Share

Kabar Buruk

Penulis: devarisma
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-07 17:28:42

Setelah berpuluh kali membolak balik benda pipih itu. Tangannya gemetar, hatinya bergemuruh. Kabar yang di bawanya tentu bukan kabar baik untuk keluarganya. Tapi kini langit Jakarta sudah lepas dari pandangannya. Dia hampir mendarat di Kuala Namu. Tapi, dia belum berani menghubungi orang tuanya. 

Tentu menjadi boomerang tersendiri. Mahra dan Refans sudah tidak pernah pulang hampir dua tahun. Tiba-tiba pulang tanpa bersuami. Perempuan 27 tahun itu menghembus napas kasar. Hatinya tak menentu. Tapi, sejak talak menjulur begitu saja dari mulut Refans. Hanya satu yang ingin dia lakukan. Memeluk sang ibu. Dia sangat merindukan dekapan hangat itu. Dekapan tulus tanpa karena. Entahlah, apapun yang terjadi dia akan segera sampai ke kota kelahirannya. Mau tidak mau dia harus segera menghubungi keluarganya.

“Mak, Mahra  sudah di Bandara Kuala Namu. Sebentar lagi sampai Banda. Jemput Mahra ya, Mak?” sebuah pesan mendarat di telpon selule Meilinda. Sang Ibu terkejut bukan main. Berulang kali perempuan berprofesi dokter itu membaca ulang pesan dari putri semata wayangnya. Baginya berita kepulangan Mahra sesuatu yang sangat membahagiakan.

“Baik, Mahra. Mak menunggumu,” dia membalas pesan anaknya dengan perasaan bahagia. 

Perempuan berkepala lima itu segera mengemaskan barang. Untuk segera pulang mempersiapkan segala sesuatu menyambut anak dan menantunya itu.

Dia juga heboh menelpon kedua putranya.

“Mal, pulang ke rumah ya nanti malam bawa anak istri. Mahra dan suaminya sudah sampai Kuala Namu”

“Angoh, pulang ke rumah ya! Adekmu, Mahra sudah pulang,” 

Dia sangat berharap kepulangan anak menantunya akan disambut hangat oleh seluruh anggota keluarga. Dalam pikiran dia terus mengancang-ancang masakan yang akan dihidangkan untuk Mahra dan Refans.

**

Jam 17:30 WIB, pesawat yang ditumpangi Mahra mendarat di Bandara Iskandar Muda. Ragam gejolak yang dia rasakan. Semakin dekat pintu exit semakin besar beban yang mengantung di pundaknyanya. Rasanya, tengkuknya bagai dicengkram hebat. 

 Tentu saja kabar yang dia bawa  akan mengejutkan keluarga. Serta akan menyayatkan hati mereka. Tidak bisa dibayang bagaimana kedua abangnya kan mengamuk ketika mendapat kabar itu. 

Tapi dia ingin segera merengkuh tubuh ibunya. Menumpah segala rasa dalam dekapan terhangat itu. Apapun keadaan saat ini, dia yakin orang tuanya akan bersikap bijak.

Mahra tidak pernah berpikir, bahwa perceraian adalah akhir dari kehidupannya.

Sepanjang perjalanan di udara, wajah tak lekang dari padangannya. Mahra tidak bisa melupakan begitu saja. Saat-saat terindah bersama Refans. 

 Mahra selalu men-suport sang suami. Refans setiap saat mengabari istri dari kantor. Menyuruhnya masak ini itu kesukaannya. Dia sangat gembira meskipun ibu mertua dan iparnya memang dari awal sudah tidak suka padanya.

Tahun kedua menikah,  Refans dipercayakan menjadi CEO karena ayahnya sudah sakit-sakitan. Waktunya bersama Mahra semakin padat. Tapi, Refans masih bersikap hangat padanya. Tidak ada perkataan kasar. Meskipun keputusan-keputusan Refans kerap membuatnya bagai terkurung dalam sangkar. Dia dilarang bekerja, bahkan menulis sekalipun. Dilarang mengembangkan diri. Juga tidak boleh bergaul kesana sini. Tugasnya hanya satu memasak dan menyiapkan segala keperluan sang suami. 

