Aku sudah mati.Jasadku disimpan di lemari pendingin selama empat puluh hari sampai akhirnya ditemukan.Tanpa sehelai benang, wajahku terlihat menyedihkan, terlihat jelas aku mengalami penyiksaan yang tak manusiawi sebelum mati.Foto-foto tanpa sensor itu tersebar satu per satu di internet, viral ke mana-mana.Seperti saat aku masih hidup, semua orang hanya fokus pada lekuk tubuhku dan membicarakan bentuknya,“Wah, nggak heran dia satu-satunya artis yang terkenal karena tampil berani, badannya memang bagus.”“Katanya bisa disewa dengan enam ratus juta sehari. Enaknya orang kaya mendapat barang bagus.”“Kenapa memangnya kalau artis, dia juga tetap dipermainkan hingga mati sia-sia.”Komentar-komentar penuh kebencian bertebaran di layar.Dengan tubuh yang gemetar, aku memalingkan wajahku untuk melihat wanita paruh baya di depanku.Dia adalah Yimel Starla, ibuku.Namun, kini di tengah banjiran fitnah yang merajalela, dia tetap tak peduli dan masih dengan tenang memainkan ponselnya.Dia han
Saat sedang tampil di panggung hari itu, pakaian panggung yang kukenakan tiba-tiba robek.Ini yang menyebabkan aku telanjang bulat di panggung.Meskipun aku adalah korban, aku malah diserang oleh orang-orang.Mereka menduga aku sengaja melakukan ini untuk mencari perhatian di hari debutku, seperti beberapa artis yang sengaja jatuh di karpet merah demi menarik sorotan.Mereka bilang aku sengaja memperlihatkan tubuhku hanya untuk memikat para bos investor di bawah panggung.Sejak saat itu, hinaan dan celaan terhadapku tidak pernah berhenti, sungguh memalukan.Aku melirik ke seluruh ruang tunggu. Georgia Taslim, kapten girlband melemparkan tas berisi kostum panggung ke arahku.Dia berkata dengan dingin, “Kamu yang ganti dulu, jangan berdiri di sini bikin mataku sakit saja!”“Melihatmu saja sudah bikin sial.”Lanjut rekan lain di samping. Hanya Jeslin, asisten kami yang menatapku dengan simpati.Aku menundukkan kepala tanpa berkata apa-apa, tapi senyuman tipis mulai terbentuk saat melihat
Aku menatap ke arahnya sambil tersenyum tipis dan menjawab, “Begitu ya? Berarti itu karena karmamu sendiri.”Nasibku dan Georgia benar-benar telah tertukar.Sekarang, semua ejekan ditujukan kepadanya. Sementara aku malah mendapatkan beberapa kontrak iklan berkat penampilanku yang bagus.Tak lama setelah itu, ibuku meneleponku dengan alasan rindu dan menyuruhku pulang.Mengingat apa yang terjadi di kehidupan sebelumnya, aku hanya bisa tertawa sinis.Rindu padaku? Omong kosong. Dia hanya ingin aku pulang untuk dijodohkan dengan orang di kampung yang kaya mendadak.“Kamu sudah berumur, mau menikah dengan siapa kalau nggak dengan yang lebih tua? Memangnya kamu pantas?”“Rumahnya dekat, mereka juga nggak berkekurangan, kamu sudah cukup beruntung mendapatkannya!”Padahal aku baru berusia dua puluhan, aku sudah mencapai kebebasan finansial. Aku juga cantik dan pintar, lebih unggul dari kebanyakan orang.Namun, kata-kata kejam yang merendahkanku selalu berhasil menusuk hatiku.Sekarang, aku sa
Namun, sebelum usiaku menginjak delapan belas tahun, cita-citaku selalu ingin menjadi seorang pengacara yang berjuang untuk keadilan.Aku terus belajar untuk itu dengan nilai-nilai yang layak memasuki Universitas Utami, universitas terbaik. Hingga di tahun terakhir SMA, ibuku didiagnosis menderita kanker.Saat itulah seorang manajer pencari bakat lewat dan memberiku sebuah kartu nama.Aku meninggalkan semuanya dan tanpa tahu banyak, aku memasuki dunia hiburan. Semua hanya demi mendapatkan uang untuk biaya pengobatan ibuku.Namun, semua pengorbananku tidak membuahkan kasih sayang yang aku dambakan dari ibu.Bahkan setelah sembuh dari penyakitnya, dia malah membenciku karena merasa aku mempermalukan keluarga. Terutama karena perundungan yang aku alami di media sosial juga membuat orang-orang mulai mengolong-oloknya dan adikku.Ketika topik #SofiaSamantaAnakDurhaka heboh dan masuk dalam daftar viral sepuluh besar, aku membalasnya dengan sebuah unggahan.Dalam unggahan tersebut, aku menyer
