Alika mengajukan cerai dan itu sangat diterima oleh Andrew, yang memang sejak awal sangat menginginkan hal ini terjadi. Hingga akhirnya mereka pun bercerai dalam keadaan hubungan yang sangat berkebalikan dari awal. Bahkan kedua kubu, Alika maupun Andrew jadi seakan berperang dalam hal ini. Kekecewaan Alika membuatnya sangat benci pada Andrew hingga memicu dirinya untuk bersikap dingin pada sang mantan suami. Ditambah lagi sifat Andrew yang selalu begitu yakin jika Alika masih terus mengejar cintanya dan tidak pernah move on, itu terlihat dari seringnya Alika berkunjung ke kantornya untuk bekerja sama.
Inilah yang menjadi titik balik kenapa Andrew sangat yakin jika Alika masih mencintainya dan mencoba untuk mengganggu antara hubungannya dengan istri barunya, Rachel.Andrew segera membuka chat dari Rachel. Isinya tak lain tentang laporan sang istri yang sedang mengabarkan jika dirinya sedang menghadiri acara arisan di rumah saudaranya. Rachel mengirim hasil foto dirinya daKetika Alika berniat kembali ke ruang kerjanya, tiba tiba seorang wanita muncul dihadapan mereka berdua. Kehadiran wanita itu benar benar membuat Alika maupun Albert langsung tersontak ketika melihatnya.Wanita itu.... Rachel.Pandangan benci terhantar jelas dari seluruh matanya, tertuju lurus pada Alika yang berdiri didepannya. Sekitar pukul 15.00 sore. Yustaf sedang mengerjakan tugasnya didepan komputer, ia sedang sibuk memeriksa beberapa faktur barang pengeluaran di bulan, ia memandangnya serius lalu cocokkan dengan invoice di hadapannya. Seperti ada yang mengganjal di pikirannya saat itu... Namun ketika sedang sibuk berpikir, tiba tiba saja ponsel Yustaf berbunyi. Ternyata ada telepon, namun ada yang membuatnya heran ketika ia melihat nama kontak di layar ponselnya. Albert? kenapa dirinya menelepon di jam kerja seperti ini?!Yustaf menerima teleponnya. "Iya Albert? ada apa?" tanya Yustaf. Sejenak ia membiarkan Albert mengatakan sesuatu dari seberang te
Dua jam kemudian. Yustaf pun sampai di garasi rumahnya, menaruh motornya lalu berjalan dengan cepat menuju pintu rumahnya dan terobos. Saat didalam rumah, ia tak melihat Alika dimanapun, ia mencari sekeliling hingga sampai ke dapur namun Alika tidak ada dimanapun. Ia pun bertanya pada pembantu rumahnya Bi Inem, ternyata katanya Alika sedang berada dikamarnya sejak tadi siang dan tidak keluar lagi setelah itu. Yustaf pun langsung berlari menuju tangga dan pijaki satu persatu anak tangga itu dengan cepat. Ia merasa sangat cemas, istrinya itu pasti merasa sangat sedih sejak dua jam yang lalu. Dirinya membutuhkan sebuah bahu untuk bersandar!Tibanya ia didepan pintu kamar Alika, Yustaf segera menggedor-gedornya "Al? Al? kamu didalam kan? buka pintunya Al!" pekik Yustaf. Tidak ada satupun suara jawaban yang ia dengar, tidak ada respon apapun dari Alika saat itu.Apakah mungkin... telah terjadi sesuatu pada Alika?!Seperti.... dirinya yang mencoba untuk...!Bu
"Oh, jadi sekarang kamu mulai bertingkah lupa ya hmm? setelah tadi kamu bertindak seakan tidak mau kalah dalam urusan itu? saya peluk yaa sekarang?" ucap Yustaf yang langsung menggeser tubuh tanpa helai kain ke tubuh Alika yang juga tak berhelai kain, yang hanya dilingkupi oleh selimut. "J-jangan!" tolak Alika mencoba menggeser ke sisi kanannya namun Yustaf keburu memeluknya yang saat itu dalam keadaan memunggunginya. Alika langsung berdebar jantungnya, ketika tubuh serta dadaa yang kokoh itu menyentuh bagian punggung Alika. Ia merasa sangat degdegan. Yustaf memeluknya sangat erat dari belakang, seakan Alika adalah boneka. Boneka yang sudah resmi menjadi miliknya seutuhnya.Yustaf majukan wajahnya ke belakang leher Alika dan sandarkan dagunya ke bawah telinga Alika. Wajah tampannya semakin maju dari belakang leher hingga ke leher depannya. Alika merasa geli, ia benar benar tidak kuat menahan ini. Tidakkah ia sudah cukup bersenang senang tadi? dasar pria nakal."Alika sa