Waktu merangkak begitu cepat, titik jenuh hubungan Mahra dan Refans mulai tampak. Apalagi saat Mahra belum bisa hamil diusia pernikahannya sudah dua tahun. Dia kerap divonis mandul oleh dokter. Hal tersebut, membuat mertuanya sering menghinanya secara terang-terangan.

Mahra mulai merasa sikap Refans yang berbeda. Jarang pulang, kalau pulang marah-marah. Semua yang dikerjakannya selalu salah. Bahkan tak segan-segan Refans mulai menghinanya dengan perkataan yang sangat menyakitkan. Mahra bersabar dengan tidak menceritakan pada siapapun. Bahkan ibunya sendiri.  Dia ingat bahwa urusan rumah tangga tidak boleh dibeberkan kemana-mana.

Semakin hari, sikap Refans dan ibunya semakin zalim. Refans semakin mengagung-agungkan popularitasnya. Semakin angkuh dan kejam. Bahkan sudah beberapa kali melakukakn tindak kekerasan padanya.  Dia masih pada mulanya, tetap bersabar. Berharap waktu akan memperbaiki hubungan mereka.

Ternyata, Tuhan mendengar doa orang terzolimi. Dengan cara spontan, dengan alasan yang sepele Refans mengucapkan talak untuknya. Hanya karena takut perusahaannya bermasalah, dia mentalak Mahra dengan talak tiga. 

**

Dari pintu keluar Mahra sudah melihat ibu ayahnya dan kakak laki-laki keduanya. Ibunya celingak-celinguk memperhatikan orang-orang yang keluar dari pesawat. Meilinda merasa janggal, kenapa Mahra hanya sendiri. Semakin mendekat, semakin nampak jelas anak perempuan mendorong koper seorang diri. Mereka langsung tenggelam dalam pelukan. Semua memeluk Mahra dengan penuh rindu.

“Refans mana, Nak?” tanya ayahnya.

Mahra sejenak terdiam. Tangannya mengelus-elus pucuk kepala keponakannya yang sangat menggemaskan. Pak Burhan masih menunggu jawabannya.  Mahra menggelengkan kepala. Lidahnya kelu, dia tidak ingin merusak emosi para keluarganya yang senang bersuka cita atas kepulangan dirinya. 

Pak Burhan terdiam, menatap lurus ke depan, ada firasat buruk yang mulai menjelma batinya. dia sedang menerka-nerka. Sebagai seorang ayah yang sangat merindukan anak perempuan mereka satu-satunya.

 “Barangkali menantunya sangat sibuk sehingga terpaksa membiarkan istrinya pulang sendirian. Eh, tapi sedang tidak ada moment apa-apa. Kenapa tiba-tiba Mahra pulang?”

Berbagai kemungkin terpikir dalam benak Pak Burhan. Matanya fokus ke depan saat mobil melaju membelah jalan Banda. Hanya tiga puluh menit, mereka sekeluarga sudah sampai di halaman rumah. Rumah yang penuh ketrentraman.

Saat menikmati makan malam, suasana begitu hangat. Semuanya nampak berbahagia apalagi kakak tertuanya sudah pulang juga dari rumahnya . Tiba-tiba Mahra melihat bebek bakar kesukaan Refans, tentu ibunya menyiapkan untuk Refans. Karena di rumah itu tidak ada yang suka bebek.

“Oh ya, Dek. Refans kemana kok nggak pulang?” tanya Jamal abang paling tua.

Semua mata tertuju pada Mahra yang nampak membisu.

“Iya lho, Dek. Takkan dia sibuk sangat sampai-sampai kalian nggak pulang-pulang.  Lagian bukannya jauh kalipun, Bandung itu bisa bolak-balik seminggu tiga kali, lho,” tambah Akmal.

Mahra masih terdiam, matanya sudah berkaca-kaca. Dia kerahkan semua tenaga untuk menenangkan dulu abangnya.

“Abang kita siapkan makan dulu, biar Mahra jelaskan!” Dia yang sudah tak berselera melanjutkan makan. 

**

Mereka duduk di ruang tengah sambil menikmati kopi hangat dan cemilan buatan meilinda.

