Setelah kejadian itu, hari di mana Naomi merasakan kehilangan melingkupi semangat hidupnya. Kini, tidak ada lagi Naomi Aksara yang cerewet dan suka memerintah. Tidak ada lagi Naomi Aksara yang bersemangat kala menyambut pagi untuk mandi dan meminta di buatkan sarapan. Tidak ada lagi Naomi Aksara dengan suara cemprengnya berseru untuk pergi ke sanggar tari.Semuanya telah berganti dengan suasana dingin yang mencekam. Tidak adanya kehangatan di rumah besar Ardika meski lampu-lampu mewah bergelantungan. Penghuninya tidak lagi pandai membangun karakter meski ruang obrolan begitu lebar terbuka.Yang tersisa kini hanyalah Naomi yang asik dengan mainannya. Naomi yang begitu betah mengurung diri di kamarnya dan keluar jika ada keperluan. Makan pun lebih banyak dilakukan di dalam kamarnya. Bi Sinah jadi punya tugas tambahan untuk putri majikannya.Jika dulu—atau kalau masalah ini tidak pernah mendera keluarga Aksara, bi Sinah akan mengumpat dan merutuki kelakuan Naomi yang persis setan. Memint
Begitu cepatnya beranjak. Dari detik ke menit. Menit ke jam. Jam bergulir berganti hari. Hari ke minggu. Minggu ke bulan. Bulan menjadi berbulan-bulan dan tahun berganti. Semua itu tak lepas dari perputaran waktu yang lejitannya secepat meteor jatuh.Dan selama itu pula, perasaan Rambe tak pernah berubah. Kian bertumbuh iya. Kadarnya tidak sedikitpun berkurang apalagi terbagi. Melewati hari-hari terberat dalam hidupnya, kini titik itu menyeretnya pada kenyataan yang paling membahagiakan hidupnya.Ingat kalimat: ‘memulai denganmu tidak ada salahnya.’Benar. Tepat sekali. Kalimat penuh ajakan itu tengah merundung hatinya. Bahwasannya Ayana Kalias mau dengan terbuka menerima dirinya. Yang meski Rambe ketahui takkan mudah mendapatkan hati perempuan berstatus sebagai sahabatnya itu—mantan—dulu.Yang saat ini sedang menggoda Rambe habis-habisan sehingga embusan napasnya berkejaran dan detak jantungnya tak beraturan. Ayana… benar-benar diluar ekspektasinya selama mereka mengenal. Perempuan j
Ingat saat di mana masa-masa sulit menghampirinya?Sebagian orang akan menganggap itu bencana bahkan mengutuknya dengan kejam. Mencaci maki takdir Tuhan yang tak pernah bekerja sesuai garisnya. Membenci Tuhan bahkan sampai marah lekas melupakan. Seolah tidak sadar siapa penguasa di sini. Siapa yang memiliki alam raya seisinya dan siapa yang berhak mengambil dalam satu kali jentikan jari.Begitulah manusia. Yang kadang suka lupa dan berbuat sesuka hati. Inginnya di mengerti namun enggan untuk mengenal bagaimana caranya mengerti. Meminta di pahami namun berbuat semena-mena seolah sudah yang paling benar. Seolah memang dirinyalah yang paling bisa dan tahu segalanya.Itu hanya sisi dari sebagian manusia yang enggan bersyukur. Tidak tahu caranya berterima kasih dengan benar dan menikmati apa yang sedang Tuhan berikan. Aturan, jika mereka mengenal konsep Tuhan, takkan ada rasa benci apalagi mulut yang mengumpatkan kalimat-kalimat kotor. Tuhan kok di salahkan. Lucu, kan?Namun ada juga manus
Adalah Dante yang sangat merasa bahwa hidupnya lebih dari sempurna.Bagaimana tidak?Semua angannya tercapai. Impiannya terpenuhi dengan jalan mulus tanpa satu pun penghalang. Semua duri yang menghalangi telah Dante singkirkan. Tidak peduli apakah ada karma di kehidupan selanjutnya atau tetap baik-baik saja seperti sekarang ini.Adalah Dante yang begitu memuja putri pertamanya. Bersama Ardika Aksara—dulu—yang Dante jadikan senjata agar bisa memiliki lelaki itu.Armina Aksara berumur dua tahun setengah. Parasnya yang cantik dengan rambut kecokelatan alami. Khas milik Ardika ada di Armina. Tubuhnya yang gendut sangat menambah kesan bahwa bayi itu amatlah sehat. Dan gigi-giginya yang mulai memenuhi mulutnya. Keseluruhan lukisan di wajah Armina adalah perpaduan milik Ardika dan Dante.Sebelum ini, kehidupan Dante tak bisa dikatakan baik-baik saja. Memulai dari drama kehamilan yang itu hasil benihnya Ardika. Dilanjutkan dengan status istri siri yang sangat menguras tenaga. Olokan demi olok
