"Ya benar, mereka saling berebut. Tapi sudahlah, saya kesana ingin meluruskan saja apa yang sudah hak saya. Atau nanti bisa kami bagi secara rata tentang masalah itu, dan mencocokkan dengan wasiat yang ditinggalkan ayah saya." ucap Lucas.
"Aku sangat berharap kamu baik-baik saja disana. Khawatirnya nanti muncul hal yang tidak diinginkan dari segala perseteruan ini. Aku takut kamu celaka." ucap Alika."Ssst, jangan ngomong begitu. Jika Tuhan berkehendak, saya pasti akan pulang dengan selamat. Tunggu aja." ucap Lucas. Alika tersenyum dan mengangguk.Dua hari kemudian, Alika pun melepas kepergian Lucas dan Beatrice yang memang berada dalam satu pesawat. Alika melambai tangan pada mereka berdua yang kian menjauh pergi bersama lima bodyguardnya. Kemudian dirinya kembali lagi ke perusahaan dengan masih ditemani oleh bodyguard barunya yang bernama Rino.Meskipun sempat ditanyakan apakah dirinya akan menyusul Lucas ke Amerika, akan tetapi Alika menolak untuk ikut karena diri"Bilang saja tidak mau." ucap Alika mencebik."Hanya mengutarakan pendapat." ucap Albert."Belikan bubur dong, aku lapar tahu." ucap Alika."Dimana--" belum selesai bicara langsung dipotong Alika. "Ya didepan.""Uangnya." ucap Albert. Alika menatapnya datar. "Ini pertama kalinya seorang bawahan memalak direkturnya langsung." ucap Alika."Saya tidak memiliki recehan." ucap Albert."Yayaya terserah deh. Nih." ucap Alika seraya memberikan uang dua puluh ribuan padanya."Anda tidak ingin memakan-makanan dari sini?" tanya Albert. "Saya lagi kepingin bubur please.." ucap Alika memelas. Albert menghela nafas. "Yasudah. Saya kesana." ucap Albert seraya pergi.Beberapa saat kemudian setelah Albert membeli bubur, ia pun kembali ke ruang rawat Alika. Ia berikan bubur itu padanya lalu mereka berdua saling makan saat itu.Alika berkomentar. "Kukira kamu tidak suka bubur." ucap Alika. "Saya hanya sedang lapar. Pergi membeli makanan di warteg
Berhari-hari Alika terus menangisi Lucas, ia merasa sangat sedih tapi didalam hati dirinya begitu pasrah. Alika merasa sangat rindu dengan suaminya itu, bahkan sepanjang hari kilasan ingatan, semua kenangan tentang mereka mengalir sangat deras, tidak bisa tertahan lagi.Alika merasa sangat ingin menyentuh wajah suaminya itu bahkan memeluknya dengan erat. Kejadian itu telah sukses membuat dirinya jadi tidak fokus. Meskipun ia masih bisa menjalani hidupnya seperti biasa di kantor. Ia terus memantau perkembangan update informasi dari kantor polisi mengenai Lucas. Meskipun sudah dua minggu berlalu akan tetapi hasilnya tidak ada perkembangan maupun informasi yang bisa menyenangkan hatinya. Hanya dua hari dirinya pergi ke Amerika selepas menghilangnya Lucas. Kemudian ia kembali ke Indonesia dengan perasaan kecewa.Ketika di kantor, Alika sering menangis di ruang kerjanya. Terlebih ketika mengingat Lucas Dirinya merasa sangat ingin... melihat suaminya kembali.