“Mahra sudah resmi diceraikan Bang Refans.” Napasnya tertahan, tangisnya seketika pecah lagi.

“Apa? Kamu Dek sedang tidak main-main kan?” tanya Akmal.

“Dek, jangan main-main ini persoalan serius?” tanya Jamal yang nampak keheranan.

  “Iya, kami sudah bercerai.” Suara Mahra sudah terdengar serak.

 “Apa-apaan ini Dek, kau dibawa baik-baik dari rumah ini. Sekarang kau pulang sendirian, dasar lelaki bajingan. Aku tidak terima kamu diginiin!” ucap Akmal sambil mengepal tangannya.

 ”Sebenarnya masalah kalian apa, Dek? Sampai berujung ke perceraian seperti ini?” sambung Jamal.

Mahra nampak tergugu, tubuhnya berguncang dalam pelukan ibunya. Dia sudah tidak bisa lagi bercerita. Sedang Pak Burhan terpaku menatap putrinya penuh iba.

Sejenak, Mahra menarik napas. Lalu bercerita.

“Dasar laki-laki bajingan. Aku akan membuat perhitungan dengannya!” geram Akmal sambil mengepal kedua tangannya.

“Sabar Angoh!” Pak Burhan menenangkan anak keduanya.

“Ayah, hatiku panas. Karena demi kepentingan perusahaan dia rela menjatuhkan talak pada Mahra. Dia itu egois!” sahut Akmal.

“Memangnya dia ada masalah apa di perusahaan? Sampai harus menceraikanmu Dek?” tanya Jamal lagi.

“Bang Refans selingkuh dengan istri seorang lawan bisnisnya!” jelas Mahra.

Semua semakin tidak menyangka. Sesadis itu akhir rumah tangga Mah

“Mahra, apapun hari ini keputusannya. Kalian sudah bercerai. Kini, Ayah harap Mahra tetap menjadi Mahra yang kuat, yang hebat. Ikhlaskan sesuatu yang sudah bukan menjadi milikmu lagi,” ucap Pak Burhan dengan bijak sembari tangannya memeremas hangat tangan lembut putrinya. Meilinda semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh putri semata wayangnya.

Bab terkait

  • Setelah Hujan Bulan Desember   Maaf

    Di ruang kerjanya yang bertingkat, Angga merebahkan punggung ke sofa. Badannya bagai dicengkram oleh sesuatu yang berat. Sedangkan hatinya terasa mengembun sesuatu yang membuatnya ngilu. Kenapa primadona hatinya yang tiba-tiba muncul di hari sangat kurang tepat. Belum lagi, Angga sendiri menjadi dalang atas berakhirnya rumah tangga Mahra si Nona Aceh itu.Angga menatap langit-langit yang abu-abu. Membayangkan hancurnya hati Mahra terhadap sikap Refans. Dia menggigit gerahamnya, geram. Laki-laki jakung itu sangat benci kepada lelaki yang suka mempermainkan hati wanita. Apalagi wanita baik-baik seperti Asyuratul Nadia Mahra.Angga berlari kecil, wajahnya gelisah. Tanpa berbicara sepatahpun dengan orang kantornya, dia keluar kantor hendak mencari Mahra. Dengan perlahan dia memutar pedal mobil hingga mendekati pagar rumah yang terbilang mewah. Senyap, tidak ada tanda-tanda keberadaan orang di dalam sana, hatinya berkecamuk. Kemana Mahra? Sudah dua kali dia ke rumah itu. Baru beberapa hari

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-07
  • Setelah Hujan Bulan Desember   Hamil