"Sepertinya begitu." jawab Alika. Yustaf tersenyum senang."Terakhir kali saya sesenang ini ketika melihat bintang adalah bersama almarhum ibu saya. Tapi sekarang, itu digantikan oleh kehadiran kamu." ucap Yustaf seraya memandang bintang diatas. Alika memandang kagum, bukan pada langit diatas tapi pada sosok tampan disamping kanannya saat ini."Aku sangat senang bisa menjadi salah satu orang yang berarti bagimu." ucap Alika. Setelah mendengar hal itu, Yustaf mengalihkan pandangannya ke hadapan wajah cantik sang istri. Yustaf memajukan wajahnya perlahan ke wajah Alika, hingga akhirnya dahi mereka saling bersentuhan kembali. Alika bisa merasakan getaran tak terkendali di jantungnya, apalagi ketika berhadapan sangat dekat dengan wajah tampan Yustaf. Pria itu berkata. "Kamu...sangat berarti bagiku." ucap Yustaf tersenyum menyeringai. Esok paginya. Alika yang sedang terpejam tidur, perlahan terusik dengan sebuah kehangatan yang melingkupi tubuhnya. Bahkan seluruh tubuhn
Alika benar benar merasa terpuruk saat itu. Hari ke hari Alika kerja sampai larut malam untuk menyelesaikan masalah pekerjaannya yang menumpuk, itu karena banyak karyawan penting di perusahaannya sudah mulai dipecat. Alika mengerjakan semuanya sendirian selama seminggu itu, ditambah Yustaf masih belum pulang ke rumah dari luar kota, dikarenakan pekerjaan disana yang memperpanjang masa durasinya bekerja di luar kota menjadi 1 bulan. Alika berjuang mati matian seorang diri, demi mempertahankan perusahaannya. Tanpa diketahui siapapun, keluarga maupun sang suami. Alika hanya tidak merasa jika ia memberitahu pada Yustaf semua masalah akan kelar. Ia juga tidak ingin pekerjaan Yustaf jadi terganggu karenanya. Selama sebulan itu mereka memang saling berkontak dengan baik, namun sayangnya Alika merahasiakan apa yang menjadi penyebab kedua kantung mata di wajahnya semakin terlihat, Alika terlihat sangat kelelahan menanggung ini semua.Beberapa minggu kemudian, Alika terus mati matian
"Ya. Aku mencintainya dan dia mencintaiku. Lalu untuk apa kita menikah kontrak? selamanya saja. Kemudian.. kita juga sudah melakukan hubungan seperti.. itu kemarin." ucap Alika sedikit antusias mengatakannya meski terdengar ditahan. Albert melebarkan matanya sesaat lalu kemudian melempar senyum. "Lebih baik begitu sih. Itu pilihan yang baik juga menurut saya. Anda tidak perlu lagi mencari cari pangeran berkuda putih yang akan menyelamatkan anda dari tragedi cinta yang kelam." ucap Albert."Tapi Al.. dia itu terlalu misterius! bahkan.. aku mengira jika dirinya itu bukan orang yang tidak mampu, dia terlihat seperti anak sultan!" ucap Alika.Albert memandangnya datar, ia periksa suhu di dahi Alika. "Tidak panas, tapi apa sebenarnya penyebab anda berbicara melantur?" tanya Albert. Alika menolak tangannya. "Apa sih. Aku berbicara sebenarnya." dalih Alika."Aku punya buktinya. Aku pernah dibayari makan olehnya, aku melihat didompetnya ada black card lalu kemarin... kamu i
Namun berbeda dengan respon Albert, Alika justru khawatir dan takut. "I-ini si Angela yang itu kan? yang ada di biro jodoh waktu itu?" tanya Alika cemas."Sepertinya itu kakaknya, tidakkah anda lihat di email? di bawah salam akhirnya tercantum nama Lucas. Sepertinya itu nama kakaknya, rumor yang beredar dan sedang booming belakangan sih, Angela memiliki kakak laki laki bernama Lucas. Dia adalah orang yang menjabat sebagai pimpinan perusahaan Angela's group." jelas Albert. Alika bertambah panik. "Haduh!! mati aku! bagaimana jika dia berniat balas dendam denganku?!" tanya Alika mengacak rambutnya. Albert mengernyit. "Maksud balas dendam?" tanya Albert."Aku kan sudah meminta yang tidak tidak padanya waktu itu. Meminta mencarikanku suami yang bisa memenuhi lima kriteria. Mereka pasti akan membalas dendam karena aku sudah bertindak sok seperti itu, padahal peserta yang lain tidak meminta kriteria seperti itu, akhh pokoknya aku tidak mau menerima tawaran ini!!" tandas A
