“Mohon perhatian sebentar!” kata Fares ketika semua sedang asyik mengerjakan pekerjaan masing masing. Hari ini kita kedatangan teman baru. Silahkan perkenalkan diri kamu,”
“Halo semuanya... saya Ega Fransiska, panggil saja Ega, mohon kerja samanya yaa,” karyawan baru itu memperkenalkan diri dengan senyum sumringahnya.
“Silahkan kembali ke meja kamu. Anggap saja kita semua keluarga,” perintah Fares dengan ramah. Ega si karyawan baru duduk di sebelah meja kerja Yura.
“Malam ini kita akan makan malam bersama untuk menyambut teman baru kita,” lanjut Fares.
Fares memang seorang pimpinan yang dekat dan perhatian terhadap semua bawahannya. Ia memiliki wajah tampan, senyum manis, dan tubuh yang tinggi yang akan membekas di hati orang yang melihatnya. Ia bahkan sering duduk bercampur dengan karyawannya pada saat makan siang. Namun ketika menyangkut tentang pekerjaan atau sedang rapat, senyum melekatnya hilang dan ia akan berubah menjadi sangat serius.
“Yura, kamu ke ruangan saya,” perintah Fares kepada wanita yang duduk di meja sebelah Ega si karyawan baru. “Saya duluan ya,” tambah Fares.
Yura menambah kecepatan mengetiknya setelah mendapat perintah untuk datang ke ruangan Juna. Yura yang sedang mengetik dengan cepat tersadar bahwa sedari tadi orang baru yang merupakan tetangganya itu tengah menatapnya.
Setelah Yura selesai mengetik, ia langsung membalas tatapan Ega dengan senyuman. Ega kaget dengan Yura yang tiba-tiba melihatnya secara mendadak. Ega pun langsung membalas senyuman Yura dengan lebih lebar.
“Hehehe.... kita belum salaman tadi,” ucap Ega sambil menjulurkan tangannya ke arah Yura.
Yura langsung menyambut tangan Ega dan mereka bersalaman sambil tersenyum. “saya ke ruangan pak Fares dulu ya,” sambung Yura yang dijawab Ega dengan anggukan kepala.
---
Ketukan pintu terdengar dari dalam ruangan Fares. Kemudian Yura membuka pintu dan langsung berjalan ke arah meja Juna.
“Ada yang harus saya kerjakan pak?” tanya Yura.
“ssssttt... sekarang ini kita mode teman, hehehe,” seru Fares
Yura langsung tahu maksud Fares dan menyunggingkan senyumnya.
“Kenapa lu manggil gue?” ucap Yura sambil mengarahkan pandangannya pada tangan Fares yang terlihat seperti sedang menyembunyikan sesuatu di belakang badannya.
“Happy birthday Yura,” Fares mengucapkan sambil mengeluarkan kue kecil dengan lilin berbentuk angka 27 dari belakang badannya.
Yura tampak tersenyum senang. Ia tidak menyangka akan mengawali hari dengan kejutan dari Fares. Ia mendekati kue itu dan meniup lilin serta memotong kue.
“Terima kasih Fares. Gue aja lupa hari ini ulang tahun,” ucap Yura dengan sedikit tertawa. Kemudian Yura langsung duduk di kursi tamu ruangan pribadi Fares itu.
“Hei.. pelan pelan!” ucap Fares yang melihat Yura langsung menyantap kue itu.
“Kuenya harus habis. Aku tidak mau membawa kue ini keluar dan jadi bahan pertanyaan mereka. Harusnya kamu beli kue yang besar, jadi bisa dibagi-bagi keluar hehehe maaf becanda. Sini kamu yang beli jadi kamu juga harus bantu makan,” ucap Yura sambil menyendokkan kue ke arah mulut Fares.
“Hahaha, iya iya. Lagian nanti malam kita akan ada makan bersama,”
Fares mengambil bungkusan yang berisi kado dari meja kerjanya kemudian meletakkannya di atas meja tepat di hadapan Yura. Setelah itu Fares duduk dan bergabung memakan kue bersama Yura.
“Kamu juga menyiapkan kado? Hahaha sweet banget uunnnchhh,” ucap Yura sambil tertawa.