    “Ini pasti salah! Aku nggak mungkin hamil!” guman Lira seorang diri di kamar mandi. Dia baru saja melakukan tes pack.“Tapi, ini garis dua lho!” ujarnya lagi sembari melihat lebih jelas pada benda di tangannya.“Ya Tuhan, ini gawat!” dia terus memperhatikan alat tersebut. Sangat jelas di sana, dua garis merah muncul cukup kentara.Lira segera mengecek kalender.“Yah, aku udah telat dua bulan!” dia seraya menutup mulutnya.Bayang-bayang hubungannya dengan Refans.“Ini pasti anak Refans?” pikirnya lagi. “Mana mungkin anak Mas Angga. Dia bahkan setahun menikah tidak pernah menyentuhku!”“Tapi bener nggak sih anak Refans?” Lira nelansa. Karena seingatnya, juga pernah dugem beberapa kali hingga ke menghabiskan malam panjang dengan laki-laki tersebut.Dia menatap nanar ke jendela yang terbuka. Menautkan alisnya, berpikir keras, kemana harus diminta pertanggung jawabkan kehamilannya. Angga tidak sebodoh itu, jika harys rujuk lagi dengannya hanya karena dia hamil.Kehidupannya sangat kacau. K

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-13
  • Setelah Hujan Bulan Desember   Kenyataan

    “Papa tidak mau tahu, kamu harus mencari investor baru untuk perusahaan kita!” tegas Yatma.Lira nampak ciut, bukan mudah mencari investor sekelas Angga. “Itu semua gara-gara kelakuan bodohmu. Sudah punya suami ganteng-ganteng kaya lagi masih aja selingkuh! Dasar bodoh!” umpat Maria ibunya Lira. Mereka sangat kesal dengan sikap putri mereka yang menimbulkan kerugian besar. Perlu diketahui bahwa pernikahan Lira dan Angga merupakan pernikahan bisnis Antara Yatma dan Muhar.“Angga itu di…”“Stop, Papa tidak mau dengar ocehanmu.” Yatma pergi dari ruang tamu menuju ruang kerjanya. Dia sangat frustasi mengingat keadaan perusahaan yang diambang kebangkrutan.“Kamu memang anak tidak tahu diuntung, bisanya Cuma buat orang kesusahan saja.” Maria menatapnya tajam, lalu meninggalkannya seorang diri.“Ah sialan. Ini semua gara-gara Angga. Kenapa pula dia harus menceraikanku? Tapi, Refans juga harus bertanggung jawab dia telah memutar balik semua ini.” Lira bergumam sendiri.“Arrrrgh sialan. Seka

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-13
  • Setelah Hujan Bulan Desember   Ancaman

    “Kenapa aku tidak menemui Papa mertuaku. Bukankah dia sangat menyayangiku! Aku akan membujuknya. Tentu dia sangat senang jika tahu kalau aku hamil! May bee?” pikir Lira di tengah hatinya yang sangat buruk. Lira segera memutar arah ke rumah mantan ayah mertuanya.Bunyi klakson bertalu-talu, membuat satpam pun mendongak di sana.“Ada apa?” ujar Joko dengan ketus.Lira sangat kesal dengan sikap Joko seakan dia tamu tak dikenal.“Heh Joko buka pintu jangan songong begitu lo! Lo cuma satpam di sini!” sembur Lira dengan kesal.“Maaf Tuan Angga sudah meningatkan saya untuk tidak membuka pintu jika ada yang datang bernama Lira.” Joko bersikap seakan tidak mengenali Lira.“Woi sialan lo bajingan. Buka nggak! Gue tabrak ni!” teriak Lira lagi sehingga dia adu mulut dengan Joko yang ngotot tidak mau buka. Keributan itu di dengar Muhar. Dengan pelan-pelan dia mendekati pintu. Joko segera berlari menuju Muhar yang duduk di atas kursi roda.“Siapa yang datang?” tanya Muhar dengan lembut.“Itu Tuan,

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-13
  • Setelah Hujan Bulan Desember   Sahabat

    Sepagi itu, jam 6:45 WIB. Cika sudah menjadi salah satu orang pemburu waktu di jantung Kota Jakarta. Karena diprediksinya, hari senin akan lebih macet dari biasanya. Sedangkan dia harus sampai ke kantor penerbit lebih cepat pada hari tersebut. Keadaan Kota metropolitan ini benar-benar menyesakkan napas. Untuk orang-orang yang memiliki prinsip on time seperti Cika. Kedisplinan waktu baginya, merupakan anak tangga pertama yang harus diinjak oleh orang-orang yang berharap sukses dalam karirnya.Selepas tamat SMA. Perempuan berdarah Manado tersebut hanya ingin kuliah. Agar bisa mengangkat derajat kelas status sosialnya yang lebih baik. Di awal-awal berada di kota Jakarta tersebut. Tidak lantas membuatnya hanya menunggu kiriman orang tuanya, yang hanya petani biasa. Lima belas hari, setelah diterima di kampus swasta tersebut. Dia bekerja paruh waktu disebuah rumah makan sebagai tukang cuci. Tidak begitu besar, hanya menerima lima ribu per jam kerjanya.Rumah makan yang menerima Cika bekerj

