72. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Kabar Duka! Musibah Menimpa Suamiku, Mas Indra. Penulis : Lusia Sudarti Part 72Aku melangkah perlahan sambil mengedarkan tatapan keseluruh ruangan dalam warungku yang tampak sangat bersih, rapi dan segar.🥀🥀🥀🥀🥀Dari pagi suasana warung milikku telah ramai pembeli, aku membantu pekerjaan ala kadarnya supaya aku sedikit melupakan beban yang saat ini sedang menghimpit. "Selamat siang Mbak! Saya mau minta bon makan." Terdengar suara seseorang yangvrasanya tak asing bagiku, aku segera mendongak kearah suara di depanku. Sontak ... Aku tertegun kala menyadari siapa yang baru saja berbicara denganku. "Se-lamat siang! Oh iya ... Pak Dewa!" jawabku sedikit terbata. "Bapak makan pakai apa?" imbuhku kembali saat berhasil menguasai rasa terkejutku. "Oh iya, pakai rendang, capcay dan sambal cumi Mbak," jawab beliau.Aku mencatat semua menu yang dipesan Pak Dewa tanpa melihat kearahnya. "Oh iya, semuanya tiga puluh ribu Pak! Ada lagi?" tany
73. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Di Alam Bawah Sadar, Aku BermimpiBertemu Mas Indra. Penulis : Lusia Sudarti Part 73Aku dan semua tegang menanti kabar yang akan diterima Papa Mertua dan menanti dengan harap-harap cemas.🥀🥀🥀🥀🥀🥀Papa mengendara mobilnya yang kami tumpangi menuju Bandara Halim dengan kecepatan maksimal. Tak ada yang membuka suara diantara kami, baik aku maupun Mama sama-sama terdiam dengan fikiran kalut yang sedang melanda. Aku memeluk kedua Anakku duduk di jok belakang, baik Fandi maupun Kurnia tak mau duduk bersama Oma mereka di kursi depan. Air mataku tak berhenti mengalir, karena risalah hati yang saat ini sedang aku rasakan. "Pa, jangan terlalu kencang! Kasihan Hanum dan kedua Anaknya dan juga janin dalam kandungan-nya!" tegur Mama dengan suara lembut sambil menoleh kearahku. Papa menoleh sesat kearah Mama, lalu melihat kebelakang. "Iya Ma," jawab beliau sembari sedikit mengurangi kecepatan laju mobil yang dikendarai. Kami menempuh perjalan
74. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Mas Indra Di Ruang ICU. Penulis : Lusia Sudarti Part 74"Sabar Sayang! Suamimu sudah di tangani oleh Dokter! Papa sedang berada diruangan Dokter saat ini," ucap Mama sembari menggenggam jemariku. 🥀🥀🥀🥀🥀Suara alat yang terpasang di tubuh Mas Indra untuk memantau kondisinya selama beliau koma. ICP(Intracranial Pressure) monitor memantau tekanan di dalam kepala dan EEG(Elektroensefalografi) memantau aktivitas otak. Dan juga alat bantu pernafasan yang terpasang di mulutnya. Wajahnya memucat dengan luka di dada kirinya yang terbalut perban membuatnya tak sadarkan diri. Hatiku terasa nyeri melihatnya. 'Mas ... ini Hanum! Mengapa terjadi padamu Mas, jangan tinggalin Hanum Mas. Lihatlah Anak kita tumbuh semakin besar di rahimku Mas!" desisku pilu, aku menggenggam erat tangan-nya yang terasa dingin. Air mata menetes tak tertahankan dari kelopak mataku. Entahlah cobaan apalagi yang aku hadapi saat ini dengan kondisiku yang sedang mengandung
75. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Ratna Seorang Perawat Sekaligus Pelakor. Penulis : Lusia Sudarti Part 75Aku bergegas meninggalkan Mushola yang telah sepi tersebut. 🥀🥀🥀🥀🥀🥀 Hatiku terasa teriris mendengar ucapan Ratna si perawat yang merawat Mas Indra. Aku tak menyangka jika Mas Indra menolak wanita secantik Ratna hanya untukku, sungguh pengorbanan cintanya untukku begitu besar, aku merasa seperti orang bodoh yang tak menyadari ada hati seperti malaikat yang rela menungguku dan mengabaikan cinta yang mendalam dari seseorang. Aku kembali keruangan ICU dimana Mas Indra bertarung dengan penyakitnya. Ceklek! Aku membuka daun pintu ruangan ICU dan betapa terkejutnya aku kala mendapati Ratna telah berada disana seorang diri sedang membelai wajah Mas Indra yang belum bangun dari komanya. "Apa yang kamu lakukan terhadap Suamiku!" hardikku. Nafasku terasa tercekat di tenggorokan saat melihat Ratna tersenyum sinis kepadaku. "Aku pastikan setelah Indra bangun, dia akan
76. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Akhirnya Suamiku Terbangun Dari Koma. Penulis : Lusia Sudarti Part 76Kembali aku melanjutkan makan yang sempat tertunda. Mama tersenyum melihatku menghabiskan makanan yang Mama belikan.🥀🥀🥀🥀 Mas Indra adalah salah satu prajurit yang tergabung dalam salah satu anggota kopassus yang bertugas di Papua. Tugas yang berat, karena nyawa sebagai taruhan-nya. Tak heran jika di Rumah Sakit ini ia di jaga dengan ketat. Hanya orang-orang tertentu yang bisa menjenguknya.Dokternya pun Dokter khusus yang juga merupakan anggota TNI.Satu minggu berlalu ..."Maaf Ibu ... karena alasan keamanan Ibu dan kedua orang tua Pak Indra tidak kami ijinkan untuk keluar dari lingkungan Rumah Sakit ini!" ujar salah satu Tentara yang juga seorang Dokter. Disaat telah selesai memberikan berbagai obat untuk Suamiku. Aku, Mama dan Papa saling tatap setelah mendengar penjelasan Dokter bernama Utomo Siswoyo tersebut. "Kenapa bisa begitu Dok? Kemarin biasa-biasa saj
77. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Akhirnya Mas Indra Kembali Pulang. Penulis : Lusia Sudarti Part 77Aku terharu dengan apa yang aku alami.Syukur aku panjatkan kepada Allah SWT, karena telah mengirimkan suami dan mertua yang begitu menyayangiku. 🥀🥀🥀🥀🥀🥀 Tiga hari kemudian ... Keadaan mulai kondusif namun pengawalan tetap ketat demi menghindari sesuatu yang tak di inginkan. Dan hari ini Mas Indra diperbolehkan untuk pulang. Kami bersiap untuk pulang kerumah namun memakai penutup berupa masker dan yang lain-nya untuk menghindari segala kemungkinan. "Mas, Hanum bahagia akhirnya kita bisa pulang kerumah lagi. Aku takut sekali jika Mas akan meninggalkan kami." "Alhamdulillah itu semua pertolongan Allah SWT. Mulai saat ini Mas akan merubah identitas agar tak terendus oleh musuh yang mungkin sedang mengintai," tukas Mas Indra sambil membantuku menyusun pakaian ke dalam koper. Aku menatapnya penuh rasa khawatir!"Apakah kita semua akan aman Mas?" tanyaku bimbang. "Te
78. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Pujian Mas Indra Membuat Hatiku Meleleh. Penulis : Lusia Sudarti Part 78Aku dan Mbak Murti kembali meneruskan memasak hingga selesai. 🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀Tujuh hari berlalu dan kondisi luka suamiku telah membaik, meskipun belum sepenuhnya mengering di bagian dalamnya. Hari ini Mas Indra akan melakukan serangkaian pemeriksaan, tim Dokter akan bertolak kerumah demi keamanan. Dihalaman depan terdengar deru mesin kendaraan yang lebih dari satu dan berhenti tepat di depan rumahku. Aku bergegas keluar dari kamar dan membuka pintu depan. "Silahkan masuk Dokter! Sudah ditunggu dikamar." "Baik Bu, terima kasih." Aku melebarkan daun pintu untuk memberi jalan pada Dokter Iqbal dan beberapa lelaki tinggi tegap berpakaian serba hitam. Aku melihat keluar halaman dan mendapati beberapa orang yang juga berpakaian hitam berjaga diluar. Aku segera menutup pintu dan masuk kedalam kamar.Diluar kamar tepatnya disisi kanan dan kiri pintu dua orang berjaga,
79. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Malam Yang Di Nanti. Penulis : Lusia Sudarti Part 79Aku menutup mulut karena terkejut.Sedangkan Mas Indra kembali berdiri dan pura-pura membaca slip gaji untuk pegawaiku.🥀🥀🥀🥀🥀🥀Aku merasa wajahku memanas menatap Mas Indra dengan mata terbelalak. "Mas Indra jangan begini dong. Aku kan jadi malu!" ucapku dengan menyembunyikan senyum bahagia dihatiku. "Kenapa memangnya Sayang, heemm! Mas telah begitu lama menantikan malam ini!" katanya sembari tersenyum nakal. Aku merasakan bulu romaku meremang mendengar ucapan dan melihat ekspresi Mas Indra yang menggodaku. "Heemm mulai deh nakalnya ya?" sungutku sembari mencubit hidungnya yang mancung. Tanganku di raih Mas Indra ketika hendak menyentuh hidungnya. "Mas sangat merindukan kamu Sayang!" Mas Indra menatap lekat kearah kedua bola mataku, tatapan syahdu yang juga selama ini aku rindukan. Malam syahdu membuatku larut dalam suasana yang indah yang dinantikan oleh setiap pasangan. "Seh
85. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku.Mendapat Kabar Tentang Meninggalnya Kedua Mertuaku.Penulis : Lusia Sudarti Part 85"Iya Mbak! Kalau begitu saya ijin kembali bekerja," jawab Mbok Narti sembari tersenyum.🥀🥀🥀🥀🥀🥀"Baik! Saya akan segera menuju ke lokasi target, amankan lokasi!" Mas Indra sedang berbicara melalui headsetnya. "Sayang, Mas tinggal dulu ya? Pak saya ada tugas menangkap anggota pembelot. Titip keluarga saya ya Pak?" pamit Mas Indra kepada kami. Disaat kami sedang bersantai diruang tamu, setelah sarapan pagi. Bapak mengangguk. "Iya Nak, hati-hati selalu ya?" jawabnya. Mas Indra mengangguk, aku mencium punggung tangannya, kemudian keningku di kecupnya lembut. Mas Indra pun mencium punggung tangan Bapak dengan takzim. 'Ya Allah, selamatkan suamiku dimanapun berada! Amiiinn," gumamku pelan. "Pak, jika Bapak merasa bosan. Jalan-jalan Pak, di kebun belakang banyak terdapat pohon buah-buahan lho Pak!" kataku kepada Bapak yang nampak sedikit gelisah. "Iya Ne
84. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Aku Tak Ingin Menyakiti Mu Lagi Mas. Penulis : Lusia Sudarti Aku mendengarkan cerita Mas Indra dengan seksama, sementara fikiranku melanglang buana dan membayangkan perbuatan tak terpuji yang Ratna lakukan. Part 84🥀🥀🥀🥀🥀"Sebetulnya, saat Mas Indra koma, Ratna pernah mengancam Hanum. Saat itu, berada di mushola rumah sakit." Mas Indra masih memelukku, aku berada di pangkuannya. "Oh iya ... benarkah?" tanya Mas Indra. "Iya, namun saat itu tak aku hiraukan semua kata-kata pedas yang terlontar darinya. Karena bagiku saat itu yang paling penting adalah Mas Indra," jawabku pelan. "Yah, Mas tahu bagaimana Adek." "Rupanya, Ratna selama ini merasa sakit hati terhadap Mas dan akhirnya dia membelot. Kemudian bekerja sama dengan pemberontak." "Hanum tahu tentang itu. Makanya Mas di pindahkan ke ruang rahasia." "Sekarang ini, tim pasukan inteligen sedang menyebar mata-mata untuk menangkap anggota yang melarikan diri! Jika Mas menghilang, i
83. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Mas Indra Menghilang Lagi, Demi Sebuah Tugas. Penulis : Lusia Sudarti Part 83Kami berdua akhirnya tertidur dengan lelap di bawah selimut di atas pembaringan.🥀🥀🥀🥀🥀Allahu akbar! Allahu Akbar ...! Aku terjaga saat mendengar adzan subuh berkumandang dari kejauhan. Terdengar sayup-sayup terbawa angin.Tanganku menggapai sisi kiri pembaringan, namun aku tak menemukan siapapun disana. Hanya bantal guling berada di tengahnya. Segera aku beringsut bangun dan mencari-cari keberadaan Mas Indra di sekitar kamar. Tetapi tak ada siapa-siapa. "Mas ..." Aku memanggilnya sembari menurunkan kedua kaki ke atas lantai dan menyibak selimut yang membalut tubuhku. "Astaga ... ternyata aku belum memakai pakaianku," gumamku pelan. Gegas aku meraih handuk yang tergantung di tempatnya.Segera aku menuju ke kamar mandi untuk memversihkan tubuhku, lalu mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat subuh. Dalam sujudku, aku berdoa agar diberikan kesehatan da
82. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Terpaksa Mengungsi Karena darurat. Penulis : Lusia Sudarti Part 82"Selamat datang Mbak, Bapak dan Adik-adik. Saya Mbok Narti yang menjaga villa Mas Indra."🥀🥀🥀🥀🥀Mbok Narti menyambut kami dengan hangat dan menjamu kami dengan makanan lezat. Selepas makan malam, kami berbincang sebentar di ruang keluarga. Sementara Mbok Narti menyiapkan minuman hangat dan beberapa macam cemilan untuk menemani berbincang. "Jadi, bagaimana keadaan rumah, Nak Indra?" tanya Bapak sedikit khawatir. "Bapak dan Teteh tenang saja, saya sudah memperketat keamanan untuk menjaga rumah dengan pasukan khusus," jawab Mas Indra. Kami tertegun mendengar ucapan Mas Indra. "Bagaimana dengan warung Hanum dan Bapak Mas? Kok jadi rumit begini ya?" ucapku. "Sabar Sayang! Percayalah, ini semua tak akan berlangsung lama!" kata Mas Indra menenangkan hatiku. Kami bercerita hingga larut malam. Becanda bersama kedua Anakku, juga Mbok Narti. Fandi dan Kurnia becanda bersam
81. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Penulis : Lusia Sudarti Part 81Aku, Bapak dan Teh Wulan tersenyum bahagia. 🥀🥀🥀🥀🥀 Kami melakukan perjalanan ke makam Bang Hardi. Bapak dan Teh Wulan pun demikian. "Ayah, habis ziarah kita jalan-jalan kemana?" tanya Fandi saat sedang dalam perjalanan. "Abang, jangan ganggu Ayah yang sedang mengemudi ya?" ujar Hanum sambil mengusap kepala Fandi dengan lembut. "Enggak apa-apa kok. Kita jalan-jalan kemana ya ..." Mas Indra pura-pura sedang berfikir. " ke pantai ... setuju?" sambungnya setelah terdiam beberapa saat. "Setuju ..." Kurnia dan Fandi menjawab serentak.Bapak, Teh Wulan dan aku hanya geleng-geleng kepala seraya tersenyum. "Tetapi pantai lumayan jauh Nak Indra! Sebaiknya di tunda dulu ke pantainya. Bapak khawatir sama kesehatan Nak Ibdra yang baru saja pulih!" sahut Bapak. "Iya Mas, kita cari tempat yang jaraknya tidak terlalu jauh!" imbuhku. Mas Indra tersenyum. "Enggak apa-apa kok Pak! Indra ingin membahagiakan kalia
80. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Secarik Kertas Pesan Dari Mas Indra Penulis: Lusia Sudarti Part 80"Bagus juga tuh saran Bapak Sayang. Agar Adek enggak capek, apalagi jika perut Adek membesar, tentu sangat kerepotan bukan?" imbuh Mas Indra. Aku mempertimbangkan saran mereka berdua. 🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀"Abang kalau sudah besar cita-citanya mau jadi apa?" tanya Mama mertuaku. "Abang cita-citanya mau jadi tentara seperti Ayah, Opa!" jawab Fandi. "Oh ya ... apa Abang enggak takut kena tembak?" "Enggak takut Opa! Abang ingin melindungi negara seperti Ayah!" Fandi menjawab dengan semangat. Teh Wulan tersenyum. "Bagus Bang, menjadi tentara memang mulia." Mama mertuaku menambahkan. "Tapi jangan lupa ya Sayang, pendidikan itu lebih penting. Ayah ingin kamu menjadi tentara yang pintar." Aku tersenyum bahagia mempunyai keluarga yang harmonis dan penuh kehangatan. "Tentara yang pintar dan tampan seperti Ayah!" Mas Indra menambahkan, dan membuat kami semua tertawa mendengarnya.
79. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Malam Yang Di Nanti. Penulis : Lusia Sudarti Part 79Aku menutup mulut karena terkejut.Sedangkan Mas Indra kembali berdiri dan pura-pura membaca slip gaji untuk pegawaiku.🥀🥀🥀🥀🥀🥀Aku merasa wajahku memanas menatap Mas Indra dengan mata terbelalak. "Mas Indra jangan begini dong. Aku kan jadi malu!" ucapku dengan menyembunyikan senyum bahagia dihatiku. "Kenapa memangnya Sayang, heemm! Mas telah begitu lama menantikan malam ini!" katanya sembari tersenyum nakal. Aku merasakan bulu romaku meremang mendengar ucapan dan melihat ekspresi Mas Indra yang menggodaku. "Heemm mulai deh nakalnya ya?" sungutku sembari mencubit hidungnya yang mancung. Tanganku di raih Mas Indra ketika hendak menyentuh hidungnya. "Mas sangat merindukan kamu Sayang!" Mas Indra menatap lekat kearah kedua bola mataku, tatapan syahdu yang juga selama ini aku rindukan. Malam syahdu membuatku larut dalam suasana yang indah yang dinantikan oleh setiap pasangan. "Seh
78. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Pujian Mas Indra Membuat Hatiku Meleleh. Penulis : Lusia Sudarti Part 78Aku dan Mbak Murti kembali meneruskan memasak hingga selesai. 🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀Tujuh hari berlalu dan kondisi luka suamiku telah membaik, meskipun belum sepenuhnya mengering di bagian dalamnya. Hari ini Mas Indra akan melakukan serangkaian pemeriksaan, tim Dokter akan bertolak kerumah demi keamanan. Dihalaman depan terdengar deru mesin kendaraan yang lebih dari satu dan berhenti tepat di depan rumahku. Aku bergegas keluar dari kamar dan membuka pintu depan. "Silahkan masuk Dokter! Sudah ditunggu dikamar." "Baik Bu, terima kasih." Aku melebarkan daun pintu untuk memberi jalan pada Dokter Iqbal dan beberapa lelaki tinggi tegap berpakaian serba hitam. Aku melihat keluar halaman dan mendapati beberapa orang yang juga berpakaian hitam berjaga diluar. Aku segera menutup pintu dan masuk kedalam kamar.Diluar kamar tepatnya disisi kanan dan kiri pintu dua orang berjaga,
77. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Akhirnya Mas Indra Kembali Pulang. Penulis : Lusia Sudarti Part 77Aku terharu dengan apa yang aku alami.Syukur aku panjatkan kepada Allah SWT, karena telah mengirimkan suami dan mertua yang begitu menyayangiku. 🥀🥀🥀🥀🥀🥀 Tiga hari kemudian ... Keadaan mulai kondusif namun pengawalan tetap ketat demi menghindari sesuatu yang tak di inginkan. Dan hari ini Mas Indra diperbolehkan untuk pulang. Kami bersiap untuk pulang kerumah namun memakai penutup berupa masker dan yang lain-nya untuk menghindari segala kemungkinan. "Mas, Hanum bahagia akhirnya kita bisa pulang kerumah lagi. Aku takut sekali jika Mas akan meninggalkan kami." "Alhamdulillah itu semua pertolongan Allah SWT. Mulai saat ini Mas akan merubah identitas agar tak terendus oleh musuh yang mungkin sedang mengintai," tukas Mas Indra sambil membantuku menyusun pakaian ke dalam koper. Aku menatapnya penuh rasa khawatir!"Apakah kita semua akan aman Mas?" tanyaku bimbang. "Te