Hari berganti hari, minggu berganti minggu. Di mana setelah Bagas melayangkan surat gugatan cerai untuk Andira, ia langsung kembali pulang ke rumah pemberian ibu mertuanya dulu. Meski Ema sudah melarang dia untuk pergi namun Andira tetap bersikeras ingin pergi.Berada di sana, hanya akan menambah rasa pilu di hatinya. Setiap waktu yang ia lewati di rumah itu, terus saja mengingatkan dirinya tentang kenangan-kenangan pahit yang ia alami. Kehilangan, mertua yang sangat ia sanyangi, kehilangan suami yang begitu perhatian dan sayang padanya, serta kehilangan statusnya yang sebagai seorang istri.Tiga bulan berlalu dan hari ini, adalah hari di mana ia akan menghadiri sidang terakhir perceraiannya.Pintu rumah Andira perlahan terbuka dan menampakkan suasa pagi yang mendung se mendung hatinya yang sedang sedih. Andira meraup udara sekitar dalam-dalam, lalu menghembuskan nafasnya secara pelahan, beraharap sesuatu yang terasa mengganjal di hatinya dapat sedikit berkuang. Namun s
Sesampainya di kantor mengadilan Agama, Ema langsung menggandeng tangan Andira agar segera memasuki gedung. Di sana sudah ada kuasa hukumnya, yang sudah menanti kedatangannya sejak tadi.Namun tiba-tiba, langkah Andira mendadak jadi terhenti. Seketika juga, jantungnya mendadak terasa tertusuk tombak yang sangat tajam, begitu melihat sang suami datang dengan wanita yang dulu pernah mengancamnya. Tidak hanya itu, wanita yang bernama Tari itu bahkan berani merangkul erat lengan suaminya.Ema yang melihat raut wajah Andira langsung berubah pias pun tak tinggal diam. Ia dengan cepat melangkah menghampiri adiknya itu. "Bagas, kamu ingat aku siapa?" tanya Ema."Apa maksudmu Kak?" "Tolong jaga sikapmu! Kamu itu belum resmi bercerai, dan sekarang kamu malah datang dengan menggandeng wanita lain. Kalau kamu masih menganggapku Kakak, setidaknya jangan mempermalukan Kakakmu di depan umum seperti ini." ucap Ema.Namun sayang, sepertinya sesuatu sudah membutakan adiknya.
Satu minggu setelah putusan sidangnya dibacakan, Bagas kembali pulang ke rumahmya. Entah kenapa, ia merasa ada sesuatu yang hilang dalam hidupnya, hatinya pun juga mendadak terasa kosong.Setelah menyapukan pandangannya ke seluruh sudut ruang tamu di rumahnya, Bagas lalu melangkahkan kakinya memasuki ruang makan. Tiba-tiba, bayangan-bayangan kebersamaannya bersama mantan istrinya kembali bermunculan di benaknya. Bagas pun tersenyum saat mengingat wajah kesal istrinya, saat ia memaksanya untuk menyuapinya. Ia pun kembali melanjutkan langkahnya ke arah dapur rumahnya. Namun tiba-tiba, ia kembali teringat bagaimana akrabnya mantan istrinya itu dengan almarhumah ibunya. Mereka bahkan suka tertawa bersama dan menghabiskan waktu bersama di ruangan ini setiap pagi.Tanpa terasa, sudut matanya pun mulai mengeluarkan bulir-bulir bening. Ia merasa sendiri, ia merasa kesepian di rumah besar ini. Sang Kakak satu-satunya bahkan kini enggan menemuinya setelah putusan perceraiann