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-14
  • Setelah Hujan Bulan Desember   Reward

    Angga : “Ayah tidak apa-apa?”Muhar “Tidak apa-apa. Ayah hanya shock aja kemarin. Lira sangat ganas tidak seperti ayah kira.”Angga : “Itulah kenapa Angga nggak ngizinin dia masuk. Perempuan itu nekad.” Muhar : “Ayah yang menyuruh Joko membuka pintu. Ayah tidak berpikir sejauh itu. Maafkan ayah!” Angga : “Sudahlah Yah. Ayah istirahat saja. Besok Angga baru pulang ke Bandung.” Muhar : “Iya Nak. Hati-hati. Jaga kesehatan.”Angga : “Iya yah. Ayah juga jaga kesehatan.”Angga menutup teleponnya. Angga segera memutar mobil untuk bertemu dengan Cika.Hanya tiga puluh menit. Dia sudah tiba ruangan Cika.“Kamu harus cerita detail padaku!” pinta Cika.Semua cerita Angga membuatnya ternga-nga. Apalagi kalau mereka sama-sama sudah bercerai.“Cik, aku ingin menyiapkan tiket holiday untuk Mahra. Gimana menurut kamu?” ujar Angga.“Wow, good idea. Berarti sudah saatnya kamy menyambarnya secara langsung face to face,” Cika senang mendengarnya.“Tidak, Cik. Aku masih ingin memberikan hadiah ini secar

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-14
  • Setelah Hujan Bulan Desember   Spain

    Di pagi yang cerah Mahra tergesa-gesa memeriksa kopernya. Berkali-kali melirik arloji. Tinggal satu jam lagi keberangkatannya ke Spanyol. Meninggalkan kota Banda Aceh. Tidak lama. Hanya dua minggu.Tiket Holiday yang diperolehnya secara cuma-cuma dari penerbit. Mahra tidak pernah berpikir. Bahwa tidak ada penerbit yang pernah memberikan hadiah sebesar itu kepada penulisnya. Selaris apapun bukunya. Penerbit hanya akan menambah persen royalty, jika buku seorang penulis semakin laris.Burhan sempat bertanya-tanya tentang itu. Tapi sepertinya itu hal yang wajar saja. Mungkin saja, penerbit ingin menumbuh semangat kepada para penulis. Barangkali, putrinya salah satu yang paling beruntung diantara yang beruntung.“Sudah siap, Nak?” tanya Meilida“Sudah, Mak.” Mahra meyakinkan diri tidak ada lagi yang ketinggalan.“Coba diingat-ingat lagi apa yang belum dimasukin ke koper?” perintah Meilinda lagi.Mahra kembali ke catatan kecil berupa list barang-barang yang akan dibawa. Semuanya sudah dicet

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-14
  • Setelah Hujan Bulan Desember   Surat Dari Orang Tak Dikenal

    Setelah puas mengelingi kota Madrid. Mahra beranjak ke kota Barcelona. Kemudian menjelajah seluruh sudut negara Spanyol. Seorang diri tanpa ada seorang pun yang dia sebut cinta. Cinta, baginya kadang-kadang begitu menyebalkan dan menyakitkan. Tapi, kini dia sudah kehilangan separuh cinta. Cinta yang sudah diperjuangkan pergi begitu saja. Tanpa sedikitpun menghargai rasanya yang tulus dan ikhlas.Mahra menikmati perjalanannya ke kota yang terkenal dengan sepak bola itu. Madrid dan Barcelona. Dua klub bola paling terkenal di dunia. Bahkan anak-anak di sudut negerinya hafal nama pemain kedua klub ini.Setelah mengunjungi setiap kota. Dua hari digunakan untuk mengistirahatkan tubuh. Sembari menulis jurnal travelingnya. Mahra menertawakan diri sendiri, seorang penulis novel malah berubah menjadi blogger travel.Sebenarnya, Mahra sudah lama mengintip dunia blogging itu. Hanya saja, semenjak memutuskan tidak mempublikasikan tulisannya. Demi mematuhi perintah Refans. Mahra hanya mempelajari d

