***Kabar yang beredar Andra diundang khusus sebagai dokter spesialis bedah yang berani dibayar mahal. Selain tampan, Andra memang dokter yang berprestasi, tak salah jika menjadi rebutan beberapa rumah sakit. Keterampilannya tidak perlu diragukan lagi. Itulah yang membuatku terlena dan terharu ketika dilamar olehnya dulu. Namun, tidak bagi orang tuanya. Andra sudah disiapkan menjadi menantu pemilik rumah sakit yang terkenal oleh ibunya.Salahnya aku adalah mengambil spesialis bedah yang sama dengan dirinya, bayangan dirinya memaksa untukku mengambil spesialis yang sama dengannya. Aku akui sebucin itu dengannya, merasakan bahwa dengan mengambil spesialis yang sama dengannya suatu saat bisa membalas sakit hati yang kurasa."Ada dokter tampan yang baru datang di rumah sakit kita." Salah satu suster mulai bergosip ria."Kabarnya calon menantu rumah sakit ini, ya," jawab salah satu suster. Sepertinya rumah sakit ini akan penuh dengan cerita Andra dengan calon istrinya.Ini yang namanya luk
Ternyata kami benar-benar dipanggil, Sinta terlihat pucat dengan gengnya. Sementara aku tetap santai, siapa yang ingin menjadi janda? Andai dia tahu sakitnya dibuang dan ditelantarkan begitu saja. Om-om? Darimana dia mendapat ide sejahat itu. Biarkan saja, selama tidak ada bukti, tidak perlu capek untuk meladenin hal-hal yang tidak penting.Kami berempat dikumpulkan di ruang pertemuan, dari jauh Andra melihatku seperti ingin membantu. Aku sudah benar-benar melupakan Andra dalam kondisi apa pun, bagiku Andra adalah masa lalu meski jujur, Andra memang sangat memesona."Silahkan duduk!" suasana terasa menegangkan, jika memang dibutuhkan pembenaran dipastikan nama baik Andra akan tercemar."Kenapa kalian mempermasalahkan rekan sejawat kalian yang menjadi janda, saya sudah membaca biodata dari dokter Nadhine dan sangat jelas dia menulis di identitas statusnya jika dia seorang janda. Mungkin kalian kurang update!" aku lumayan terkejut, perasaan selama ini tidak ada yang tahu jika aku janda
Hari ini dengan semangat baru pergi ke rumah sakit, menjadi dokter adalah kebanggaan bagiku dan orang tuaku. Hal-hal yang sekiranya akan menganggu profesiku sudah kusiapkan sebelumnya. Saatnya bersaing dengan mantan suamiku. Salah satu keputusanku mengambil spesialis bedah adalah untuk bersaing dengan Andra suatu saat, bertarung di meja operasi. Pagi sekali direktur yang bernama dokter Danang itu sudah di rumah sakit, sepertinya rumah sakit akan lebih disiplin dengan kehadirannya. Pukul tujuh pagi kami semua sudah dikumpulkan untuk diberi pengarahan."Bapak/ibu dokter dimohon kerjasamanya untuk datang lebih awal, saya lihat pukul tujuh pagi pasien disini sudah membludak. Mohon kerja samanya, karena rumah sakit ini banyak diminati. 95% dokter disini dokter pilihan dari kampus, jadi tolong kerja samanya untuk kebaikan rumah sakit kita. Kenalkan nama saya dr. Danang. Terima kasih atas perhatiannya." Dokter Danang mengakhiri sambutannya.Sepertinya akan semakin banyak pekerjaan, Reyhan h
"Bagaimana, Nad?""Apanya, Han?""Kamu harus berubah, seandainya dari dulu kamu ikut saran dariku untuk berubah, pasti lain lagi ceritanya." Kenapa Reyhan begini, sebentar lagi dia akan menikah, pernyataannya seperti ini membuat hati tak menentu. Kebaikannya jarang dimiliki oleh orang lain. "Han, selama kita mampu, jangan sampai menjadi beban bagi orang lain.""Kalau begitu berjanjilah padaku, untuk bangkit, Nad. Dipastikan jika mantanmu muncul maka babak baru dalam hidupmu akan dimulai, sekarang mantanmu, besok mantan iparmu, besoknya lagi mantan mertuamu dan kamu harus berubah, Nad." Sifat Han seperti ini membuat hati tak menentu."Aku harus bagaimana, Han.""Belajarlah jatuh cinta lagi, kalau bisa menikah lah. Agar ada yang membelamu dalam keadaan apa pun!" aku diam bingung mau jawab apa. Menikah? Apa semudah itu? Bahkan laki-laki yang akan setia lahir dan bathin pun tidak bisa menepati janjinya."Akan kupikirkan, Han. Sekarang kita kembali ke ruangan saja." Aku bersiap menuju rua
