"Aku ingin mentraktirmu makan siang. Aku yakin kalau saat di telepon tadi aku bilang ke kamu, mau neraktir kamu, pasti kamu nolak. Makanya aku bilang ingin kita ketemuan." ucap Alika ceria, Yustaf memandang wanita dihadapannya seakan tak berkedip, baru saja Alika berkenan menyadarkannya, Yustaf sudah berbicara duluan. "Kenapa... kamu berpikir seperti itu?" tanya Yustaf.
"Karena aku udah tahu sifat kamu. Pasti kamu akan langsung menolak jika aku mentraktirmu makan." ucap Alika langsung dibalas oleh Yustaf. "Tidak sih, saya tidak akan menolak jika kamu mengajak saya makan." ucap Yustaf sedikit memalingkan matanya, Alika tersentak. "O,oh? beneran? aku kira kamu tipikal orang yang kayak gitu hehe." ucap Alika tertawa kecil, ia merasa jika Yustaf pasti berpikir jjika dirinya adalah orang yang sok tahu, Alika menyadari jika sifatnya bahkan bisa disamakan psikolog amatir..Berbeda dengan Yustaf yang justru sedang membatin sesuatu. "Bagaimana mungkin saya menolak ajakan wanita yangAlika pun menaruh kembali sendok itu ke atas piringnya dan tersenyum pada Yustaf. "Oke." ucap Alika dengan penuh keterpaksaan.Alika membuka chat dari Yustaf, sesaat setelah membacanya Alika pun langsung menatap Yustaf serius. Alika sekarang paham maksud perubahan sikap Yustaf barusan, wanita itu diam diam melirik ke arah belakang Yustaf. Ternyata benar, pria berhoodie dan topi hitam dibelakang sana tampak sedang mengarahkan ponselnya diam diam ke arah mereka berdua, seakan sedang merekam video.Alika tersenyum ke arah Yustaf mengajaknya kembali makan. "Ayo makan... sayang." ucap Alika, segera memulai aktingnya. Yustaf pun ikut tersenyum dan mulai menyuap makanan italia itu, bersamaan dengan Alika."Sayang, kita rencana bulan madu kemana ya kira kira?" tanya Alika. Yustaf sedikit tidak menyangka dengan topik pembicaraan Alika barusan yang mencoba membahas tentang hal itu."Kamu mau kemana, sayang? Terserah kamu saja." ucap Yustaf seraya mengunyah makanannya. "Tapi k
"Sebenarnya aku ingin suami kontrakku itu nantinya mengajariku... memasak." ucap Alika merasa sangat malu hingga menundukkan wajahnya saat mengatakannya. Yustaf merasa jawaban tersebut cukup lucu, hingga membuatnya mengekeh geli. Alika sebal dengan sikapnya yang menertawainya seperti itu, ditambah dengan wajah tampannya yang begitu menggoda itu ketika tertawa. Gemas sekali rasanya."Tapi memang ibumu tidak bisa memasak? kamu bisa saja kan meminta bantuan ibumu?" tanya Yustaf"Aku pernah diajari memasak oleh mamaku, tapi hasilnya malah malu-maluin. Tiga kali aku belajar, besoknya ibuku langsung kapok mengajariku." ucap Alika, Yustaf mengikik."Alasannya benar benar diluar dugaan. Bahkan saya mengira kamu tipe wanita pekerja yang sangat pemalas ketika dirumah, hingga tidak mau menyita waktunya hanya untuk memasak. Tapi ternyata..hahaha." tawa Yustaf bahkan semakin membesar sekarang, Alika semakin jengkel dan gemas dengan pria itu hingga memutuskan untuk mengelitiki pinggan