Bagas pun kembali menyapukan pandangan, ke setiap sudut dapur rumahnya. Tapi sosok yang tadi menyerupai ibunya, tiba-tiba sudah menghilang. Hingga suara air yang dituang ke dalam gelas, tiba-tiba terdengar di telinganya. Ia lalu bergegas mendekat ke arah sumber suara, tapi langkahnya seketika langsung terhenti, saat kedua matanya menangkap sosok hitam besar yang bertanduk, sedang bersila di atas meja makannya.Bagas pun semakin terkesiap, saat tahu suara air yang terdengar mengalir itu berasal dari bibir besarnya yang bertaring. Tiba-tiba, rasa mual langsung menyergap lambungnya. Seketika Ia juga langsung menutup mulutnya yang seakan ingin muntah. Hingga tiba-tiba, sosok besar yang bertaring itu mendadak melotot ke arahnya.Bagas pun langsung berlari ke kamarnya, pintu kamarnya pun langsung ia kunci rapat. Kemudian ia langsung menempelkan punggungnya di pintu kamarnya. Entah kenapa, perasaan Bagas masih tak tenang. Ia merasa ada yang sedang memperhatikan dirinya.Di
Bagas pun seketika langsung tergugu, ia bahkan tidak mengerti apa yang terjadi pada tubuhnya sendiri. Dengan penuh rasa heran, ia pun kemudian membatin."Siapa kamu?" batinnya.Namun di luar dugaan, tubuhnya justru bereaksi dan malah langsung menjawab pertanyaannya."Aku adalah dirimu." ucapnya.Bagas pun langsung terkejut. "'Bagaimana mungkin aku berbicara pada diriku sendiri." batinnya lagi. "Aku adalah dirimu, dan dirimu adalah aku. Kita satu, jadi berhenti membaca itu!" jelasnya lagi pada diri sendiri.Bagas pun kini mulai ragu akan melanjutkan, atau bahkan menghentikan apa yang ia lakukan. Hingga suara seseorang yang teramat ia rindukan, kembali terdengar memanggil namanya. Bagas pun langsung tersadar dan kembali teringat akan mantan istrinya yang sedang membaca ayat-ayat suci Al-Quran.Hingga akhirnya, Bagas memutuskan untuk kembali melanjutkan bacaan surah yang ia baca. Namun tiba-tiba, dirinya mendadak tergelak, wajahnya bahkan tersenyum pad
Melihat hal itu, jantung Bagas langsung kembali berdebar kencang, seluruh tubuhnya juga mendadak gemetar. Ia pun langsung berlari ke arah kamarnya dan bersembunyi di sana. Namun entah kenapa, suara langkah kaki itu masih terdengar jelas di telinganya.Seketika, Bagas langsung melompat ke atas ranjang, ia juga langsung menarik selimut dan menutupi tubuhnya yang meringkuk ke takutan.Namun tiba-tiba, suara gemercik air mendadak terdengar dari dalam kamar mandi. Semakin lama didengar, suara gemercik air tersebut malah semakin terdengar deras mengalir disana.Bagas pun akhirnya beranjak dari atas ranjangnya, kedua kakinya pun perlahan melangkah menuju kamar mandi di kamarnya. Semakin mendekat, suara gemercik air semakin jelas terdengar di telinganya.Detak jantungnya kini semakin berdebar kencang, keringat dingin pun kini sudah membanjiri keningnya. Tangannya yang gemetar, perlahan mulai mendorong daun pintu di hadapannya.Brugh.Sesosok bayangan hitam besar
Bagas pun langsung mengurungkan niatnya dan memutuskan untuk memarkirkan mobilnya agak jauh dari rumah pak Soleh. Kemudian, ia pun berjalan mengendap-edap memasuki halaman rumahnya. Benar dugaannya, sesampainya ia di depan rumah pak Soleh, Bagas bisa mendengar dengan jelas suara Tari yang sedang berbincang dengn pak Soleh di dalam rumah. Ia pun langsung bersembunyi di samping rumahnya dan diam-diam juga mendengar percakapan mereka."Apa yang akan kita lakukan selanjutnya? Sepertinya Bagas mulai sadar jika kita memeletnya, dia bahkan menghindariku sampai aku harus mengirimkan pasukanku untuk mengancamnya." ucap Tari.Seketika Bagas langsung terbelalak, jantungnya juga mendadak kembali berdebar sangat kencang. Dengan langkah yang tergesa-gesa, ia langsung meninggalkan rumah itu. Selama perjalanan pulang pun, ia sempat menyesali semua perbuatannya yang bisa percaya begitu saja pada mereka."Jadi, selama ini mereka bekerja sama? Aku tidak menyangka Tari bisa melakukan h