"Dia itu ya... aku kira dia seorang malaikat yang memiliki niat tulus untuk membantuku. Tapi nyatanya.. dia benar benar memiliki motif untuk menggodaku dan membuatku memiliki hutang budi padanya lalu kemudian berpaling padanya, mennggalkan Yustaf! Dipikir aku wanita seperti apa?!" ucap Alika kesal.Albert terdiam mendengar perkataannya. Ia ikut kecewa dengan hal ini. "Lalu bagaimana dengan kerja sama dan rencana akuisisi ini?" tanya Albert."Batal! aku tidak mau seluruh aset perusahaanku bahkan tubuhku ikut dibeli olehnya! dipikir dia orang paling kaya?! dipikir dia satu satunya orang didunia ini yang tersisa?!" tandas Alika.Albert menghela nafas, ia tampak lelah dengan semua permasalahan ini. Ia coba mentidakperdulikan hal ini dan beralih menyalakan mobilnya kemudian berkata. "Terserah anda saja." ucapnya.Malam harinya Alika yang sedang tertidur diatas kasurnya tiba tiba merasa jika tubuhnya seakan dipeluk oleh seseorang. Alika pun segera membuka kedua matanya dan
Sebelum acara pertunangan Angela dan Yudistira dilaksanakan. Alika, Lucas, Angela, Yudistira, Albert maupun Risha kini saling jalan-jalan ke Bali. Jika ditanya kenapa Albert dan Risha juga ikutan diajak, ini tidak lain karena Alika yang dibelakang merencanakan sesuatu, tak bukan adalah berniat mencomblangi mereka.Angin laut langsung menerpa dan menyambut mereka kala empat orang itu keluar dari dalam mobil termasuk Shanice. Shanice yang tadi sempat tertidur kini terbangun kembali dalam keadaan fresh.Para lelaki sudah duluan membuka bajunya, tidak ingin kalah dengan para bule yang ikut bertelanjang dada. Berbeda dengan Alika, Risha dan Angela yang sedang duduk di pantai. Menemani Shanice bermain pasir. Risha terus memperhatikan Albert dari kejauhan yang sedang mencoba berenang dengan lainnya. Risha membatin. "Pak Albert pake segala ninggalin gue lagi. Pamer-pamerin perut kotak segala, bikin gue kebayang sama roti sobek." batinnya. Albert tersadar jika dirinya diperhatikan oleh Risha.
Esok paginyaKarina mendekati Risha yang sedang sibuk membuat surat jalan untuk beberapa orang. "Ris, tahu gak? Katanya ada tukang nasi goreng yang enak banget didepan." ucap Karina antusias. Risha menguap. "Masa tukang nasi goreng pagi-pagi begini sih Kar? Tukang nasi goreng tuh malem-malem adanya." ucap Risha. "Beneran loh, teman-teman yang lain pada nyaranin kesana. Katanya enak banget. Udah cepet lo kesana, gue tahu lo pasti belom sarapan kan sekarang? Keburu masuk jam kerja." ucap Karina."Iya sih gue belum sempet makan, gue bahkan niatnya pengen puasa sekarang. Terus pas dzhuhur langsung buka." ucap Risha."Dikira lo anak TK Ris! Udah buruan kesana." suruh Karina."Tapi kok lu tumben nyuruh gue makan pagi? Apa jangan-jangan ada gajah di balik batu?" tanya Risha curiga."Udah kayak lagu wali ya? Udah buruan, nanti keburu kehabisan. Gigit jari lo." ucap Karina. "Lo enggak ada niat mau masukin racun tikus kan ke nasi goreng gue?" tanya Risha."Emangnya lu Mirna! Digaji berapa g
Tiba-tiba Lucas merasa dirinya diperhatikan oleh Angela. Angela yang merasa terpergok berniat pergi akan tetapi Lucas keburu memanggilnya dan menyuruhnya untuk masuk ke dalam ruang meeting itu. "Sini!" pekik Lucas.Angela merasa heran, ia pun segera masuk ke ruang meeting dan mendekati mereka."Kenapa Kak?" tanya Angela."Ini, kamu pasti enggak kenal kan sama dia?" tanya Lucas menunjuk ke arah Bella. Angela menatap Bella heran. "Siapa?" tanyanya."Ini Bella! Teman SMA kakak waktu di Amerika dulu." ucap Lucas. Angela tersentak dan kaget bukan kepalang. "Kak Bella?! Yang waktu dulu pakai kacamata tebal itu?!" tanya Angela tidak percaya. "Iya! Dia yang dulu suka mengajari kamu matematika!" ucap Lucas, Angela antusias dan langsung memeluk Bella. "Wah, Kak Bella. Aku senang banget bisa ketemu Kakak disini. Kakak ngapain disini? Pangling loh, makin cantik sekarang." ucap Angela. "Bisa aja kamu haha. Aku direktur Belle's corporation. Kamu tidak tahu tentangku juga kah?" tanya Bella.