Malam harinya Yustaf yang sedang rebahan diatas kasurnya mendengar suara Alika sedang menelepon seseorang didepan kamarnya. Bahkan tak lama setelahnya Alika beralih mengetuk pintu kamar Yustaf yang tertutup rapat itu. Yustaf segera bangkit dan membuka pintunya. "Ada apa Al?" tanya Yustaf, Alika langsung menggandeng tangan Yustaf dan membawanya pergi dari sana.Mereka saling berjalan cepat menuju tangga, langkah demi langkah menuruni tangga. Alika berkata. "Kamu ingat apa yang aku katakan tadi siang?" tanya Alika seraya terus berjalan."Apa?" tanya Yustaf heran."Aku ingin memberikanmu hadiah." ucap Alika. Yustaf penasaran, apa sebenarnya hadiah yang akan diberikan padanya? Yustaf diam diam tersenyum memandang punggung Alika. Entah kenapa ia merasa sangat senang saat itu.Tak lama setelahnya, mereka pun sampai didepan pintu. Yustaf terkejut saat melihat sebuah motor matic berwarna hitam keluaran tahun ini terparkir didepan teras rumah. "I-ini?" tanya Yustaf
"Kamu orang yang baik, saya hanya tidak ingin kamu memilih wanita yang tidak pantas." ucap Alika setengah berbisik dengan mata yang naik turun lalu tiba masanya kedua mata yang lentik itu terpejam."Tidak ada yang perlu kamu khawatirkan, karena... tipikal orang yang saya sukai adalah..."Kamu sendiri...Yustaf menyadari jika Alika sudah tertidur di pangkuannya. Pria itu kembali meneruskan jalannya, memangku Alika masuk ke bagian dalam rumah lalu naik ke tangga, hingga akhirnya ia sampai di kamar Alika. Ia baringkan tubuh Alika ke atas kasurnya, dengan menaruh bantal terlebih dahulu dibawah kepala wanita itu secara perlahan.Ia beralih duduk disebelah Alika yang tertidur. Ia pandangi lamat lamat wajah Alika sepuas hatinya, tanpa sadar tangan kanannya bergerak tak terkendali menyentuh wajah Alika, mengusapnya lembut dan ia kecup kening wanita itu lama, lalu angkat wajah tampannya tepat kedepan wajah tertidur Alika yang ada dibawahnya, kemudian kembali ia pandangi cukup
Albert yang melihatnya seperti itu hanya tetap memberi pandangan datar seperti biasa lalu menghela nafas. Bukankah bosnya ini tampak sangat lugu?Alika yang merasa terus dipandang datar oleh Albert langsung memberinya hadiah yaitu berupa helm yang baru saja ia kenakan. "Nih bawa!" ucap Alika dan langsung bergegas masuk ke dalam pintu utama kantornya. Albert pun mengikuti Alika masuk ke dalam kantor dengan membawa helm itu.Sepanjang berjalan didalam kantor, banyak orang tampak berbisik ketika melihat Alika berjalan melewati mereka. Alika sempat mengabaikan hal ini dan tetap berjalan, karena mengira pasti mereka sedang membahas tentang sifat keposesifan suaminya itu yang tadi memicu perhatian publik. Namun ketika ia masuk ke dalam lift yang sesak dan dipenuhi oleh bisikan para karyawan yang berbicara. Alika pun tersadar, jika mereka sedang mengosipkannya. Salah satu perkataan yang sempat membuatnya sadar adalah..."Iya, suami bayaran. Aku kira mereka pasangan normal
Alika mengajukan cerai dan itu sangat diterima oleh Andrew, yang memang sejak awal sangat menginginkan hal ini terjadi. Hingga akhirnya mereka pun bercerai dalam keadaan hubungan yang sangat berkebalikan dari awal. Bahkan kedua kubu, Alika maupun Andrew jadi seakan berperang dalam hal ini. Kekecewaan Alika membuatnya sangat benci pada Andrew hingga memicu dirinya untuk bersikap dingin pada sang mantan suami. Ditambah lagi sifat Andrew yang selalu begitu yakin jika Alika masih terus mengejar cintanya dan tidak pernah move on, itu terlihat dari seringnya Alika berkunjung ke kantornya untuk bekerja sama. Inilah yang menjadi titik balik kenapa Andrew sangat yakin jika Alika masih mencintainya dan mencoba untuk mengganggu antara hubungannya dengan istri barunya, Rachel. Andrew segera membuka chat dari Rachel. Isinya tak lain tentang laporan sang istri yang sedang mengabarkan jika dirinya sedang menghadiri acara arisan di rumah saudaranya. Rachel mengirim hasil foto dirinya da