Setelah Andira resmi bercerai dengan suaminya, kehidupan Andira kembali berjalan seperti biasanya. Dia juga sudah kembali bekerja dengan Kevin. Meski ia masih kerap mengalami gangguan-gangguan mistis di rumahnya, namun entah kenapa ia menjadi tak takut lagi. Mereka pun juga tidak pernah menyakitinya lagi. Kini Andira pun menjadi lebih sering merasakan hal-hal gaib di sekitarnya. Meski begitu, saat ia mengabaikan dan pura-pura tidak melihatnya, sosok yang tiba-tiba menampakkan diri padanya, langsung menghilang begitu saja. Seperti saat ini pun saat ia tengah makan siang bersama Kevin, sosok wanita yang memiliki lidah panjang, tiba-tiba menampakkan diri di atas meja makannya. Sosok yang berwajah runcing dengan kedua mata dan telinga yang lebar itu terlihat menganga, air liurnya pun jadi menetes dan mengalir ke piring makanan yang tersaji di hadapannya. Seketika Andira pun langsung merasa mual. Ia juga langsung menutupi mulutnya saat sesuatu terasa mengaduk-aduk isi lamb
Cahaya merah mendadak muncul di atas mobil Bagas, sesosok ular besar yang berkepala manusia pun mendadak muncul dan membelit mobil mereka.Kretek, kretek.Mobil pun terdengar mulai meretak saat sosok ular besar itu melilitnya dengan sangat kuat. Andira pun semakin ketakutan sambil meremas jok mobilnya."Ashadualla ilahailallah, wa ashadu anna muhammadarrasulullah."Andira langsung menoleh saat mendengar suaminya mengucapkan syahadat. Namun tiba-tiba ia langsung terbelalak, ketika cahaya putih yang memancar dari tubuh Bagas perlahan semakin menebal dan semakin melebar."Aaaargh!" erangan mahluk-mahluk itu tiba-tiba menggema di telinga keduanya. Tubuh mahluk-mahluk itu seketika hancur menjadi asap, saat cahaya putih itu mulai menyentuh mereka.***Klotak,klotak.Mbah Kaji pun langsung menghentikan ritualnya saat suara lemparan batu, terdengar di atap rumahnya."Pak Kaji, keluar! Kami tidak ingin punya warga seorang dukun! Keluar! Kalau tidak, k
Perlahan Andira mulai membuka kedua matanya ketika Ia baru saja sadar dari pingsannya. ia pun langsung meringis ketika pusing tersa di kepalanya. Beberapa saat kemudian kedua matanya pun langung terbelalak, saat mendapati dirinya dalam keadaan terikat di atas meja dan di kelilingi taburan bunga."Mmm... Mmm..."Andira pun berusaha meronta dan melepas ikatannya. Namun ikatannya sangat kuat, dia juga tidak bisa berteriak karena mulutnya tersumpal. Seketika Andira langsung menangis ketakutan, ketika puluhan mahluk menyeramkan tiba-tiba mengelilingi dirinya. Meski sebelumnya dia sudah terbiasa dengan mereka, entah kenapa kali ini dia merasa berbeda.Tubuhnya pun langsng gemetar ketika salah satu makluk meyeramkan itu tiba-tiba menjilati bagian perutya, seolah tak sabar akan menikmati makanan yang sangat lezat.Brak!Pintu ruangan tiba-tiba terbuka paksa, bersamaan dengan pintu yang terbuka, semua mahluk menyeramkan itu juga mendadak menghilang seketika. Bagas pu
