"Iya, aku memang laki-laki biasa, emang ada masalah dengan laki-laki biasa. Kenalkan saya Reyhan dokter spesialis bedah syaraf sepupu dari Naura. Dan ini Nadhine Azzahra rekan kerja saya, dokter spesialis bedah umum." Laras diam, mungkin tidak menyangka jika aku sudah lulus spesialis. Terlihat beberapa orang mendekat karena melihat Naura yang menyerang, Reyhan hanya mengedipkan mata dan mereka mundur teratur.Tiba-tiba dokter Danang muncul di hadapan kami"Ini ada apa keributan apa, Han?" tanya Danang, yang ditanya justru mengedipkan mata. Sementara aku terkejut melihat direktur itu akrab dengan Reyhan."Kenalkan saya Dokter Danang, sudah menyelesaikan spesialis di luar negeri, kebetulan mereka berdua ini satu tim di rumah sakit saya termasuk dokter Andra. Saya direktur rumah sakit tempat Andra bekerja." Sekilas dia memandang Reyhan, mereka sangat kompak, Laras dibuat mati kutu!"Ayo, dokter Nadhine. Kita maju hari ini kita ada age
Pesta tunangan diwarnai kepanikan, karena ibunya Andra pingsan."Han, kita balik atau bagaimana?""Diam saja dulu, lihat reaksi keluarga mantan Bu dokter!""Kek, tontonan aja, pakai lihat reaksi!""Ini momen penting, Sist. Kali aja ada kuis berhadiah." Danang hanya geleng-geleng kepala melihat reaksi Reyhan. Kenapa dia yang jadi semangat? Aku yang punya mantan aja biasa-biasa saja!Kami hanya diam melihat adegan kepanikan dari kedua mempelai."Itu gak pura-pura pingsan, Han?" tanyaku karena Reyhan lebih menghayati melihat mantan mama mertuaku di angkat."Sep
Operasi berjalan dengan lancar, setelah membersihkan diri entah mengapa ini perut terasa kroncong. Akhirnya memutuskan untuk ke kantin, kode perut sudah tidak bisa diajak kompromi. Dari jauh tersangka utama yaitu Reyhan sedang santai makan siang. Dia hanya tersenyum ketika semua melihatku, apa ada yang salah dengan penampilanku?"Wow, ada dokter viral hari ini." Ish, apaan coba Reyhan ini."Emang ada yang salah penampilanku hari ini, Han?""Nggak ada yang salah, yang salah itu bu dokter tidak manfaatkan wajah manisnya selama ini untuk dipoles!" tu, kan, dia mulai lagi nih orang!"Kalau menurut saya yang terpenting cantik hati dan pikiran, Han." Reyhan diam, tak lama kemudian justru dia tertawa.
"Sepertinya kamu yang belum bisa move on dariku, Nad!" aku menghela nafas yang sudah mulai naik turun melihat Andra yang sikapnya seperti anak kecil."Dokter Nadhine, kenapa motornya?" tanya dokter Danang yang tiba-tiba mendekatiku."Sepertinya dia lelah, Dok.""Sebentar saya telpon teman dulu untuk perbaiki. Dokter Nadhine nanti saya antar pulang, ya." Dokter Danang terlihat memohon, karena Andra masih berdiri disamping kami."Baik, Dok. Terima kasih sebelumnya. Mari dokter Andra, kami duluan." Andra hanya mengangguk, sementara aku berfikir keras karena laki-laki yang nyaman didekatku hanyalah Reyhan. Kemana dia? Harusnya dia yang membantuku bukan direktur garing ini.Di dalam mobil aku hanya diam, dokter Danang juga diam. Biar saja dia penasaran, entahlah sulit bagiku untuk membuka diri untuk laki-laki manapun. Tidak mudah bagi wanita sepertiku memulai lagi, saat ini tak ada ambisi apa p
"Hahaha ... becanda, Dok." Aku diam, tidak mungkin juga Reyhan menyukaiku. Dia khilafnya kebangetan."Kalau begitu silahkan segera pulang pak dokter, motor sudah saya terima. Setelah ini saya mau telpon dokter Danang sebagai ucapan terima kasih.""Iya, siap, bawel." Reyhan memakirkan motorku, dan segera pamit.Entah mengapa sedih mendengar Reyhan yang mengatakan hanya becanda. Ada apa denganku? Ini tidak boleh terjadi karena Reyhan sudah memiliki tunangan meski aku tidak diundang saat itu. Hanya mendengar penuturan dari Reyhan saja."Hati-hati ...." Kenapa jadi baper begini? Dia memandangku seperti ingin mengatakan sesuatu, aku pernah merasakan cinta dan itu tatapan orang jatuh cinta.
Reyhan benar-benar mengantarku sampai ke ruang pertemuan. Danang dari jauh hanya senyum-senyum melihat kami. Sebenarnya Reyhan sama Danang ini apa hubungannya? Buat penasaran saja.Di dalam ruangan Andra duduk pas di depanku kebetulan ruangan yang dipakai duduknya seperti meja bundar, jadi duduknya berhadapan. Kali ini seperti pertemuan penting karena dokter Danang yang memimpin agenda pertemuan ini."Mari kita mulai, agenda rapat ini tidak lama hanya sebentar, saya hanya mengumumkan hal penting saja." Dokter Danang memang sangat disiplin dengan waktu."Pertemuan ini membahas tentang pemilihan kepala bedah spesialis umum, karena seperti yang kita ketahui jadwal dokter bedah umum sangat padat di rumah sakit ini," sambungnya lagi."Jadi siapa pun bisa jadi kepala bedah, nanti kita vote minggu depan. Mohon kerja samanya. S
"Jangan becanda, Han?" Reyhan langsung menepi, membuat jantungku berdebar tidak menentu."Aku akan menjagamu, Nad. Dalam kamusku tidak ada kata becanda." Kenapa jantungku berdebar hebat, apakah ini namanya cinta? Rasanya benar-benar tidak menentu."Aku antar kemana, Nad?" tanya Reyhan."Aku sudah janji dengan temanku mau cari perumahan, Han.""Sama aku aja, ya? Kabari temanmu, Nad. Kalau pergi bersamaku." Ya ampun, ini kenapa jadi begini perasaanku dibuat tidak menentu, ah, Reyhan pasti becanda. Berulang kali kutarik nafas bahwa Reyhan hanya becanda saja."Tapi ....""Tapi apa? Pergi bersamaku, ya?" ya ampun, kenapa jadi canggung begini. Toloong! jantungku benar-benar tidak bisa dikondisikan.Segera kukabari teman yang bersamaku untuk mencari rumah, mengatakan yang sebenarnya bahwa Reyhan yang mengant
"Mari, Bu, lihat brosurnya dan sesuaikan dengan keinginan ibu." Mamanya Andra menerima brosur dari karyawan bagian penjualan."Ma, kita ambil yang paling bagus disini." Suaranya Laras sangat jelas sekali. Mereka belum melihatku karena spontan langsung kututup wajahku dengan brosur yang kupegang. Ada-ada saja yang menganggu."Nad, jadi yang mana, kayaknya ada mantan di sebelah kita." Reyhan berbisik, tahu saja kelemahanku. Reflek Reyhan mengambil brosur, dan mamanya Andra langsung memegang jantungnya. Emang, ya, resek sekali Reyhan ini? Bisa pingsan lagi mamanya Andra di sini.Mungkin sudah waktunya membuka diri."Tampil anggun, Nad. Ada aku calon suamimu di sini." Aduuh, please, Han. Bisa-bisa