Ketika Alika berniat kembali ke ruang kerjanya, tiba tiba seorang wanita muncul dihadapan mereka berdua. Kehadiran wanita itu benar benar membuat Alika maupun Albert langsung tersontak ketika melihatnya.Wanita itu.... Rachel.Pandangan benci terhantar jelas dari seluruh matanya, tertuju lurus pada Alika yang berdiri didepannya. Sekitar pukul 15.00 sore. Yustaf sedang mengerjakan tugasnya didepan komputer, ia sedang sibuk memeriksa beberapa faktur barang pengeluaran di bulan, ia memandangnya serius lalu cocokkan dengan invoice di hadapannya. Seperti ada yang mengganjal di pikirannya saat itu... Namun ketika sedang sibuk berpikir, tiba tiba saja ponsel Yustaf berbunyi. Ternyata ada telepon, namun ada yang membuatnya heran ketika ia melihat nama kontak di layar ponselnya. Albert? kenapa dirinya menelepon di jam kerja seperti ini?!Yustaf menerima teleponnya. "Iya Albert? ada apa?" tanya Yustaf. Sejenak ia membiarkan Albert mengatakan sesuatu dari seberang te
Dua jam kemudian. Yustaf pun sampai di garasi rumahnya, menaruh motornya lalu berjalan dengan cepat menuju pintu rumahnya dan terobos. Saat didalam rumah, ia tak melihat Alika dimanapun, ia mencari sekeliling hingga sampai ke dapur namun Alika tidak ada dimanapun. Ia pun bertanya pada pembantu rumahnya Bi Inem, ternyata katanya Alika sedang berada dikamarnya sejak tadi siang dan tidak keluar lagi setelah itu. Yustaf pun langsung berlari menuju tangga dan pijaki satu persatu anak tangga itu dengan cepat. Ia merasa sangat cemas, istrinya itu pasti merasa sangat sedih sejak dua jam yang lalu. Dirinya membutuhkan sebuah bahu untuk bersandar!Tibanya ia didepan pintu kamar Alika, Yustaf segera menggedor-gedornya "Al? Al? kamu didalam kan? buka pintunya Al!" pekik Yustaf. Tidak ada satupun suara jawaban yang ia dengar, tidak ada respon apapun dari Alika saat itu.Apakah mungkin... telah terjadi sesuatu pada Alika?!Seperti.... dirinya yang mencoba untuk...!Bu
Sebelum acara pertunangan Angela dan Yudistira dilaksanakan. Alika, Lucas, Angela, Yudistira, Albert maupun Risha kini saling jalan-jalan ke Bali. Jika ditanya kenapa Albert dan Risha juga ikutan diajak, ini tidak lain karena Alika yang dibelakang merencanakan sesuatu, tak bukan adalah berniat mencomblangi mereka.Angin laut langsung menerpa dan menyambut mereka kala empat orang itu keluar dari dalam mobil termasuk Shanice. Shanice yang tadi sempat tertidur kini terbangun kembali dalam keadaan fresh.Para lelaki sudah duluan membuka bajunya, tidak ingin kalah dengan para bule yang ikut bertelanjang dada. Berbeda dengan Alika, Risha dan Angela yang sedang duduk di pantai. Menemani Shanice bermain pasir. Risha terus memperhatikan Albert dari kejauhan yang sedang mencoba berenang dengan lainnya. Risha membatin. "Pak Albert pake segala ninggalin gue lagi. Pamer-pamerin perut kotak segala, bikin gue kebayang sama roti sobek." batinnya. Albert tersadar jika dirinya diperhatikan oleh Risha.