"Tidak sih, terima kasih." ucap Lucas."Jika ada yang anda perlukan lagi, silakan panggil saya kembali ya, Tuan Lucas." ucap Stacy tersenyum. "Iya." ucapnya.Stacy pun keluar dari ruang rawatnya, sang teman yang mengintipnya pun langsung antusias melihat sadarnya Lucas saat itu. "Bukankah itu Mr. Eyebrow?" tanya temannya. "Iya!" Mereka saling curhat gaje disana, melampiaskan rasa kagum satu sama lain tentang Lucas.Sore harinya Lucas yang sudah merasa dirinya fit pun sudah berganti baju kembali, dirinya langsung pamit dari rumah sakit itu pada Stacy yang ditemuinya saat ini di koridor."Loh, anda sudah pulang?" tanya Stacy."Iya orang rumah pasti banyak yang khawatir dengan saya." ucap Lucas. "Tapi anda baru saja sadar dari koma, bagaimana jika anda jatuh pingsan di tengah jalan?" tanya Stacy yang saat itu sudah membawa tasnya bersiap akan pulang. "Jangan khawatir. Saya yakin bisa, tenang saja." ucap Lucas segera pergi, akan tetapi Stacy memegang tangannya mencegahnya pergi. "Bia
"Kalo menurut saya nanti aja mau gak? Soalnya usia bayi kamu masih rentan. Takutnya kamu kecapean kalo pulang ke indonesia sekarang. Khawatirnya kenapa-napa. Saya cemas soalnya." ucap Lucas."Oh jadi maksudmu kita tinggal disini dulu sampai bayi ini lahir?" tanya Alika."Iya gimana?" tanya Lucas."Boleh deh, terserah kamu aja." ucap Alika. Lucas segera menghadapkan Alika kedepannya. Lucas bersimpuh didepan Alika mencium perut istrinya itu. "Bayi mungil, kamu baik-baik ya didalam. Semoga kamu nanti keluar enggak susah ya? Dan jadi anak yang baik seperti ibumu. Siap-siap jadi bayi bule ya disini?" ucap Lucas. Alika tertawa."Bayi bulenya kalo rambutnya item gimana?" tanya Alika."Dicat pake nodrop biar bule." seloroh Lucas. Mereka saling tertawa geli saat itu. "Anti bocor dong haha. Dasar gak jelas." tawa Alika.Siang harinya mereka checkup ke rumah sakit bersalin dekat sana. Itu adalah kegiatan mingguan yang sering mereka lakukan.Mereka pun masuk ke dalam ruang dokter setelah namanya
"Sebelumnya saya ucapkan selamat kepada Ibu, kalau sekarang Ibu sedang mengandung anak kedua Ibu. Selamat ya Bu, usia kandungan Ibu kini baru dua minggu." ucap sang dokter. Alika tidak percaya ini, ia melihat ke arah Lucas yang juga tampak bahagia menanti responnya. "Ya ampun Lucas, aku hamil! Astaga, syukurlah." ucap Alika berkaca-kaca. Ia merasa sangat gembira atas ini.Lucas langsung memeluk Alika saat itu juga dan mengusap kepalanya, mengecup keningnya penuh sayang. "Terima kasih telah menjadi bagian dari hidupku. Terima kasih telah memberiku kado terindah didalam hidup ini. Terima kasih telah menjadi istriku Al." ucap Lucas tersenyum memandangnya. Alika terharu dikatakan seperti itu, ia mengangguk dan memeluk suami tercintanya itu. "Terima kasih juga selalu ada disampingku. Terima kasih telah menjadi suamiku, Lucas." ucap Alika semakin mengeratkan pelukannya.Memiliki Lucas dan dua anak darinya adalah kado terindah dari perjalanan terjal yang pernah ia alami. Cintanya yang perna
"Namanya Michael. Usianya sepantaran saya, rencananya dia ingin berkunjung ke rumah besok. Dia dalam perjalanan penerbangan dari Amerika ke Indonesia sekarang. " ucap Lucas."Oh yasudah, besok kamu enggak masuk kerja gitu?" tanya Alika "Enggak, saya tetap masuk kerja. Cuma mau mampir ke rumah sebentar buat temuin dia." ucap Lucas."Iya. Enggak apa-apa. Emang kenapa kok dia mau kesini? Kamu memang sedekat itu sama dia?" tanya Alika."Kita saling kenal dan setahu saya dia cukup baik berbeda jauh dengan Ibu. Dia berencana ingin kerja sama dengan perusahaan Angela's group." ucap Lucas."Oh itu bagus. Dia memiliki perusahaan ya." ucap Alika."Itu vendor perusahaan ayah saya, yang diturunkan ke ibu tiri saya. Lalu ibu tiri saya memberikannya pada anak yang diasuhnya selagi beliau sendiri memegang kendali perusahaan Cardinal group." ucap Lucas. "Oh begitu yasudah tidak masalah. Aku menunggu kabar dari kamu aja." ucap Alika.Esok paginya Alika baru saja membajukan Shanice yang sudah mandi.
