Malam harinya Yustaf yang sedang rebahan diatas kasurnya mendengar suara Alika sedang menelepon seseorang didepan kamarnya. Bahkan tak lama setelahnya Alika beralih mengetuk pintu kamar Yustaf yang tertutup rapat itu. Yustaf segera bangkit dan membuka pintunya. "Ada apa Al?" tanya Yustaf, Alika langsung menggandeng tangan Yustaf dan membawanya pergi dari sana.
Mereka saling berjalan cepat menuju tangga, langkah demi langkah menuruni tangga. Alika berkata. "Kamu ingat apa yang aku katakan tadi siang?" tanya Alika seraya terus berjalan."Apa?" tanya Yustaf heran."Aku ingin memberikanmu hadiah." ucap Alika. Yustaf penasaran, apa sebenarnya hadiah yang akan diberikan padanya? Yustaf diam diam tersenyum memandang punggung Alika.Entah kenapa ia merasa sangat senang saat itu.Tak lama setelahnya, mereka pun sampai didepan pintu. Yustaf terkejut saat melihat sebuah motor matic berwarna hitam keluaran tahun ini terparkir didepan teras rumah. "I-ini?" tanya Yustaf"Kamu orang yang baik, saya hanya tidak ingin kamu memilih wanita yang tidak pantas." ucap Alika setengah berbisik dengan mata yang naik turun lalu tiba masanya kedua mata yang lentik itu terpejam."Tidak ada yang perlu kamu khawatirkan, karena... tipikal orang yang saya sukai adalah..."Kamu sendiri...Yustaf menyadari jika Alika sudah tertidur di pangkuannya. Pria itu kembali meneruskan jalannya, memangku Alika masuk ke bagian dalam rumah lalu naik ke tangga, hingga akhirnya ia sampai di kamar Alika. Ia baringkan tubuh Alika ke atas kasurnya, dengan menaruh bantal terlebih dahulu dibawah kepala wanita itu secara perlahan.Ia beralih duduk disebelah Alika yang tertidur. Ia pandangi lamat lamat wajah Alika sepuas hatinya, tanpa sadar tangan kanannya bergerak tak terkendali menyentuh wajah Alika, mengusapnya lembut dan ia kecup kening wanita itu lama, lalu angkat wajah tampannya tepat kedepan wajah tertidur Alika yang ada dibawahnya, kemudian kembali ia pandangi cukup
Albert yang melihatnya seperti itu hanya tetap memberi pandangan datar seperti biasa lalu menghela nafas. Bukankah bosnya ini tampak sangat lugu?Alika yang merasa terus dipandang datar oleh Albert langsung memberinya hadiah yaitu berupa helm yang baru saja ia kenakan. "Nih bawa!" ucap Alika dan langsung bergegas masuk ke dalam pintu utama kantornya. Albert pun mengikuti Alika masuk ke dalam kantor dengan membawa helm itu.Sepanjang berjalan didalam kantor, banyak orang tampak berbisik ketika melihat Alika berjalan melewati mereka. Alika sempat mengabaikan hal ini dan tetap berjalan, karena mengira pasti mereka sedang membahas tentang sifat keposesifan suaminya itu yang tadi memicu perhatian publik. Namun ketika ia masuk ke dalam lift yang sesak dan dipenuhi oleh bisikan para karyawan yang berbicara. Alika pun tersadar, jika mereka sedang mengosipkannya. Salah satu perkataan yang sempat membuatnya sadar adalah..."Iya, suami bayaran. Aku kira mereka pasangan normal
Alika mengajukan cerai dan itu sangat diterima oleh Andrew, yang memang sejak awal sangat menginginkan hal ini terjadi. Hingga akhirnya mereka pun bercerai dalam keadaan hubungan yang sangat berkebalikan dari awal. Bahkan kedua kubu, Alika maupun Andrew jadi seakan berperang dalam hal ini. Kekecewaan Alika membuatnya sangat benci pada Andrew hingga memicu dirinya untuk bersikap dingin pada sang mantan suami. Ditambah lagi sifat Andrew yang selalu begitu yakin jika Alika masih terus mengejar cintanya dan tidak pernah move on, itu terlihat dari seringnya Alika berkunjung ke kantornya untuk bekerja sama. Inilah yang menjadi titik balik kenapa Andrew sangat yakin jika Alika masih mencintainya dan mencoba untuk mengganggu antara hubungannya dengan istri barunya, Rachel. Andrew segera membuka chat dari Rachel. Isinya tak lain tentang laporan sang istri yang sedang mengabarkan jika dirinya sedang menghadiri acara arisan di rumah saudaranya. Rachel mengirim hasil foto dirinya da
Ketika Alika berniat kembali ke ruang kerjanya, tiba tiba seorang wanita muncul dihadapan mereka berdua. Kehadiran wanita itu benar benar membuat Alika maupun Albert langsung tersontak ketika melihatnya.Wanita itu.... Rachel.Pandangan benci terhantar jelas dari seluruh matanya, tertuju lurus pada Alika yang berdiri didepannya. Sekitar pukul 15.00 sore. Yustaf sedang mengerjakan tugasnya didepan komputer, ia sedang sibuk memeriksa beberapa faktur barang pengeluaran di bulan, ia memandangnya serius lalu cocokkan dengan invoice di hadapannya. Seperti ada yang mengganjal di pikirannya saat itu... Namun ketika sedang sibuk berpikir, tiba tiba saja ponsel Yustaf berbunyi. Ternyata ada telepon, namun ada yang membuatnya heran ketika ia melihat nama kontak di layar ponselnya. Albert? kenapa dirinya menelepon di jam kerja seperti ini?!Yustaf menerima teleponnya. "Iya Albert? ada apa?" tanya Yustaf. Sejenak ia membiarkan Albert mengatakan sesuatu dari seberang te
