Share

Bab 3

Aku menatap ke arahnya sambil tersenyum tipis dan menjawab, “Begitu ya? Berarti itu karena karmamu sendiri.”

Nasibku dan Georgia benar-benar telah tertukar.

Sekarang, semua ejekan ditujukan kepadanya. Sementara aku malah mendapatkan beberapa kontrak iklan berkat penampilanku yang bagus.

Tak lama setelah itu, ibuku meneleponku dengan alasan rindu dan menyuruhku pulang.

Mengingat apa yang terjadi di kehidupan sebelumnya, aku hanya bisa tertawa sinis.

Rindu padaku? Omong kosong. Dia hanya ingin aku pulang untuk dijodohkan dengan orang di kampung yang kaya mendadak.

“Kamu sudah berumur, mau menikah dengan siapa kalau nggak dengan yang lebih tua? Memangnya kamu pantas?”

“Rumahnya dekat, mereka juga nggak berkekurangan, kamu sudah cukup beruntung mendapatkannya!”

Padahal aku baru berusia dua puluhan, aku sudah mencapai kebebasan finansial. Aku juga cantik dan pintar, lebih unggul dari kebanyakan orang.

Namun, kata-kata kejam yang merendahkanku selalu berhasil menusuk hatiku.

Sekarang, aku sadar bahwa semua itu hanyalah manipulasi untuk mendapatkan mahar tinggi.

Aku mengganti nomor ponsel, langsung memblokir ibu dan adikku, termasuk menghentikan uang bulanan sebesar delapan puluh juta yang selama ini kuberikan.

Di kehidupan ini, aku takkan lagi menjadi sapi perah mereka yang terus diperas!

Setelah sadar bahwa telah diblokir, ibuku mulai panik dan berusaha menghubungiku dengan berbagai cara.

Dia bahkan nekat mendatangi lokasi syuting tempatku bekerja.

Kebetulan, hari ini aku sedang syuting adegan jatuh ke air dan diselamatkan oleh pemeran utama pria.

Ketika aku diangkat keluar dari kolam yang dingin oleh pemeran pria, tiba-tiba ibuku muncul entah dari mana.

Melihatku mengenakan gaun tipis, seluruh tubuh basah kuyup, terbaring di pelukan seorang pria, dia langsung marah besar.

Tanpa berkata apa-apa, dia langsung menarik rambutku dan menamparku dengan keras.

“Bagus! Ternyata kamu sedang melakukan hal menjijikkan semacam ini!”

“Benar-benar kelewatan! Berani sekali nggak mengangkat teleponku, kamu sudah merasa hebat menjadi artis!”

“Kamu hanya wanita murahan yang naik daun karena menjual diri! Lebih baik cepat menikah dan jadi ibu rumah tangga saja, jangan mempermalukan wajah Keluarga Starla!”

Asistenku, Jeslin hanya bisa meringis. Dia tahu Yimel adalah ibuku, jadi dia mengizinkannya masuk.

Tak disangka, ibu kandungku sendiri datang hanya untuk membuat keributan!

Semua orang menutup mulut mereka sambil menonton kejadian itu.

Saat tamparan berikutnya hampir mendarat di wajahku, tiba-tiba seseorang mencengkeram lengan Yimel.

Aku menoleh dan melihat bahwa itu adalah Jimmy Losi, pemeran utama pria.

Dia Mengeluarkan ponselnya dan tampak nomor polisi di layar, kemudian dia berkata, “Berani sekali memukul orang di tempat umum, kamu nggak tahu aturan hukum?”

Ibuku memandang remeh dan menjawab, “Aku ini ibunya! Apa salahnya memukul anakku?”

“Benarkah?” jawab Jimmy menyipitkan matanya. Perlahan intonasinya menjadi dingin, “Lalu bagaimana kalau waktu syuting terganggu karenamu? Siapa yang akan menanggungnya?”

“Biaya lokasi untuk satu jam saja tiga ratus juta dan biaya gaji staf di lokasi ini setidaknya enam ratus juta.

“Bagaimana kalau kita lapor polisi dan menghitungnya lebih rinci?”

Barulah ibuku panik. Meminta uang darinya sama saja dengan menyiksanya!

“Sofia Samanta, tunggu saja kamu!” ujar ibuku sambil melotot tajam ke arahku dan langsung kabur.

Jimmy ingin melepas jaketnya dan memberikannya kepadaku.

Dengan suara gemetar, aku mengucapkan terima kasih.

Aku mengira setelah kejadian ini, ibuku akan diam beberapa hari.

Namun, tak disangka malam itu juga dia membuat akun dengan nama “Ibunda Sofia Samanta” di Instagram dan mulai mengumbar cerita tentang betapa durhakanya aku sebagai anak.

Semua orang terkejut. Karena menurut postingan ibuku, aku adalah anak yang sangat kejam. Aku memutuskan hubungan dengan keluarga dan tidak peduli sama sekali pada ibu kandung yang sedang sakit kanker.

“Aku sudah susah payah membesarkan anakku hingga menjadi bintang terkenal, tapi dia malah langsung melupakan aku, ibundanya!”

“Benar-benar anak durhaka!”

Postingan itu menimbulkan kehebohan di dunia maya dan perundungan terhadapku sebagai anak durhaka semakin menjadi-jadi.

Ibuku bahkan menggunakan popularitas itu untuk memulai siaran langsung, di mana dia bersama netizen mencaci maki dan menjelek-jelekkanku.

Aku pun mengirim pesan pada ibuku, “Bagaimana rasanya menikmati keuntungan dari penderitaan anak kandungmu sendiri?”

Dengan bangga, ibuku membalas, “Bukankah kamu suka menjadi artis terkenal dengan menjual diri?”

“Aku akan memusnahkan semua itu.”

Aku? Suka jadi artis?

Aku memejamkan mata dan rasa sakit yang getir kembali membanjiri hatiku.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status