Lucas dengan cepat berkata. "Tidak bisa." Alika memandang ke arah Lucas. Ia sedikit khawatir jika akan muncul permusuhan diantara mereka setelah ini, disebabkan selisih pendapat seperti ini."Kenapa? Ibu saya dihukum penjara seumur hidup, apakah anda tega membiarkannya terus-terusan berada di penjara sepanjang hidupnya sedangkan usianya sudah cukup tua?" tanya Michael. "Seberapapun pembelaan yang kamu jelaskan. Maaf sebesar-besarnya saya tidak bisa menuruti permintaanmu. Karena kesalahan yang telah ibu kamu perbuat itu fatal. Dan vonis yang dijatuhkan oleh hakim benar adanya dan sangat pantas untuk diterimanya terlepas dari semua hal yang sudah ia lakukan selama ini kepada keluarga saya." ucap Lucas.Michael sedikit tidak percaya dengan ini, padahal barusan mereka berdua tampak sangat akrab hingga tertawa satu sama lain akan tetapi semua berubah saat dirinya membahas tentang ibu asuhnya itu.Michael pun mencoba untuk memahami hal ini dengan menganggukkan kepalanya dan tersenyum tipis
"A,ah saya baru mau mengejar Pak. Permisi." ucap Risha seraya kabur dari sana. Albert juga ikut mengejar. Angela dan Yudistira sedang duduk makan di tempat jualan seblak dekat kantor. Mereka saling memakan seblak masing-masing. "Gimana Njel? Enak kan seblaknya?" tanya Yudistira.Angela terlihat lahap saat memakannya. "Kamu sering makan disini?" tanya Angela."Enggak, tahu dari teman aja. Katanya ada penjual seblak baru didepan kantor." balas Yudistira."Gue betah deh liat lu makan lahap begitu. Kan kalo lu gendut gue yang seneng." ucap Yudistira seraya memandang Angela. "Masa aku gendut seneng. Aneh banget." ucap Angela seraya menyuapnya lagi."Ya kalo lu gendut kan pas gue ngantuk bisa nyender, terus kalo lagi sebel bisa unyel-unyel pipi lu." ucap Yudistira. Angela tertawa sinis. "Emang aku squishy apa!" tandas Angela."Udah deh elu gendut aja Njel, gue nerima lo apa adanya." ucap Yudistira nyengir, langsung digetok oleh sendok yang diambil Angela. "Duh, digetok sih? Emang gue kela
Sebelum acara pertunangan Angela dan Yudistira dilaksanakan. Alika, Lucas, Angela, Yudistira, Albert maupun Risha kini saling jalan-jalan ke Bali. Jika ditanya kenapa Albert dan Risha juga ikutan diajak, ini tidak lain karena Alika yang dibelakang merencanakan sesuatu, tak bukan adalah berniat mencomblangi mereka.Angin laut langsung menerpa dan menyambut mereka kala empat orang itu keluar dari dalam mobil termasuk Shanice. Shanice yang tadi sempat tertidur kini terbangun kembali dalam keadaan fresh.Para lelaki sudah duluan membuka bajunya, tidak ingin kalah dengan para bule yang ikut bertelanjang dada. Berbeda dengan Alika, Risha dan Angela yang sedang duduk di pantai. Menemani Shanice bermain pasir. Risha terus memperhatikan Albert dari kejauhan yang sedang mencoba berenang dengan lainnya. Risha membatin. "Pak Albert pake segala ninggalin gue lagi. Pamer-pamerin perut kotak segala, bikin gue kebayang sama roti sobek." batinnya. Albert tersadar jika dirinya diperhatikan oleh Risha.