Dua jam kemudian. Yustaf pun sampai di garasi rumahnya, menaruh motornya lalu berjalan dengan cepat menuju pintu rumahnya dan terobos. Saat didalam rumah, ia tak melihat Alika dimanapun, ia mencari sekeliling hingga sampai ke dapur namun Alika tidak ada dimanapun. Ia pun bertanya pada pembantu rumahnya Bi Inem, ternyata katanya Alika sedang berada dikamarnya sejak tadi siang dan tidak keluar lagi setelah itu. Yustaf pun langsung berlari menuju tangga dan pijaki satu persatu anak tangga itu dengan cepat. Ia merasa sangat cemas, istrinya itu pasti merasa sangat sedih sejak dua jam yang lalu. Dirinya membutuhkan sebuah bahu untuk bersandar!Tibanya ia didepan pintu kamar Alika, Yustaf segera menggedor-gedornya "Al? Al? kamu didalam kan? buka pintunya Al!" pekik Yustaf. Tidak ada satupun suara jawaban yang ia dengar, tidak ada respon apapun dari Alika saat itu.Apakah mungkin... telah terjadi sesuatu pada Alika?!Seperti.... dirinya yang mencoba untuk...!Bu
"Oh, jadi sekarang kamu mulai bertingkah lupa ya hmm? setelah tadi kamu bertindak seakan tidak mau kalah dalam urusan itu? saya peluk yaa sekarang?" ucap Yustaf yang langsung menggeser tubuh tanpa helai kain ke tubuh Alika yang juga tak berhelai kain, yang hanya dilingkupi oleh selimut. "J-jangan!" tolak Alika mencoba menggeser ke sisi kanannya namun Yustaf keburu memeluknya yang saat itu dalam keadaan memunggunginya. Alika langsung berdebar jantungnya, ketika tubuh serta dadaa yang kokoh itu menyentuh bagian punggung Alika. Ia merasa sangat degdegan. Yustaf memeluknya sangat erat dari belakang, seakan Alika adalah boneka. Boneka yang sudah resmi menjadi miliknya seutuhnya.Yustaf majukan wajahnya ke belakang leher Alika dan sandarkan dagunya ke bawah telinga Alika. Wajah tampannya semakin maju dari belakang leher hingga ke leher depannya. Alika merasa geli, ia benar benar tidak kuat menahan ini. Tidakkah ia sudah cukup bersenang senang tadi? dasar pria nakal."Alika sa
"Sepertinya begitu." jawab Alika. Yustaf tersenyum senang."Terakhir kali saya sesenang ini ketika melihat bintang adalah bersama almarhum ibu saya. Tapi sekarang, itu digantikan oleh kehadiran kamu." ucap Yustaf seraya memandang bintang diatas. Alika memandang kagum, bukan pada langit diatas tapi pada sosok tampan disamping kanannya saat ini."Aku sangat senang bisa menjadi salah satu orang yang berarti bagimu." ucap Alika. Setelah mendengar hal itu, Yustaf mengalihkan pandangannya ke hadapan wajah cantik sang istri. Yustaf memajukan wajahnya perlahan ke wajah Alika, hingga akhirnya dahi mereka saling bersentuhan kembali. Alika bisa merasakan getaran tak terkendali di jantungnya, apalagi ketika berhadapan sangat dekat dengan wajah tampan Yustaf. Pria itu berkata. "Kamu...sangat berarti bagiku." ucap Yustaf tersenyum menyeringai. Esok paginya. Alika yang sedang terpejam tidur, perlahan terusik dengan sebuah kehangatan yang melingkupi tubuhnya. Bahkan seluruh tubuhn
Alika benar benar merasa terpuruk saat itu. Hari ke hari Alika kerja sampai larut malam untuk menyelesaikan masalah pekerjaannya yang menumpuk, itu karena banyak karyawan penting di perusahaannya sudah mulai dipecat. Alika mengerjakan semuanya sendirian selama seminggu itu, ditambah Yustaf masih belum pulang ke rumah dari luar kota, dikarenakan pekerjaan disana yang memperpanjang masa durasinya bekerja di luar kota menjadi 1 bulan. Alika berjuang mati matian seorang diri, demi mempertahankan perusahaannya. Tanpa diketahui siapapun, keluarga maupun sang suami. Alika hanya tidak merasa jika ia memberitahu pada Yustaf semua masalah akan kelar. Ia juga tidak ingin pekerjaan Yustaf jadi terganggu karenanya. Selama sebulan itu mereka memang saling berkontak dengan baik, namun sayangnya Alika merahasiakan apa yang menjadi penyebab kedua kantung mata di wajahnya semakin terlihat, Alika terlihat sangat kelelahan menanggung ini semua.Beberapa minggu kemudian, Alika terus mati matian