Tak banyak yang bisa Maha lakukan selain diam dan menjadi pengamat. Dalam drama, lakon-lakonnya tengah Maha jalankan. Peran-perannya sudah sesuai seperti dalam narasi. Alurnya juga campuran karena mengungkap banyak misteri yang perlu di sibak. Tidak mudah namun menyerah bukan jalannya.Belum tahu bagaimana hasil garapannya. Tapi mencoba selalu yang Maha lakukan. Kunci keberhasilannya selain memilih bertahan dalam pertarungan, Maha punya jutaan cara untuk tidak pernah berhenti berusaha. Dan di sinilah hasil akhirnya.Setelah lelah yang mendera menuntut dirinya menjadi seorang sutradara. Maha bisa menikmati dengan napas yang terhela teratur.“Semua infonya valid. Kemungkinan besar ada campur tangan dari pihak keluarga Mija yang tak kasat mata.” Jelas Mira—asistennya. Wanita paruh baya yang telah bersama Maha sejak berdirinya perusahaan. “Tapi jika ditelusuri lebih detail, buktinya mengarah ke Aksara.”Kejutan. Maha hendak marah awalnya. Mendengar kata ‘kemungkinan’ yang lebih terkesan k
Pulang ke rumah menjadi yang sangat malas untuk Naomi lakukan. Selain malas berurusan dengan mama tirinya, Naomi benci sebenci-bencinya kepada balita seumuran Armani.Sebenarnya tidak ada yang salah dengan bayi tersebut. Namun karena sudah terpatri di otak Naomi bahwa posisinya tergeser dengan kehadiran makhluk kecil itu, jadilah selamanya terdoktrin di pikirannya.Kini, Naomi benar-benar menjadi seorang kakak yang kejam. Pernah suatu hari berkata: karena bayi itu yang membuat mama Pulung pergi dari sini. Karena Dante membuat papanya berpisah dengan mama Pulung. Sungguh, Naomi tidak banyak bicara namun sekali berucap tajamnya pisau bisa mengalahkan segalanya.Bukan bermaksud menyalahkan apa yang sudah terjadi. Tidak tahukan pikiran para orang dewasa bahwa Naomi hanya bocah berumur lima tahun yang sedang iri-irinya melihat semua kawannya menggandeng ibunya? Tidak tahukah para orang dewasa bahwa menjadi ada di dunia ini tanpa kehadiran seorang ibu sangat Naomi benci? Tidak tahukah para
Bagi Maharaja yang memiliki sejuta kesakitan dalam hidupnya, di sodori nasihat: pilihlah pasangan yang membuat hatimu tenang. Yang menempatkan dirimu di dalam hatinya. Yang mau mendengarkan segala keluh kesahmu tentang dunia. Pasangan yang bersedia ada bersamamu dalam suka dan duka. Serius, itu menyenangkan. Meringankanmu dalam segala hal di tiap perjalanan.Tentu saja kakinya menjadi sangat kaku. Pulung bukannya menyambut dengan suguhan makan malam atau segelas air mineral. Justru berceramah perkara dirinya yang terus melajang. Padahal jika perempuan itu tahu karena siapa dirinya menjomblo… tamat sudah riwayatnya.Sekali ini saja Maha berbuat baik. Berbesar hati untuk tidak menambah muatan di pikiran Pulung. Biarkan saja dulu ibu satu anak itu fokus pada Baraja. Toh jika harus Maha lamar Pulung di waktu yang sudah tepat dan matang, ada dukungan Bara di dalamnya. Bocah dua tahun itu sangat mengidolakan Maha. Bukan hendak sombong namun begitu fakta bekerja.“Memangnya sulit cinta sama
Pagi-pagi sekali melihat cucu pertamanya berada di kediamannya, Aksara tersenyum bahagia. Begitu juga dengan Naomi yang berlari masuk ke dalam dekapan sang opa.“Omi kangen opa,” ujarnya.Lekas Aksara peluk bocah tujuh tahun itu. Melayangkan tubuhnya ke udara. Meski sudah berumur, nampaknya kesehatan selalu Aksara terapkan. Olahraga rutin dan mengonsumsi makanan sehat menjadikan tubuhnya tetap bugar di usia senja.“Opa juga kangen Omi. Kangen banget.”Jika sudah di sandingkan, kedua orang ini takkan melihat sekitarnya. Mereka lebih terlihat seperti ayah dan anak, terkadang. Lalu berganti seperti kawan akrab yang sedang bertukar pikiran memecahkan masalah. Kedua alis masing-masing akan berkerut bersamaan. Tidak heran, kekompakan mereka tiada tandingan.“Makan dulu,” tegur Mija. Wanita paruh baya yang makin bersinar di usia tuanya berseru lumayan kencang. Suami dan cucunya sangat tidak bisa di kendalikan. “Opa juga. Omi, oma masak kesukaan kamu.”“Wah!” Keduanya bersamaan berlari. Bahka