makan siang tiba, dia memberi
EMBUSAN ANGIN SALJU tampak membekukan. Tumpukan es telah menutupi sebagian besar tanah lapang. Airi sedang memikirkan nasib tumbuhan di dalam rumah kaca yang dilihatnya ketika seseorang datang, membawakan seduhan teh panas untuk mereka berdua. "Teh hijau adalah favoritku. Kuharap kau menikmatinya juga." Mei Hasegawa tersenyum dan duduk di seberang Airi. Dia memperbaiki baju hangatnya, menyilangkan kaki, dan mulai menyesap minuman panas itu. Airi menghirup segar aroma teh. "Sebenarnya bukan favorit. Saya hanya sering mengonsumsinya saja." Airi sedikit mencicip, merasakan hangat yang memanja indra perasa. "Sering mengonsumsi akan membuatmu terbiasa," ujar Mei sambil melengkungkan senyum. "Ah, aku lupa mem
SEJAK MEREKA MENJALIN hubungan serius, Kei belum pernah semarah ini. Airi bisa menanganinya dengan mudah kalau mereka hanya dihalangi kesalahpahaman, bukan dihalangi oleh keputusan sepihak yang dibuatnya.Sikap diam Kei nyatanya jauh mengkhawatirkan dibandingkan dengan sikap tegasnya yang biasa. Karena kondisi ini, Airi bahkan mengubah rencana menginapnya dan Yugao. Dia tak menghabiskan waktu di penginapan kantor, tapi langsung melakukan check in ulang begitu urusan kerjanya di hari kedua selesai.Pesan balasan dari Lucy, sang kawan baik, datang. Dia tampak tak masalah pada penundaan pertemuan mereka. Airi mengembuskan napas lega. Dia meletakkan tas tangan begitu saja di atas nakas. Kemudian berbaring di atas ranjang. Kedua mata menutup rapat, membayangkan guyuran hujan salju
KESEHARIAN AIRI HINGGA akhir tahun berlangsung jauh lebih normal dari yang dia duga. Menjalin hubungan dengan Kei nyatanya tidak begitu menjungkirbalikkan hidupnya. Sejak tereksposnya hubungan mereka, dia memang jadi lebih sering dihubungi wartawan majalah. Pada awalnya, mereka memang hanya memeras informasi mengenai Airi Ishihara yang merupakan kekasih Kei Hasegawa. Dia hanya dikenal sebagai kekasih seorang pengusaha kaya, bukan seorang wanita dengan karier dan pencapaiannya sendiri. Akan tetapi, selang beberapa waktu, orang-orang mulai menyadari kalau Airi bukan sekadar wanita pendamping saja. Mereka mulai menyoroti nama Airi, dia yang berhasil meniti karier dari seorang asisten produsen hingga menjadi pemimpin sebuah industri perfilman. Eksposur yang demikian jelas-jelas menguntungkan. Airi tidak merasa terganggu lagi. Dia juga mendapatkan lebi
AIRI TAK BEGITU terkejut ketika mendengar berita kerja sama Hasena dengan Huang Industrial Group. Selama ini, dia mengira kegagalan relasi pribadi Kei dan Jia akan berimplikasi besar terhadap status kerja sama perusahaan mereka. Setelah lebih mengenal Kei, Airi pun mengerti. Kei takkan menyia-nyiakan kesempatan besar itu hanya karena masalah pribadi. Dia telah memastikan Huang bergantung padanya, membuat mereka mau tidak mau mempertahankan relasi yang telah terjalin. Strategi bisnis pria itu … Airi cukup mengaguminya. Namun, di saat yang sama dia masih sering diliputi tanya. Bagaimana kalau suatu hari nanti pria itu mengambil keputusan ekstrem yang menurut Airi tak dapat dibenarkan? Cahaya pagi di musim semi menyadarkan Airi dari lamunan. Dia menghabiskan cokelat panasnya dan segera beranjak ke dalam apartemen. Seperti yang pernah dibicarakan dengan Kei
ENTAH BERAPA TAHUN Kei menantikan momen ini tiba, momen ketika paman congkaknya terlihat marah dan menderita berkat kekalahan yang menimpa. Persis seperti prediksinya, proses persidangan berjalan lancar seperti yang dia harapkan. Rodo Hasegawa terjerat pasal berlipat, pasal mengenai penggelapan dan pencucian dana serta pasal tentang percobaan pembunuhan. Kejahatan kerah putih yang dilakukan Rodo tidaklah sedikit. Seluruh kecurangannya di bidang finansial cukup menggunung. Kei sudah merasa cukup dengan tuntutan itu. Uluran tangan Airi benar-benar memberatkan tuntutan yang menjerat Rodo. Konsekuensi tindakan rencana pembunuhan memang mendapatkan hukuman yang cukup berat. Oleh karena itu, rencana hukuman penjara yang awalnya berselang lima belas tahun, kini menjadi maksimal tiga puluh tahun. Dari hasil ketukan palu, hukuman Rodo ditetapkan menjadi du