"Mereka lagi bahas apa sih! lama amat." keluh Dion kesal. Ya, setelah ia memberikn alamat Andira pada Tari, entah kenapa perasaannya mendadak tidak tenang. Dan seharian ini pun, dia terus mengikuti kemana Tari pergi kalau-kalau dia sampai berbuat sesuatu yang nekat pada Andira.Hingga malam hari tiba, Tari pun akhirnya benar-benar menemui Andira. Namun ketika Dion menunggunya di sudut jalan tak jauh dari rumah Andira, Tari malah tak kunjung keluar dari rumah Andira. Dion pun semakin merasa gelisah, ingin rasanya ia langsung masuk ke sana dan langsung membawa Tari pergi dari sana. Namun semua itu tidak mungkin, karena Andira akan merasa curiga padanya.Hingga sekian lama Dion menunggu, mobil Tari tiba-tiba terlihat keluar dari rumah Andira. Ketika mobil itu melaju dan melewati dirinya, seketika itu juga Dion pun langsung tersentak, saat tanpa sengaja kedua matanya melihat Andira tak sadarkan diri di jok belakang mobil Tari.Dion pun langsung bergegas mengikuti mobil
Pagi harinya, Tari tiba-tiba memanggil Dion ke ruangannya dan Dion pun dengan sangat terpaksa menurutinya. Dengan langkah kaki yang berat, ia mengikuti langkah kaki Tari yang sedang menuju ruang kerja pribadinya."Duduklah." titah Tari."Tidak perlu basa-basi, cepat katakan apa maumu?" Ketus Dion dengan nada kesalnya.Tari langsung menghentikan langkahnya. "Tolong jaga sikapmu! Ini kantor, jadi hargai aku sebagai atasanmu." ucap Tari yang langsung menatap tajam ke arah Dion.Seketika, Dion pun langsung terbungkam. Meski sebenarnya di dalam hatinya ia masih menggerutu kesal pada wanita yang sedang berada di hadapannya saat ini.Tari mengambil nafas dalam, lalu kemudian ia mendudukkan bokongnya di atas kursi kebesaranya. "Aku ingin tahu tempat tingga Andira yang baru." ucapnya kemudian.Seketika, Diaon langsung mendongak lalu ia menatap tajam ke arah Tari. "Aku tidak tahu!" ketusnya seketika."Hahaha..." Tari pun langsung tergelak, lalu kemudian wajahn
Seketika, penglihatan itu langsung menghilang dan membawa Bagas kembali ke tempat semula."Yang lalu, biarlah berlalu Nak. Sekarang, waktunya untuk kamu memperbaiki segalanya." Bagas langsung menoleh, dan menatap kakek buyutnya. Ia pun bertanya-tanya, apa maksud dari memperbaiki segalanya. "Maksudnya apa Kek? tanyanya kemudian."Kemarilah Nak." sang kakek melambaikan tangan, menandakan agar Bagas semakin mendekat padanya.Bagas pun menurut dan perlahan mulai mendekati kakeknya. Tiba-tiba, tangan kanan sang kakek terangat dan langsung menyentuh pucuk kepalanya. Dan seketika, pucuk kepalanya pun langsung terasa sejuk, di mana semakin lama rasa sejuk itu semakin menjalar ke seluruh tubuhnya. "Aku titipkan ilmuku padamu, jaga baik-baik dan gunakanlah untuk membatu sesama." titah sang kakek yang kemudian melepaskan tangannya dari pucuk kepala bagas. "Sekarang, bersiaplah. Sesuatu yang besar akan segera terjadi. Segera bersihkan tubuhmu dan langsung ambil w
Malam harinya, Bagas pun bisa bernafas lega saat ia bisa melaksanakan kembali, ibadah yang selama ini dia tinggalkan. Meski di bagian dadanya masih terasa sedikit nyeri dan punggungnya pun juga masih terasa sangat berat, tapi setidaknya ia masih bisa menahannya dan melakukan ibadahnya sampai selesai.Tinggal seorang diri seperti ini, membuat Bagas merasa kesepian. Ia rindu gelak tawa wanita yang selama ini sabar mengahadapinya. Ia rindu semua ocehan yang keluar dari bibir manisnya. Rindu saat dia berteriak kesal, saat ia terus saja mengusili dirinya. Bagas pun tersenyum saat mengingat semua itu.Setelah melaksanakan sholat isya', Bagas hanya menghabiskan waktunya dengan berdzikir dan mengaji. Semenjak ia membuang barang-barang pemberian dari pak Soleh, tidak ada lagi mahluk gaib yang menggangu atau pun menampakkan dirinyanya.Bagas kini bisa melakukan aktifitasnya seperti sedia kala. Hingga jam di dinding kamarnya menunjukkan pukul dua belas malam, Bagas pun mulai m