Esok paginyaKarina mendekati Risha yang sedang sibuk membuat surat jalan untuk beberapa orang. "Ris, tahu gak? Katanya ada tukang nasi goreng yang enak banget didepan." ucap Karina antusias. Risha menguap. "Masa tukang nasi goreng pagi-pagi begini sih Kar? Tukang nasi goreng tuh malem-malem adanya." ucap Risha. "Beneran loh, teman-teman yang lain pada nyaranin kesana. Katanya enak banget. Udah cepet lo kesana, gue tahu lo pasti belom sarapan kan sekarang? Keburu masuk jam kerja." ucap Karina."Iya sih gue belum sempet makan, gue bahkan niatnya pengen puasa sekarang. Terus pas dzhuhur langsung buka." ucap Risha."Dikira lo anak TK Ris! Udah buruan kesana." suruh Karina."Tapi kok lu tumben nyuruh gue makan pagi? Apa jangan-jangan ada gajah di balik batu?" tanya Risha curiga."Udah kayak lagu wali ya? Udah buruan, nanti keburu kehabisan. Gigit jari lo." ucap Karina. "Lo enggak ada niat mau masukin racun tikus kan ke nasi goreng gue?" tanya Risha."Emangnya lu Mirna! Digaji berapa g
Tiba-tiba Lucas merasa dirinya diperhatikan oleh Angela. Angela yang merasa terpergok berniat pergi akan tetapi Lucas keburu memanggilnya dan menyuruhnya untuk masuk ke dalam ruang meeting itu. "Sini!" pekik Lucas.Angela merasa heran, ia pun segera masuk ke ruang meeting dan mendekati mereka."Kenapa Kak?" tanya Angela."Ini, kamu pasti enggak kenal kan sama dia?" tanya Lucas menunjuk ke arah Bella. Angela menatap Bella heran. "Siapa?" tanyanya."Ini Bella! Teman SMA kakak waktu di Amerika dulu." ucap Lucas. Angela tersentak dan kaget bukan kepalang. "Kak Bella?! Yang waktu dulu pakai kacamata tebal itu?!" tanya Angela tidak percaya. "Iya! Dia yang dulu suka mengajari kamu matematika!" ucap Lucas, Angela antusias dan langsung memeluk Bella. "Wah, Kak Bella. Aku senang banget bisa ketemu Kakak disini. Kakak ngapain disini? Pangling loh, makin cantik sekarang." ucap Angela. "Bisa aja kamu haha. Aku direktur Belle's corporation. Kamu tidak tahu tentangku juga kah?" tanya Bella.
"Tapi saya memang sejak awal tidak akan termakan oleh bujuk rayu mereka. Hanya andalah yang terlalu memberi ruang dan kesempatan untuk mereka menghancurkan anda, salah satu contohnya adalah saat kejadian anda keguguran beberapa waktu lalu." ucap Albert. Alika tidak menyangka Albert bisa seberani itu mengatakan hal tersebut. Ia yang semakin geregetan pun kembali menginjak kakinya. Sayangnya Albert kembali menghindar. Sepertinya ia sudah hapal sekarang, tentang kebiasaan Alika itu.Tiba-tiba Risha mengetuk pintu ruang kerja Alika. Tanpa sadar itu membuat Albert terkejut dengan kehadiran wanita itu disana. "P-permisi." ucap Risha yang kemudian masuk ke ruangan Alika dan berjalan mendekati mereka seraya membawa dokumen untuk ditanda tangan.Ia letakkan dokumen itu di atas mejanya. "Ini Bu." ucap Risha.Semenjak ia tahu kalau Alika sudah masuk hari ini, berkas yang biasa ditandatangani oleh Albert kini berubah lagi ke Alika. Alika pun menandatangani berkas itu dengan segera. Selesai me
"Iya. Eh tapi kan Bapak kamu ada dirumah sakit ya? Apa mau saya antar baju-bajunya ke rumahmu selagi kamu dirumah sakit?" tanya Lucas."Enggak Pak, enggak perlu. Nanti saya akan pulang ke rumah dulu kok, baru ke rumah sakit lagi." ucap Kinanti.Esok paginya didepan rumah Kinanti Lucas mengeluarkan koper milik Kinanti dan berikan padanya. "Makasih banyak ya Pak. Saya sangat merasa beruntung bisa bekerja meskipun sebentar di rumah Bapak." ucap Kinanti. "Iya sama-sama." ucap Lucas. Tiba-tiba Liza dan Fika keluar dari rumah besar itu. "Eh nongol lagi kesini. Bukannya kemarin niatnya kabur ya?" tanya Fika menyudutkan."Padahal gue udah bisa leha-leha tanpa ada dia." ucap Liza."Kamar yang tadinya milik gue jadi balik lagi dong? Gak seru ah." ucap Fika.Lucas menatap tajam ke arah mereka dan langsung mengeluarkan ponselnya, telepon seseorang."Halo Pak? Dengan bapaknya Kinanti ya? Saya ingin memberitahu kalau anak Bapak Kinanti sedang dibully lagi Pak. Wah yang bener Pak? Harta warisan B