Fares hanya tersenyum dan memasang wajah kesal sambil mengayunkan sendok plastik yang masih bersih ke arah dahi Yura.
“Iiiih apaan sih, make up gue nanti luntur,” gerutu Yura.
Yura adalah wanita biasa yang terkadang ceria terkadang datar. Tubuhnya tinggi, rambut panjang berkilau, dan kulit putih. Setelah Yura lulus dari universitas lima tahun lalu, ia tak kunjung mendapat pekerjaan. Fares yang mendengar akan hal itu langsung menghubungi Yura untuk menawarkan pekerjaan kepada Yura. Sangat mudah bagi Fares merekrut siapapun mengingat dia adalah Pimpinan di perusahaan penerbitan milik ayahnya.
Yura dan Fares sudah menjadi teman akrab sejak dipertemukan di fakultas yang sama ketika kuliah. Karena mereka terkenal dekat di kampus, Yura pernah mendapatkan pertanyaan dari temannya apakah dia pernah sekali saja menyukai Fares. Yura terus menjawab bahwa mereka adalah sahabat baik bahkan Yura sering kali menjawab pertanyaan itu di depan Fares. Mungkin saja karena jawaban itulah yang membuat mereka hanya terus menjadi sahabat baik. Padahal bisa jadi ada sebuah perasaan yang dirasakan dari salah satu mereka.
Waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam ketika Yura baru sampai di apartemennya. Fares mengantar Yura sampai lobi apartemennya. Ia menjadi sahabat terbaik Yura sejak dipertemukan lagi di dalam pekerjaan. Namun sikap Yura telah berubah sedikit pendiam pada Fares, tidak segila saat mereka masih kuliah bersama. Mengingat bahwa dahulu mereka teman kuliah. Namun sekarang adalah bos dan karyawan.
Yura tinggal di apartemen biasa dan murah di Jakarta karena orangtuanya pindah keluar kota saat dirinya masih kuliah, apartemen yang berdekatan dengan kantor tempatnya bekerja itu berisi dua ruang kamar, ruang tamu yang berdekatan dengan dapur dan satu kamar mandi itu di sewanya karena pemiliknya adalah pamannya sendiri.
Yura Nadya bekerja di sebuah perusahaan penerbitan yang cukup terkenal. Biasanya jam 7 malam Yura sudah sampai di apartemennya, tetapi karena hari ini ada teman baru yang baru masuk bekerja di kantornya, direktur mengadakan makan malam bersama untuk menyambut karyawan baru.
Yura memiliki segudang mimpi, ia memimpikan menjadi orang sukses yang hidup mewah dan dermawan. Namun mimpi itu sudah jauh ia lupakan, sekarang ia hanya fokus menjalani kehidupan sebagai karyawan biasa dengan gaji pas pasan. Ia hanya perlu memikirkan pasangan hidup untuk melanjutkan hidupnya.
Ketika Yura baru saja masuk ke kamarnya dan duduk di pinggiran tempat tidurnya, ponselnya berbunyi. Yura mengambil ponsel dari dalam tasnya dan membaca layar ponselnya. Whatsaap dari mama. Wajahnya berubah murung, menandakan ia tidak menyukai isi pesan dari mamanya.
[Yura… Selamat ulang tahun sayang…]
[Iya Ma makasih mama..]
[Hari minggu ada acara lamaran Rara. Mama sama Papa jemput kamu ya]
Yura berpikir sedikit setelah membaca pesan itu sambil menatap layar ponselnya termenung. Kemudian kembali mengetik.
[Maaf Ma, Yura ada acara di kantor. Mama sama Papa duluan aja. Kalau sempat Yura nyusul]
Rara adalah sepupu Yura. Yura hanya mencari alasan agar tidak menghadiri acara itu. Ia bosan dengan semua kesombongan saudara saudaranya. Sering kali ia yang hanya karyawan biasa direndahkan oleh mereka. Memang, dahulu Yura sering menyombongkan diri bahwa dirinya akan menjadi orang sukses. Namun kenyataannya hanya bisa menjadi karyawan biasa. Ia malu jika menunjukkan dirinya di hadapan saudara-saudaranya yang kebanyakan orang hebat dan terpandang.