Esok paginyaKarina mendekati Risha yang sedang sibuk membuat surat jalan untuk beberapa orang. "Ris, tahu gak? Katanya ada tukang nasi goreng yang enak banget didepan." ucap Karina antusias. Risha menguap. "Masa tukang nasi goreng pagi-pagi begini sih Kar? Tukang nasi goreng tuh malem-malem adanya." ucap Risha. "Beneran loh, teman-teman yang lain pada nyaranin kesana. Katanya enak banget. Udah cepet lo kesana, gue tahu lo pasti belom sarapan kan sekarang? Keburu masuk jam kerja." ucap Karina."Iya sih gue belum sempet makan, gue bahkan niatnya pengen puasa sekarang. Terus pas dzhuhur langsung buka." ucap Risha."Dikira lo anak TK Ris! Udah buruan kesana." suruh Karina."Tapi kok lu tumben nyuruh gue makan pagi? Apa jangan-jangan ada gajah di balik batu?" tanya Risha curiga."Udah kayak lagu wali ya? Udah buruan, nanti keburu kehabisan. Gigit jari lo." ucap Karina. "Lo enggak ada niat mau masukin racun tikus kan ke nasi goreng gue?" tanya Risha."Emangnya lu Mirna! Digaji berapa g
Tiba-tiba Lucas merasa dirinya diperhatikan oleh Angela. Angela yang merasa terpergok berniat pergi akan tetapi Lucas keburu memanggilnya dan menyuruhnya untuk masuk ke dalam ruang meeting itu. "Sini!" pekik Lucas.Angela merasa heran, ia pun segera masuk ke ruang meeting dan mendekati mereka."Kenapa Kak?" tanya Angela."Ini, kamu pasti enggak kenal kan sama dia?" tanya Lucas menunjuk ke arah Bella. Angela menatap Bella heran. "Siapa?" tanyanya."Ini Bella! Teman SMA kakak waktu di Amerika dulu." ucap Lucas. Angela tersentak dan kaget bukan kepalang. "Kak Bella?! Yang waktu dulu pakai kacamata tebal itu?!" tanya Angela tidak percaya. "Iya! Dia yang dulu suka mengajari kamu matematika!" ucap Lucas, Angela antusias dan langsung memeluk Bella. "Wah, Kak Bella. Aku senang banget bisa ketemu Kakak disini. Kakak ngapain disini? Pangling loh, makin cantik sekarang." ucap Angela. "Bisa aja kamu haha. Aku direktur Belle's corporation. Kamu tidak tahu tentangku juga kah?" tanya Bella.
"Tapi saya memang sejak awal tidak akan termakan oleh bujuk rayu mereka. Hanya andalah yang terlalu memberi ruang dan kesempatan untuk mereka menghancurkan anda, salah satu contohnya adalah saat kejadian anda keguguran beberapa waktu lalu." ucap Albert. Alika tidak menyangka Albert bisa seberani itu mengatakan hal tersebut. Ia yang semakin geregetan pun kembali menginjak kakinya. Sayangnya Albert kembali menghindar. Sepertinya ia sudah hapal sekarang, tentang kebiasaan Alika itu.Tiba-tiba Risha mengetuk pintu ruang kerja Alika. Tanpa sadar itu membuat Albert terkejut dengan kehadiran wanita itu disana. "P-permisi." ucap Risha yang kemudian masuk ke ruangan Alika dan berjalan mendekati mereka seraya membawa dokumen untuk ditanda tangan.Ia letakkan dokumen itu di atas mejanya. "Ini Bu." ucap Risha.Semenjak ia tahu kalau Alika sudah masuk hari ini, berkas yang biasa ditandatangani oleh Albert kini berubah lagi ke Alika. Alika pun menandatangani berkas itu dengan segera. Selesai me
"Iya. Eh tapi kan Bapak kamu ada dirumah sakit ya? Apa mau saya antar baju-bajunya ke rumahmu selagi kamu dirumah sakit?" tanya Lucas."Enggak Pak, enggak perlu. Nanti saya akan pulang ke rumah dulu kok, baru ke rumah sakit lagi." ucap Kinanti.Esok paginya didepan rumah Kinanti Lucas mengeluarkan koper milik Kinanti dan berikan padanya. "Makasih banyak ya Pak. Saya sangat merasa beruntung bisa bekerja meskipun sebentar di rumah Bapak." ucap Kinanti. "Iya sama-sama." ucap Lucas. Tiba-tiba Liza dan Fika keluar dari rumah besar itu. "Eh nongol lagi kesini. Bukannya kemarin niatnya kabur ya?" tanya Fika menyudutkan."Padahal gue udah bisa leha-leha tanpa ada dia." ucap Liza."Kamar yang tadinya milik gue jadi balik lagi dong? Gak seru ah." ucap Fika.Lucas menatap tajam ke arah mereka dan langsung mengeluarkan ponselnya, telepon seseorang."Halo Pak? Dengan bapaknya Kinanti ya? Saya ingin memberitahu kalau anak Bapak Kinanti sedang dibully lagi Pak. Wah yang bener Pak? Harta warisan B