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-14

Bab terbaru

  • Setelah Hujan Bulan Desember   Pensiun Dini

    Lima tahun kemudian.Tidak terasa waktu bergulir begitu cepat. Kini anak-anak sudah tumbuh menuju dewasa. Si kembar sudah SMA menjelang tamat. Rasa-rasanya, Angga ingin segera pensiun dari pekerjaannya. Dia sudah mempercayai beberapa kerabat dekat untuk mengelola perusahaannya.“Sayang, rasanya aku di rumahnya. Pensiun lebih cepat!” ucap Angga pagi itu setelah anak-anak semua pergi sekolah. Mahra selama tidak memiliki bayi. Sudah kembali aktif menulis.“Terserah Mas! Mahra senang aja kalau Mas di rumah! Apalagi Mas sudah bekerja sejak muda. Pensiun dini lebih baik sebagai bonus kerja keras selama ini!” Mahra menghentikan pekerjaannya. Lalu duduk di sampingnya.“Kamu masih tetap cantik!” Angga menatap sang istri lebih lekat.“Mahra sudah tua, Mas! Sudah ada satu dua uban!” ujarnya tersipu.“Tapi, masih tetap cantik!” Angga menggamit tangan sang istri.“Mas juga masih gagah, orang tidak akan percaya Mas sudah menuju kepala lima!” Mahra membalas tatapan sang suami.“Karena Mas masih gant

  • Setelah Hujan Bulan Desember   Ustazah Alika

    “Total belanjaan Kakak seratus dua puluh ribu!” ucap Kasir.Alika merongong tasnya. Capek dia cari-cari dompet. “Duh kemana sih domper?” keluh Alika.“Kak?” panggil kasir. “Antriannya panjang sekali.”Dia baru sadar ada sepuluh orang sedang mengatri di belakang.“Aduh maaf bang, dompet saya tinggal! Saya transfer aja boleh?” tanya Mahrasambil menahan malu.“Tidak bisa kak, rekening toko lagi bersamalah!” ujar kasir.“Tapi, gimana bang saya nggak bawa dompet!” Alika sudah hampir menangis.Tiba-tiba seseorang meletakkan dua lembar pecahan dua ratus di sana. “Ini sekalian untuk bayaran ustazah ini!” ujar laki-laki itu dengan tenang. Sembari menunjukkan sebotol air mineral dan bisquit.“Oke!” kasir lamgsung mengerjakan tugasnya.Alika masih di sana terpaku. Mengingat sejenak sepertinya pernah jumpa. Tapi dimana? laki-laki dengan penampilan kasual nampak santai dengan celana training, baju kaos jersey dan sepatu olahraga.“Terima kasih Pak!” seru Alika cepat-cepat.“Sma-sama Ustazah!” lak

  • Setelah Hujan Bulan Desember   Potongan Karya Alika

    Bab 1Mengenal Makhluk HidupAlika merupakan siswa kelas III SD. Alika tinggal bersama Ayah dan Ibunya dan adiknya Affa. Affa masih berumur tiga tahun. Alika sangat menyayangi adik Affa.Setiap hari Alika ke sekolah dengan berjalan kaki dengan Dini dan Andi. Mereka tinggal di satu komplek Perumahan Hijau. Dini, Andi dan Alika berteman baik sejak kelas I.“Hari ini kita belajar apa?” tanya Andi sambil mengayun langkah.“Kita akan belajar tentang makhluk hidup,” sahut Alika.“Makhluk hidup itu seperti kita ini, Ka?’’ tanya Dini.“Iya, makhluk hidup seperti kita ini manusia, hewan dan tumbuhan,” jelas Alika sambil menunjuk ke arah pohon yang memayungi jalan yang mereka lewati.“Apa saja ciri-ciri makhluk hidup, Ka?” tanya Andi lagi.“Memerlukan makan dan minum, bernapas, tumbuh dan berkembang biak,” sahut Alika lagi.“Pintar sekali kamu, Ka. Tahu dari mana?” tanya Dini.“Aku baca buku, Dini. Ayah dan Ibuku selalu menghadiahkan aku buku dan mengajakku ke perpustakaan,” jawab Alika.“Nanti