"Tapi saya memang sejak awal tidak akan termakan oleh bujuk rayu mereka. Hanya andalah yang terlalu memberi ruang dan kesempatan untuk mereka menghancurkan anda, salah satu contohnya adalah saat kejadian anda keguguran beberapa waktu lalu." ucap Albert. Alika tidak menyangka Albert bisa seberani itu mengatakan hal tersebut. Ia yang semakin geregetan pun kembali menginjak kakinya. Sayangnya Albert kembali menghindar. Sepertinya ia sudah hapal sekarang, tentang kebiasaan Alika itu.Tiba-tiba Risha mengetuk pintu ruang kerja Alika. Tanpa sadar itu membuat Albert terkejut dengan kehadiran wanita itu disana. "P-permisi." ucap Risha yang kemudian masuk ke ruangan Alika dan berjalan mendekati mereka seraya membawa dokumen untuk ditanda tangan.Ia letakkan dokumen itu di atas mejanya. "Ini Bu." ucap Risha.Semenjak ia tahu kalau Alika sudah masuk hari ini, berkas yang biasa ditandatangani oleh Albert kini berubah lagi ke Alika. Alika pun menandatangani berkas itu dengan segera. Selesai me
"Iya. Eh tapi kan Bapak kamu ada dirumah sakit ya? Apa mau saya antar baju-bajunya ke rumahmu selagi kamu dirumah sakit?" tanya Lucas."Enggak Pak, enggak perlu. Nanti saya akan pulang ke rumah dulu kok, baru ke rumah sakit lagi." ucap Kinanti.Esok paginya didepan rumah Kinanti Lucas mengeluarkan koper milik Kinanti dan berikan padanya. "Makasih banyak ya Pak. Saya sangat merasa beruntung bisa bekerja meskipun sebentar di rumah Bapak." ucap Kinanti. "Iya sama-sama." ucap Lucas. Tiba-tiba Liza dan Fika keluar dari rumah besar itu. "Eh nongol lagi kesini. Bukannya kemarin niatnya kabur ya?" tanya Fika menyudutkan."Padahal gue udah bisa leha-leha tanpa ada dia." ucap Liza."Kamar yang tadinya milik gue jadi balik lagi dong? Gak seru ah." ucap Fika.Lucas menatap tajam ke arah mereka dan langsung mengeluarkan ponselnya, telepon seseorang."Halo Pak? Dengan bapaknya Kinanti ya? Saya ingin memberitahu kalau anak Bapak Kinanti sedang dibully lagi Pak. Wah yang bener Pak? Harta warisan B
Andrew ikut berkata. "Yah namanya juga orang dengki. Pasti ada saja yang tidak sesuai keinginannya." ucap Andrew. Lucas kesal, ia balik berkata. "Siapa yang dengki? Bukannya kalian yang suka dengki terlalu berlebihan atas apa yang kami miliki?!" tandas Lucas.Liza dan Fika yang mendengar perdebatan mereka saat itu pun berkata. "Duh berisik banget sih mereka." ucap Liza. Mereka pun pergi dari sana. Rachel kembali berkata. "Kami tidak akan dengki kalau kalian tidak suka pamer!" tandas Rachel. Andrew langsung menyabarkan Rachel. "Sudahlah Hel, mereka berkata seperti itu pasti memang ada motifnya. Untuk membuat kita terpancing dan pada akhirnya terjadi hal buruk pada bayi kita." ucap Andrew. Lucas tertawa mentah."Pintar sekali anda membalasnya, padahal istri andalah yang duluan memulai semua perdebatan ini." ucap Lucas."Heh, sangat tidak mau kalah. Pantas saja anda memiliki istri berwatak buruk seperti Alika." ucap Andrew."Saya merasa sangat beruntung telah menemukan istri seper