“PROSES ITU TAKKAN mudah, tapi semuanya akan berjalan lancar.” Adalah kalimat Kei yang sempat Airi ragukan.Selama kurun waktu sebulan ini, terdapat banyak hal yang terjadi. Airi merasa kewalahan dan terburu-buru, sulit untuk tenang, seolah dia sedang dituntut untuk berlari secepatnya selagi melepaskan diri dari jerat di belakang sana. Dikenal menjadi pasangan Kei Hasegawa tidaklah mudah. Menjadi penuntut hukum seseorang dari keluarga Hasegawa tidaklah enteng. Airi masih dihantui oleh ledakan besar yang hampir merenggut nyawanya. Dia masih sering terbangun di tengah malam, tersentak hebat karena peristiwa tersebut masih mengejarnya hingga ke alam mimpi.Airi telah melalui banyak kesulitan sepanjang hidupnya. Akan tetapi, sekarang adalah salah satu masa yang membuatnya lelah. Pemberitaan di berbagai media elektronik, bisikan gosip d
SEPERTI PERKIRAAN KEI, sidang pertama Rodo Hasegawa memang dilaksanakan satu minggu kemudian. Airi sempat mendengar beritanya kemarin. Pagi tadi, Kei juga sempat menghubunginya, memberitahukan mengenai dia yang akan hadir di persidangan. Proses peradilan itu bersifat terbuka sehingga masyarakat umum diperbolehkan datang, asal tidak mengganggu proses peradilan. Airi akan mencoba datang juga kalau saja dia tidak mempunyai agenda tersendiri.“Catatan rapat tadi sudah saya back-up pada akun perusahaan, Ishihara-san. Apakah ada yang perlu saya agendakan lagi untuk hari ini?” ujar Mayumi, sekretaris sementara Airi.Kolega kerja mereka sudah meninggalkan ruang pertemuan. Airi pun menoleh pada Mayumi yang telah selesai berberes.
PENAHANAN RODO HASEGAWA memudahkan polisi melakukan pengusutan lebih lanjut. Mereka bekerja sama dengan detektif swasta yang dipekerjakan oleh pengacara penuntut utama. Tak hanya Rodo dan Seizu, nama Toshiki Furuma juga sudah ikut terseret. Salah satu anggota dewan paling berpengaruh itu sudah mendapatkan surat panggilan dari polisi sejak tiga hari lalu. Dari beberapa tahun terakhir, baru kali ini kepolisian pusat menangani kasus yang melibatkan tiga orang besar sekaligus. Pemberitaan kasus pun jadi semakin marak diperbincangkan. “Rodo adalah anak angkat kakekku. Dia tidak sedarah dengan paman ataupun ayah,” jelas Kei. Pintu geser kaca di dekat dapur tampak sedikit terbuka, menampakkan sinar matahari pagi yang masih terasa hangat. Tata letak rumah milik sang lelaki memang jauh lebih lenggang dan terbuka. Mereka dapat melihat keberadaan taman belakang melalui pintu geser yang ada di sana. Airi baru selesai memasukkan es batu ke dalam wadah berisi minuman rasa
AIRI TIDAK INGAT kapan dia terlelap. Matanya tertutup begitu saja setelah mendaratkan diri di atas ranjang. Dia sudah sangat mengantuk sejak selesai berendam. Ketika mengerjap, dia tak tahu sudah jam berapa. Kesadarannya belum sepenuhnya terkumpul. Sampai kemudian dia merasakan erat rangkulan di belakangnya, juga hangat ciuman yang menjatuhi perpotongan lehernya.Airi sempat lupa kalau dia sedang tinggal di apartemen sang kekasih. Harum maskulin menggelitik hidung. Airi menoleh, menatap dalam remang cahaya kamar.“Aku ketiduran,” ungkap Airi, terdengar parau. “Maaf, tak sempat menunggumu.”Kei hanya membalas dalam gumaman. Dia tak mengatakan apa pun ketika kembali mengeratkan pelukan. Kecupan panas itu lagi-lagi hadir pada lekuk leher Airi, terus hingga rahang dan belakang telinga. Airi kontan meremang.“Ada apa?” tanya Airi, bernada rendah.“Kenapa kau tidak tidur di kamarku?” gumam Kei, sedikit tere