  • Setelah Hujan Bulan Desember   Pengalaman Baru

    Danil sangat kikuk duduk diantara orang-orang yayasan. Dimana penampilannya sangat mencolok. Semua laki-laki di sana menggunakan peci, serta baju koko yang cukup sopan. Belum lagi yang perempuan, membuat dia menjerit seakan sedang terjebak ke dalam tempat yang sangat sulit dia dambakan.Sebelum rapat dimulai. Angga sengaja meminta Danil duduk di sampingnya.“Maaf sebelumnya, Ustaz Ustazah semua. Perkenalkan ini Danil tangan kanan saya di perusahaan. Hari ini kebtulan saya ajak ke sini, untuk mengenal dunia pendidikan lebih jauh!” jelas Angga. Membuat semua orang memperhatikan Danil dengan seksama. Laki-laki dengan postur tubuh proposional. Hitung mancung, alis tebal dan sekilas terlihat berkarisma. Buru-buru ustazah di sana menundukkan pandang. Karena spek laki-laki di depan mereka sangat memukau, bagai artis.Danil agak terkejut dengan penuturan bosnya. Apa ini cara bosnya mengenalkan dia pada ustazah di sana. Rapat berlangsung. Beberapa ustazah menyampaikan laporan mereka. Ada juga

  • Setelah Hujan Bulan Desember   Aku Percaya

    Angga pulang hampir larut. Tidak biasanya dia seperti itu. Namun, beberapa pekerjaan menjelang akhir tahun ini membuat semuanya sibuk. Apalagi dia baru memecat sekretarisnya.“Danil, tolong carikan sekretaris baru untukku! Ingat laki-laki ya!” perintahnya.“Baik, Bos. Akan segera saya dapatkan!” sahut Danil. Danil merupakan kaki tangan ANgga. Namun, dia punya jabatan yang besar di perusahaan itu.“Maafkan saya terkait Sela Bos. Saya menyesal terhadap kejadian yang menimpa Bos!” tambah Danil. Angga sedang bersiap hendak pulang.“Its Oke. Jadi kita lebih waspada ke depan!” sahut Angga. Sekali lagi dia melihat jam di pergelangan tangannya. Sudah menunjukkan jam 12 dini hari. Sudah lama dia tidak lembur selama ini.“Baik, Bos.” Danil menunggu Bosnya keluar dari ruangan.Lalu mereka berjalan beriringan untuk ke parkiran.“Danil, kalau nanti kamu bekerluarga usahakan, melindungi dan menjaga pernikahanmu. Banyak sekali wanita jalangyang mengincar kalau kita punya pekerjaan dan penghasilan y

  • Setelah Hujan Bulan Desember   Penjaga Mama

    Sela keluar dari gedung pencakar langit itu dengan berat hati. Mau gimana lagi, dia benar-benar dipecat secara tidak terhormat. Bahkan bodyguard menyeretnya dengan kasar.“Saya ingin mengambil barang-barang saya dulu!” pintanya memelas karena ada beberapa barang berharganya di sana.“Ingat hanya lima menit kamu sudah keluar dari gedung ini!” tegas bodyguard tersebut. Sela berjalan cepat menuju lift lalu ke ruangannya tepat di samping ruangan Angga, sang CEO.Saat menenteng sebuah kardus keluar dari sana. Dia berpapasan dengan kedua temannya Ani dan Dini. Bukan rasa kasihan yang ditunjukkan malah diejek habis-habisan.“Aduh Sela- sela baru setengah jam lalu, kita bilang apa. Kamu mimpi ketinggian. Kasian sekali. Padahal cita-citanya mau jadi simpanan bos!” ledek Dini.“Memang kamu itu terlalu kepedean tahu. Kamu bisa tuh, incarin om sana, tapi tidak dengan Bos Angga. Dia itu spek setia. Kamu belum lihat istrinya secantik dan sekeren apa. Dibandingkan kamu bukan apa-apa Sel!” tambah Ani