Andrew ikut berkata. "Yah namanya juga orang dengki. Pasti ada saja yang tidak sesuai keinginannya." ucap Andrew. Lucas kesal, ia balik berkata. "Siapa yang dengki? Bukannya kalian yang suka dengki terlalu berlebihan atas apa yang kami miliki?!" tandas Lucas.Liza dan Fika yang mendengar perdebatan mereka saat itu pun berkata. "Duh berisik banget sih mereka." ucap Liza. Mereka pun pergi dari sana. Rachel kembali berkata. "Kami tidak akan dengki kalau kalian tidak suka pamer!" tandas Rachel. Andrew langsung menyabarkan Rachel. "Sudahlah Hel, mereka berkata seperti itu pasti memang ada motifnya. Untuk membuat kita terpancing dan pada akhirnya terjadi hal buruk pada bayi kita." ucap Andrew. Lucas tertawa mentah."Pintar sekali anda membalasnya, padahal istri andalah yang duluan memulai semua perdebatan ini." ucap Lucas."Heh, sangat tidak mau kalah. Pantas saja anda memiliki istri berwatak buruk seperti Alika." ucap Andrew."Saya merasa sangat beruntung telah menemukan istri seper
"O-oh gitu. Iya, Pak." ucap Kinanti.Alika menyuap sayur pada Shanice akan tetapi Shanice langsung memuntahkan sayur itu ke lantai. "Ya ampun kenapa dimuntahin sih Nak? Kamu enggak liat Bi Inem udah masuk ke kamar mau tidur?" tanya Alika."Enggak enak." ucap Shanice."Sayur itu enak Nak, bikin kamu sehat. Katanya mau tambah tinggi? Ya makan sayur." ucap Alika yang langsung memunguti sayurnya dengan tisu. Alika merasa jika dirinya terus dilihati oleh Kinanti. "S-saya ambil alat pel sebentar." ucap Kinanti mengalihkan dengan cepat. Ia kabur detik itu juga meski Alika tampak menolak. "Tunggu, Kinan! Biar saya aja. Udah kabur lagi." ucap Alika."Mau makan sayur disuapin sama Papa ya Nis?" tanya Lucas.Shanice menggeleng. "Udah deh kalau enggak mau makan sayur, makan lauknya aja ya Nis?" tanya Lucas.Shanice mengangguk senang. Alika menghela nafas lalu berkata. "Itu memang maunya dia." ucap Alika. Lucas tertawa kecil.Kinanti segera mendekati mereka dengan membawa alat pel lalu ia gos
Apa sebenarnya yang mereka bicarakan saat ini? Entah kenapa Alika jadi begitu penasaran dengan hal itu. Risha terus melihat ke depan kaca mobil yang ada dihadapannya, hujan yang lebat membuat kacanya buram meski diluruhkan berkali-kali dengan wiper. "Rumah kamu dimana?" tanya Albert."Eh? Di villa mutiara harapan satu, dekat bekasi kota." ucap Risha. Albert langsung mengetik di ponselnya meski sulit karena keadaan sedang menyetir. Hingga akhirnya Risha pun mengambil alih ponselnya dan bantu ketik. "Bahaya kalo megang hape sambil nyetir." ucapnya seraya terus mengetik. Albert tersenyum tipis. Setidaknya kesadarannya itu cukup menyelamatkannya.Setelah beberapa saat Risha pun selesai mengutak-atik ponselnya hingga pada akhirnya ponsel dengan mode map menyala itu ditempelkan ke tempatnya disebelah kanan setir. "Bapak yakin mau nganter saya sampai rumah?" tanya Risha."Memangnya hal apa yang membuat saya tidak yakin?" tanya Albert."Eh, enggak sih. Ngerasa tumben aja.""Saya hanya ya
"Iya, entah ya. Apakah ini cuma alasan mereka untuk membela diri tidak mau ikut terlibat atau bagaimana. Aku masih belum percaya sepenuhnya dengan mereka. Selepas aku dikhianati oleh Rachel beberapa waktu lalu hingga akhirnya bayiku meninggal di tangannya." ucap Alika."Iya sih ya. Mencurigakan juga kalau tiba-tiba mereka ada di pihak kita. Mungkin memang benar kalau Rachel hanya sekedar membela diri aja, karena enggak mau dikatakan salah bahkan sampai masuk penjara bersama Michael." ucap Ratna. Alika mengiyakannya. Sore ini hujan turun lebat. Sudah waktunya pulang kerja. Banyak orang yang mau pulang jadi mengurungkan niatnya dikarenakan terjebak hujan. Alhasil mereka pun jadi saling menunggu didepan kantor atau salah satu dari mereka ada yang menerabas jalan hingga ke tempat parkiran. Albert ikut menunggu didepan kantor bersama banyak orang. Beberapa orang tampak menyapa Albert hormat. Disaat yang sama Risha juga keluar dari dalam kantor dengan membawa tasnya, kedua kakinya tiba-