"Kurang ajar! Bagas berhasil mematahkan mantra pengunci kita." pak Soleh langsung emosi saat dia sadar, semua benda-benda pemberiannya telah Bagas buang."Bagaimana mungkin, dia sampai tahu? Bukannya selama ini, kita sudah behasil memanipulasi pikiran dia?" ucap Tari yang juga ikut kesal. Keduanya kini duduk bersila, di ruangan khusus yang biasa pak Soleh gunakan untuk melakukan ritualnya. "Dia bukan pria sembarangan!"Suara seseorang tiba-tiba terdengar dari arah pintu. Keduanya pun lantas menoleh dan mendapati seseorang yang mereka kenal, sudah bediri di sana."Akang?" pak Soleh langsung beranjak dari duduknya dan menyambut kedatangan saudara tertuanya itu."Sepertinya kita salah orang untuk saling mengadu ilmu." ucap mbah Kaji yang kemudian ikut bersila dan bergabung dengan mereka. "Dia bukan keturunan orang biasa. Leluhurnya yang dulu, kini datang untuk mewariskan semua ilmunya." jelas mbah Kaji lagi."Leluhurnya?" tanya pak Soleh yang langsung meng
Amin yang merasa dipanggil namanya, langsung berhenti seketika. Ia lalu menoleh dan langsung menunduk saat Bagas trlihat menghampirinya."Bang Amin, kenapa?" tanya Bagas terheran."Maaf, tadi saya hanya pergi memancing saja. Ini sudah mau pulang."ucap Amin dengan gugup. Ia kemudian langsung berbalik dan hendak pergi dari sana. Namun tiba-tiba, langkahnya langsung terhenti saat Bagas menahan bahunya."Ampun Pak, saya nggak ngapa-ngapain kok." ucap Amin lagi dengan tubuhnya yang sudah gemetar."Bang Amin kenapa sih! Aku kan hanya ingin minta tolong." balas Bagas.Seketika Amin langsung menoleh, ia juga langsung menelisik dan menatap Bagas dari atas sampai ujung kaki. "Ini beneran Pak Bagas, 'kan?" tanyanya kemudian."Bang Amin ini ngomong apa sih! Masak iya, aku hantu." ucap Bagas lagi."Alahmudillah Pak, ini beneran bapak?" Amin langsung berhambur dan memeluk Bagas. "Bang Amin jadi bantuin saya, nggak?" tanya Bagas lagi."Eh. Jadi Pak, jadi."
Setelah Andira resmi bercerai dengan suaminya, kehidupan Andira kembali berjalan seperti biasanya. Dia juga sudah kembali bekerja dengan Kevin. Meski ia masih kerap mengalami gangguan-gangguan mistis di rumahnya, namun entah kenapa ia menjadi tak takut lagi. Mereka pun juga tidak pernah menyakitinya lagi. Kini Andira pun menjadi lebih sering merasakan hal-hal gaib di sekitarnya. Meski begitu, saat ia mengabaikan dan pura-pura tidak melihatnya, sosok yang tiba-tiba menampakkan diri padanya, langsung menghilang begitu saja. Seperti saat ini pun saat ia tengah makan siang bersama Kevin, sosok wanita yang memiliki lidah panjang, tiba-tiba menampakkan diri di atas meja makannya. Sosok yang berwajah runcing dengan kedua mata dan telinga yang lebar itu terlihat menganga, air liurnya pun jadi menetes dan mengalir ke piring makanan yang tersaji di hadapannya. Seketika Andira pun langsung merasa mual. Ia juga langsung menutupi mulutnya saat sesuatu terasa mengaduk-aduk isi lamb