  • Setelah Hujan Bulan Desember   Perihal Sekretaris

    Angga berjanji akan segera memecat Sela pada kedua anaknya. Mereka akan melihat langsung proses itu. Begitu pulang sekolah, Angga menjemput sendiri kedua anak kembarnya itu yang kini sudah masuk sekolah Madrasah Tsanawiyah. Masih dengan baju sekolah mereka diboyong ke kantornya. Memang sejak pagi Sela merasa aneh, bahkan bosnya itu tidak menyapanya sama sekali. Pekerjaan pun tidak ada yang diansurkan padanya. Justru staf lain yang hilir mudik mengantar sendiri.“Kenapa sih Bos?” gumamnya.“Bos mau dibuatkan kopi?” tanya Sela dengan lancang masuk ke ruangnya.“Saya tidak minum kopi, kamu tahu itu kan?!” Angga terus sibuk memperhatikan berkas di depannya tanpa menoleh.“Maaf Bos, yang lain barang kali?” tanya Sela lagi.“Tidak perlu!” jawab Angga puntung.“Untuk makan siang bagaimana Bos?” perempuan itu mendekati meja kerja bosnya. Hari ini dia sengaja memakai kemeja yang agak ketat, dengan hijab dililit ke belakang. Menurutnya cukup membakar gairah seorang laki-laki. Sejak masuk ke san

  • Setelah Hujan Bulan Desember   Perkara Mimpi

    “Ma semalam Kakak mimpi buruk lagi!” seru Alifa setelah duduk di samping ibunya yang sedang memakai wangi-wangian pada anak bungsunya.Mahra menoleh, ini bukan kali pertama Alifa mimpi buruk. Tiga hari yang lalu putri kembarnya itu juga bermimpi buru. Dia bermimpi dililit ular sampai napasnya tersenggal-senggal. Itu dapat dia lihat langsung saat dia memeriksa kamar anaknya. Tiga hari sebelumnya lagi juga demikian. Itu pertama kali si kakak mimpi dikejar harimau besar.“Malam ini mimpi apa kak?” tanya Mahra dengan tenang. Dia bisa melihat putrinya seperti ketakutan.“Mimpi Papa nikah lagi, dan istri baru papa jahat!” Alifa berujar dengan penuh penyesalan.Mahra membeliakkan matanya. Dia memang sempat mencari internet perihal tafsir mimpi. Namun, dia ragu apakah anak remaja seusia alifa mimpinya bisa memiliki makna?“Apa-apa?” Angga yang hanya mendengar ujungnya saja tentu shock bukan main. Mata elangnya menatap sang ayah dengan ganas.“Kenapa Kakak lihat Papa begitu?” tanya Angga. Dia

  • Setelah Hujan Bulan Desember   Kebiasaan Lama

    Sudah dua jam, Mahra duduk di depan laptop. Menulis sebuah artikel. Selama beberapa tahun terakhir, dia membangun sebuah blogger parenting. Cukup berpenghasilan dan maju. Mahra sudah lama tidak menulis buku, karena anak-anaknya masih balita. Dia tidak ingin anak-anaknya kekurangan kasih sayangnya. Membangun blogger tidak begitu sulit dan menguras waktunya. Setidaknya dia masih menulis setiap 3 atau 2 kali seminggu.Dia menyisihkan sedikit waktu ketika putranya tidur atau bermain dengan orang lain. Seperti malam ini karena putra bungsunya sedang asyik bermain dengan Angga. Angga nampak piawai bermain dengan si bungsu yang baru bisa berdiri, bahkan sesekali sudah bisa mengangkat langkah dengan gemetar. Sedangkan ketiga anaknya lagi sedang belajar mengaji di mushalla rumahnya. Angga sengaja memanggil orang ke rumah. Ketiga anak itu punya guru yang berbeda. Berdasarkan tingkatan mereka belajar.Si kembar sudah belajar kitab kuning dan fasahah alquran. Sedangkan Alesya masih di iqra’. Sese

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status