Ucapan Reyhan membuat semangat baru bagiku, Reyhan memang ada benarnya. Namun, masalah jatuh cinta lagi sepertinya belum terpikirkan, ada trauma bagiku untuk jatuh cinta lagi. Sore ini jadwal operasiku, saatnya untuk bangkit untuk tidak dibayangi masa lalu. "Dok, ruangan operasi sudah siap.""Baik, Sus, saya akan segera kesana."Menyiapkan fisik ketika operasi sangat penting, kali ini operasi berat, operasi tumor payudara seorang gadis muda. Ketika sampai ruang operasi dada ini bergetar karena satu tim dengan Andra. Terlihat dia sedang menyiapkan diri sebelum masuk ruang operasi. Dengan langkah percaya diri tanpa memedulikannya kusiapkan diriku sebaik mungkin, ini adalah tujuanku mengambil spesialis bedah agar bisa bertarung dengannya.Ketika membersihkan tangan sebelum masuk ruangan, Andra berada disampingku. Rasa ini jangan ditanya, tapi profesional dalam bekerja lebih diutamakan. Suasana hening, begitu pula dengan dia. "Kita satu tim, apa kamu mengambil bedah umum?" tanyanya, di
"Puas kamu, Nad. Menyiksaku sekian lama, kamu kira hanya kamu yang trauma, aku juga, Nad." Ada air yang keluar dari bola matanya. Kenapa Andra begini, ini sulit untuk diterima akal sehat."Tidak perlu ada pembenaran, Dok. Pernikahan kita dari awal tidak sehat. Dokter masih perjaka dan saya masih perawan, mari kita bahagia pada kehidupan kita masing-masing. Bagiku dokter Andra adalah masa laluku dan mungkin masa depan kita bersama orang lain!""Mudah sekali ucapanmu, Nad. Apakah sedikit pun tidak ada rindu di hatimu." Dokter Andra apa maksudmu? Jangan buat hatiku yang sudah beku mencair, cukup sekali Andra hinaan keluargamu kepadaku!"Tidak ada rindu dihatiku untukmu, bagiku kita sudah TAMAT dokter Andra!" Dia diam terlihat tidak terima dengan ucapanku."Semudah itu bagimu, Nad.""Ini yang terbaik bagi kita, dokter Andra. Sebelum ada yang tahu hubungan kita. Mari kita akhiri saja.""Oke, baiklah, jika ini membuatmu bahagia. Maafkan aku, mungkin delapan tahun yang lalu aku tidak menjaga
Dadaku bergetar ada Laras adiknya Andra di sampingku, terlihat serius sedang memilih baju. Dari jauh Reyhan menatapku seperti tahu kegelisahanku. Aku hanya memberikan kode agar Reyhan paham jika aku butuh pertolongan. Kugeserkan kakiku untuk melangkah menuju Reyhan. "Kenapa, Nad?" tanya Reyhan sambil berbisik. Aku langsung menunjuk gadis disampingku dan dia langsung paham. "Kenapa gak bilang, Nad." "Mana kutahu, Han. Tiba-tiba saja, dia disampingku." "Tetap santai, jangan grogi. Ingat kamu itu dokter spesialis bedah, jangan takut!" ah, Reyhan benar, kenapa harus takut. Saatnya membuktikan kepada mereka, Nadhine telah berubah. "Baiklah, Han. Tapi ...." "Tapi, apa lagi?" "Harga bajunya gaji sebulan ku, Han!" "Hahaha ...." Semua memandang kami karena Reyhan keceplosan tertawa. "Cantik itu butuh modal, Bu dokter. Bu dokter karaktermu yang kayak gini yang aku suka dari dulu, apa adanya." Maksudnya? Bukannya Reyhan sudah punya tunangan. Bilang suka segala! "Ingat! dokter Reyhan
Dan betapa kagetnya aku ternyata laki-lakinya adalah Andra yang datang beserta rombongannya. Jantungku berdegup dengan kencang, apa ini maksud Reyhan. Didampingi kedua orang tuanya dia terus tersenyum. Cuih, katanya tidak bisa move on, nyatanya dia bertunangan dengan gadis yang lebih bersinar. Ckck ... kelakuansi Andra! "Tahan, Nad. Jangan pingsan disini!" Ish, apaan Reyhan ini. "Makan yang banyak, buktikan kalau kamu sudah move on." Tapi harusnya bilang, Reyhan! Biar siap amunisi, ini, sih, kalah sebelum berperang. Baiklah, mungkin saatnya berubah! "Bagaimana, Nad?" "Bagaimana apanya?" "Calon mempelai lakinya?" "O ... alhamdulillah, sudah dapat pasangan, tinggal kita yang jomlo ini cari pasangan!" "Kita? Elo kali, Nad. Gue kagak!" "Sst ... jangan keras-keras, belom siap untuk menghadapi musuh." "Hahaha ... harus siap, Nad. Hari ini Nadhine Azzahra sangat cantik!" Hampir nih, makanan dikeluarin, ngegombal jangan serius, Han! acara dimulai Andra memasangkan cincin kepada calon