"O-oh gitu. Iya, Pak." ucap Kinanti.Alika menyuap sayur pada Shanice akan tetapi Shanice langsung memuntahkan sayur itu ke lantai. "Ya ampun kenapa dimuntahin sih Nak? Kamu enggak liat Bi Inem udah masuk ke kamar mau tidur?" tanya Alika."Enggak enak." ucap Shanice."Sayur itu enak Nak, bikin kamu sehat. Katanya mau tambah tinggi? Ya makan sayur." ucap Alika yang langsung memunguti sayurnya dengan tisu. Alika merasa jika dirinya terus dilihati oleh Kinanti. "S-saya ambil alat pel sebentar." ucap Kinanti mengalihkan dengan cepat. Ia kabur detik itu juga meski Alika tampak menolak. "Tunggu, Kinan! Biar saya aja. Udah kabur lagi." ucap Alika."Mau makan sayur disuapin sama Papa ya Nis?" tanya Lucas.Shanice menggeleng. "Udah deh kalau enggak mau makan sayur, makan lauknya aja ya Nis?" tanya Lucas.Shanice mengangguk senang. Alika menghela nafas lalu berkata. "Itu memang maunya dia." ucap Alika. Lucas tertawa kecil.Kinanti segera mendekati mereka dengan membawa alat pel lalu ia gos
Apa sebenarnya yang mereka bicarakan saat ini? Entah kenapa Alika jadi begitu penasaran dengan hal itu. Risha terus melihat ke depan kaca mobil yang ada dihadapannya, hujan yang lebat membuat kacanya buram meski diluruhkan berkali-kali dengan wiper. "Rumah kamu dimana?" tanya Albert."Eh? Di villa mutiara harapan satu, dekat bekasi kota." ucap Risha. Albert langsung mengetik di ponselnya meski sulit karena keadaan sedang menyetir. Hingga akhirnya Risha pun mengambil alih ponselnya dan bantu ketik. "Bahaya kalo megang hape sambil nyetir." ucapnya seraya terus mengetik. Albert tersenyum tipis. Setidaknya kesadarannya itu cukup menyelamatkannya.Setelah beberapa saat Risha pun selesai mengutak-atik ponselnya hingga pada akhirnya ponsel dengan mode map menyala itu ditempelkan ke tempatnya disebelah kanan setir. "Bapak yakin mau nganter saya sampai rumah?" tanya Risha."Memangnya hal apa yang membuat saya tidak yakin?" tanya Albert."Eh, enggak sih. Ngerasa tumben aja.""Saya hanya ya
"Iya, entah ya. Apakah ini cuma alasan mereka untuk membela diri tidak mau ikut terlibat atau bagaimana. Aku masih belum percaya sepenuhnya dengan mereka. Selepas aku dikhianati oleh Rachel beberapa waktu lalu hingga akhirnya bayiku meninggal di tangannya." ucap Alika."Iya sih ya. Mencurigakan juga kalau tiba-tiba mereka ada di pihak kita. Mungkin memang benar kalau Rachel hanya sekedar membela diri aja, karena enggak mau dikatakan salah bahkan sampai masuk penjara bersama Michael." ucap Ratna. Alika mengiyakannya. Sore ini hujan turun lebat. Sudah waktunya pulang kerja. Banyak orang yang mau pulang jadi mengurungkan niatnya dikarenakan terjebak hujan. Alhasil mereka pun jadi saling menunggu didepan kantor atau salah satu dari mereka ada yang menerabas jalan hingga ke tempat parkiran. Albert ikut menunggu didepan kantor bersama banyak orang. Beberapa orang tampak menyapa Albert hormat. Disaat yang sama Risha juga keluar dari dalam kantor dengan membawa tasnya, kedua kakinya tiba-