Lalu, apa gunanya?Aku mengangkat bahu, menatap Georgia dengan pandangan penuh ejekan dan menjawab, “Noda ini akan melekat padamu selamanya, tak akan pernah bisa kamu bersihkan.”“Selama kamu berdiri di atas panggung, akan selalu ada penggemar yang mengingat apa yang telah kamu lakukan.”“Kalau menutup mulut orang-orang itu semudah itu, kamu nggak akan kehilangan empat ratus ribu pengikut dalam semalam.”Kata-kataku benar-benar menghantam titik lemah Georgia.Wajahnya menjadi sangat dingin. Dia memberi isyarat pada anggota girlband lainnya.Mereka mengerti dan segera menutup ruang rias, lalu mengelilingiku.Di ruang rias yang tak dilengkapi CCTV, tindakan kekerasan semacam ini memang sudah menjadi kebiasaan mereka.Di kehidupan sebelumnya, aku sudah terlalu sering mengalami hal semacam ini.Namun sekarang, siapa yang masih takut?Saat Georgia mengangkat cangkir air panas di atas meja dan hendak menyiramkannya ke pahaku, aku hanya tersenyum, lalu dengan cepat mengeluarkan pisau kecil d
Dia mengira aku akan mengungkapkan tindakan penindasannya di depan umum.Namun, hanya melakukan itu di dalam acara konferensi pers seperti ini, tentu belum cukup.Aku menatap lurus ke arah kamera dan melanjutkan, “Aku ingin melaporkan ayah dari Georgia Taslim, kapten girlband AM! Perusahaan hiburannya terlibat dalam pelanggaran pajak besar-besaran. Harap pihak berwenang untuk segera menyelidikinya!”Jeslin juga muncul dari belakang panggung. Dia mengambil mikrofon dan sifat pemalunya kini hilang sepenuhnya.Dengan mata berlinang air mata, dia berteriak lantang, “Perkenalkan aku Jeslin, asisten dari girlband AM. Aku ingin melaporkan tindakan penindasan nggak bermoral yang dilakukan oleh Georgia Taslim! Dia pernah melakukan penindasan di sekolah yang mengakibatkan kematian adikku!”Seluruh ruangan gempar. Tak ada yang menyangka konferensi peluncuran album biasa akan berubah menjadi acara pelaporan skandal besar.Aku dan Jeslin saling bertukar pandang, lalu kami menghapus air mata di sudu
Usai bicara, dia dengan bangga mengirimkan foto kontrak penandatanganan mereka dengan perusahaan tersebut.Aku membuka gambarnya dan melihatnya sekilas.Wah, banyak sekali jebakan-jebakan mengerikan yang terlihat jelas!Di sebuah acara pesta, aku kebetulan bertemu dengan Jimmy, aktor utama dari film terakhir yang aku bintangi.Kabarnya, dia baru saja menerima tawaran untuk membintangi produksi besar lainnya. Masa depannya benar-benar menjanjikan.“Mau aku kenalkan dengan Sutradara Marcel? Mereka belum menemukan peran utama wanita di film barunya,” tawarnya dengan senyuman.Aku tidak menolak, langsung saja dengan berani meminta nomor Whatsappnya.Di perjalanan pulang, Jimmy malah mengirimiku pesan Whatsapp.“Ini kalungmu?”Aku meraba leherku dan ternyata kalung pemberian penggemarku jatuh.Untungnya, Jimmy menemukannya.Namun, rasa lega itu tidak bertahan lama. Tiba-tiba, Jimmy mengirim pesan suara dengan nada serius, “Siapa yang memberimu kalung ini?”“Ini bukan kalung biasa. Ada GPS
Dia berjalan mendekat dengan pisau di tangan.Dalam kepanikan, aku merogoh tas dan menyemprotkan semprotan lada ke arah wajahnya.Aku juga menendang keras ke arah selangkangannya. Ketika dia meringkuk kesakitan, aku segera menyemprotkan lagi ke arah Georgia.Mereka berdua terkena semprotan lada dan tidak bisa membuka mata. Sementara aku berlari ke pintu darurat untuk melarikan diri.Dengan sekuat tenaga, aku berlari seolah-olah nyawaku bergantung pada kecepatan ini.Tak lama, mereka kembali mengejarku dengan amarah yang meluap-luap.Aku tahu, jika aku tertangkap oleh mereka, kematianku kali ini akan jauh lebih mengenaskan daripada kehidupan sebelumnya!Lantai demi lantai, aku terus berlari.Namun, jarak antara kami semakin dekat.Hingga akhirnya, aku terjatuh dan terkilir di tangga, tubuhku berguling ke bawah.Harapanku padam, tawa gila mereka menggema di sekitarku.“Lari, kenapa kamu nggak lari lagi?”Pisau buah di tangan mereka diletakkan di leherku. Sensasi dingin dari logam itu mem