Andrew ikut berkata. "Yah namanya juga orang dengki. Pasti ada saja yang tidak sesuai keinginannya." ucap Andrew. Lucas kesal, ia balik berkata. "Siapa yang dengki? Bukannya kalian yang suka dengki terlalu berlebihan atas apa yang kami miliki?!" tandas Lucas.Liza dan Fika yang mendengar perdebatan mereka saat itu pun berkata. "Duh berisik banget sih mereka." ucap Liza. Mereka pun pergi dari sana. Rachel kembali berkata. "Kami tidak akan dengki kalau kalian tidak suka pamer!" tandas Rachel. Andrew langsung menyabarkan Rachel. "Sudahlah Hel, mereka berkata seperti itu pasti memang ada motifnya. Untuk membuat kita terpancing dan pada akhirnya terjadi hal buruk pada bayi kita." ucap Andrew. Lucas tertawa mentah."Pintar sekali anda membalasnya, padahal istri andalah yang duluan memulai semua perdebatan ini." ucap Lucas."Heh, sangat tidak mau kalah. Pantas saja anda memiliki istri berwatak buruk seperti Alika." ucap Andrew."Saya merasa sangat beruntung telah menemukan istri seper
"O-oh gitu. Iya, Pak." ucap Kinanti.Alika menyuap sayur pada Shanice akan tetapi Shanice langsung memuntahkan sayur itu ke lantai. "Ya ampun kenapa dimuntahin sih Nak? Kamu enggak liat Bi Inem udah masuk ke kamar mau tidur?" tanya Alika."Enggak enak." ucap Shanice."Sayur itu enak Nak, bikin kamu sehat. Katanya mau tambah tinggi? Ya makan sayur." ucap Alika yang langsung memunguti sayurnya dengan tisu. Alika merasa jika dirinya terus dilihati oleh Kinanti. "S-saya ambil alat pel sebentar." ucap Kinanti mengalihkan dengan cepat. Ia kabur detik itu juga meski Alika tampak menolak. "Tunggu, Kinan! Biar saya aja. Udah kabur lagi." ucap Alika."Mau makan sayur disuapin sama Papa ya Nis?" tanya Lucas.Shanice menggeleng. "Udah deh kalau enggak mau makan sayur, makan lauknya aja ya Nis?" tanya Lucas.Shanice mengangguk senang. Alika menghela nafas lalu berkata. "Itu memang maunya dia." ucap Alika. Lucas tertawa kecil.Kinanti segera mendekati mereka dengan membawa alat pel lalu ia gos
Apa sebenarnya yang mereka bicarakan saat ini? Entah kenapa Alika jadi begitu penasaran dengan hal itu. Risha terus melihat ke depan kaca mobil yang ada dihadapannya, hujan yang lebat membuat kacanya buram meski diluruhkan berkali-kali dengan wiper. "Rumah kamu dimana?" tanya Albert."Eh? Di villa mutiara harapan satu, dekat bekasi kota." ucap Risha. Albert langsung mengetik di ponselnya meski sulit karena keadaan sedang menyetir. Hingga akhirnya Risha pun mengambil alih ponselnya dan bantu ketik. "Bahaya kalo megang hape sambil nyetir." ucapnya seraya terus mengetik. Albert tersenyum tipis. Setidaknya kesadarannya itu cukup menyelamatkannya.Setelah beberapa saat Risha pun selesai mengutak-atik ponselnya hingga pada akhirnya ponsel dengan mode map menyala itu ditempelkan ke tempatnya disebelah kanan setir. "Bapak yakin mau nganter saya sampai rumah?" tanya Risha."Memangnya hal apa yang membuat saya tidak yakin?" tanya Albert."Eh, enggak sih. Ngerasa tumben aja.""Saya hanya ya
"Iya, entah ya. Apakah ini cuma alasan mereka untuk membela diri tidak mau ikut terlibat atau bagaimana. Aku masih belum percaya sepenuhnya dengan mereka. Selepas aku dikhianati oleh Rachel beberapa waktu lalu hingga akhirnya bayiku meninggal di tangannya." ucap Alika."Iya sih ya. Mencurigakan juga kalau tiba-tiba mereka ada di pihak kita. Mungkin memang benar kalau Rachel hanya sekedar membela diri aja, karena enggak mau dikatakan salah bahkan sampai masuk penjara bersama Michael." ucap Ratna. Alika mengiyakannya. Sore ini hujan turun lebat. Sudah waktunya pulang kerja. Banyak orang yang mau pulang jadi mengurungkan niatnya dikarenakan terjebak hujan. Alhasil mereka pun jadi saling menunggu didepan kantor atau salah satu dari mereka ada yang menerabas jalan hingga ke tempat parkiran. Albert ikut menunggu didepan kantor bersama banyak orang. Beberapa orang tampak menyapa Albert hormat. Disaat yang sama Risha juga keluar dari dalam kantor dengan membawa tasnya, kedua kakinya tiba-