Setelah selesai ganti baju dan membersihkan wajah, Yura langsung menuju tempat tidur dan merebahkan tubuhnya untuk kemudian terlelap.
Waktu menunjukkan pukul 10 pagi saat Yura tiba di sebuah panti asuhan. Ia memarkirkan mobil kantornya. Yura turun dengan membawa bingkisan besar. Bingkisan itu adalah hadiah pemenang karya tulis ilmiah. Lomba karya tulis ilmiah diadakan oleh perusahaan penerbitan Fares sebulan lalu. Yura tiba di dalam panti dan disambut hangat oleh ibu panti dan yang lainnya.Pemenang adalah sosok anak down syndrome yang jenius. Bisa saja bingkisan itu dikirim dengan paket ekspedisi. Namun karena pemenangnya adalah anak istimewa dan tinggal di panti asuhan, Fares mengusulkan untuk hadiah juga diantarkan dengan istimewa.“Saya Yura bu,” ucap Yura memperkenalkan diri sambil mengulurkan jabat tangan yang langsung disambut oleh ibu panti asuhan. Ibu panti sudah mengenali Yura karena sudah berkomunikasi melalui telepon dan pesan.“Ya ampun Mba Yura… Tiaranya pergi dan belum kembali. Perginya tidak pamit. Saya bi
Langit pagi itu terlihat cerah. Ega si karyawan baru terlihat memasuki ruangan kantornya membawa beberapa minuman. “Pagi semua,” ucapnya dengan senyum sumringah. Beberapa menjawab beberapa lagi hanya tersenyum melihat tingkah semangat Ega. Ia kemudian membagikan minuman yang dibawanya satu persatu sambil menyebut berbagai minuman favorif rekan rekan kantornya. “Gimana caranya mendapatkan penulis yang tulisannya keren dan bakal laku di pasaran!” Yura kaget tiba tiba Gea sudah berdiri di sampingnya dan menanyakan hal itu tepat di samping telinganya. “Ngagetin aja! cari di platform a
Keesokan harinya saat istirahat makan siang, Yura mengajak Fares istirahat bersama. Ia menceritakan apa yang sedang ia alami dan perasaannya saat ini. Yura bercerita bukan hanya karena ingin bercerita. Tapi karena ia ingin meminta bantuan Fares. Fares mendengarkan Yura dengan seksama. Matanya berbinar melihat wajah Yura yang serius bercerita. Terlihat perasaan senang dan antusias melihat Yura berbicara panjang namun sedih mendengar kisah Tisha.Yura meminta bantuan Fares untuk menyewa atau meminjam pengacara atau jika Fares memiliki teman sebagai pengacara yang cukup hebat. Yura mengatakan bahwa ia butuh pengacara dengan sangat hati hati, karena ia tahu pengacara yang hebat tidak murah dan entah Fares mau membantu atau tidak.“Tenang Yura, gue punya teman pengacara cukup terkenal. Tapi gue ikut ya ke tempat Tisha,” ucap Fares menenangkan.Yura menatap Fares terharu. Tak pernah sedikitpun Fares memangdangnya r
Yura bersama kedua orangtua dan adiknya pergi berlibur keluar kota. Mobil berhenti di pinggir jalan. ayah dan ibu Yura keluar untuk membeli makanan ringan. Yura duduk sendiri di kursi bagian tengah sementara adiknya di belakang sedang bermain game. Sebuah balon berbentuk beruang, terbang dan berhenti tepat di luar mobil sebelah Yura. Ia menyukai bentuk lucu balon itu. Ia pun keluar dari mobil ingin mengambil balon tersebut tanpa disadari oleh adiknya. Namun balon tersebut terbang lagi. Yura yang masih berusia 9 tahun terus mengejar balon itu. Ayah dan ibunya kembali ke mobil. Tanpa memeriksa kursi belakang, ayahnya langsung menyalakan mesin mobil dan melaju. Saat hendak memberikan makanan untuk anaknya, ibu Yura sontak teriak saat melihat Yura tidak ada di kursi tengah dan hanya ada anak laki lakinya duduk bermain game di kursi paling belakang. Juno, anak laki-lakinya sontak terkejut melihat kakaknya tidak berada di tempatnya lagi. Ayah memutar balikkan mobilnya panik dan me