Share

Bab 88. Keputusan Akhir

Penulis: Nuri Art
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-20 04:52:15

Aku tidak menyangka, keputusan yang kubuat ternyata membawa kebahagiaan untuk pasangan Haniya dan Tomi. Bagaimana tidak, mereka memang sama-sama saling mencintai. Meski butuh waktu sangat lama, susah sekali untuk menyatukan mereka kembali. Banyak drama yang terjadi dalam prosesnya. Nyaris saja aku menikahi Haniya sebelum Tomi datang dan membatalkan pernikahan kami.

Bukan! Tomi sama sekali tidak merebut Haniya dari aku. Dia bahkan dengan lapang dada datang saat akad nikah akan berlangsung. Hanya saja, sebelum kata pengikat itu kuucapkan. Aku sengaja berbisik kepada Haniya, bertanya apa dia siap menikah dan menjadi istriku setelah sehari sebelumnya kuceritakan niatku sebenarnya menikahinya.

Kuceritakan pula kisahku bersama Arum. Pengalaman merajut rumah tangga dan berakhir perpisahan karena ternodanya kesetiaan. Serta perasaanku yang masih belum juga terlepas dari bayang-bayang mantan istriku itu. Aku hanya ingin tahu, apa Haniya siap kunikahi atau lebih memilih Tomi yang jelas-jelas sa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Sesal (Alasan Menghilangnya Istriku)   Bab 89. Akhir Hidupnya/Tamat Versi Arga.

    Tomi terkejut mendengar pertanyaan dariku. Dia hanya diam membisu, mungkin tidak tahu harus menjawab apa. Semua orang juga tahu termasuk aku kalau dia memang masih mencintai Haniya. Aku hanya ingin mengetes seberapa besar cintanya sehingga Tomi mau memperjuangkan Haniya sebelum terlambat menjadi istriku.“Jangan bercanda, Bang. Saat ini aku sedang mencoba untuk melupakannya. Mencoba untuk mengikhlaskan serta menerima keputusan Haniya. Mungkin memang kami tidak berjodoh. Kalau memang dengan melepaskannya bisa membuat dia bahagia. Aku ikhlas Haniya menikah denganmu, Bang,” tuturnya membuat hati ini semakin bangga akan perubahan Tomi yang sangat signifikan.Sebenarnya, Tomi memang pria yang baik meski memiliki watak keras. Keadaan yang membuat dia berbuat tidak menyenangkan seperti kemarin. Tekanan dari berbagai sisi membuat dia tidak tenang. Apalagi Tomi memang yang membuat Bapak Haniya meninggal meski dia tidak sengaja melakukannya.“Aku bertanya serius, Tom. Kenapa tidak terus berjuan

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-20
  • Sesal (Alasan Menghilangnya Istriku)   Bab 90. Menikah Dengan Dia?

    POV Arum“Saya ingin kamu mengurus keperluan saya di rumah ini dan menjadi istri pura-pura di hadapan kakekmu.” Sontak mataku membulat. Aku terkejut dengan apa yang telah dia katakan. Apa maksudnya? Kakek? Aku masih bergeming, tidak mengatakan apa pun. Apa kakek kandungku? Sungguh diri ini masih tidak percaya masih memiliki keluarga. Selama ini, yang kutahu keluarga ayah sudah tiada. Makanya saat menjadi yatim piatu, aku dititipkan di Panti Asuhan. Begitu pun keluarga Ibu, mereka telah meninggal jauh-jauh hari.Namun, apa yang sebenarnya di rencanakan pria ini? Bukankah dia sudah mendapatkan sesuatu yang dia inginkan? Harta warisan yang diberikan kakek untuk Ayah? Lalu, kenapa seolah dia belum puas untuk memperalatku?“Dalam posisi ini, kautidak bisa memilih. Kamu harus menuruti semua perintahku. Atau ... akan kugusur Panti Asuhan yang pernah kamu tempati dari kecil,” ancamnya. Sekali lagi aku terkejut.Kepalaku menggeleng tidak terima dengan ancamannya. Apa yang harus kulakukan? Har

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-21
  • Sesal (Alasan Menghilangnya Istriku)   Bab 91. Masih POV Arum

    “Non, Dipanggil Tuan di meja makan. Beliau ingin Non Arum ke sana.” Aku mengangguk mengikuti langkah Bi Ninung. Aku yakin, dia pasti akan menanyakan jawabanku tempo hari.Langkah demi langkah yang kulalui terasa berat. Sebenarnya malas sekali untuk bertemu dengan pria kutub itu. Bi Nuning mempersilahkanku duduk. Rajendra tetap saja dengan muka datarnya. Dia hanya sibuk memotong-motong steak yang ada di depannya tanpa mau menoleh ke arahku. Aku hanya bisa tersenyum kepada Bi Ninung saat dia menuangkan air putih untukku. Tidak lupa juga kuucapkan terima kasih padanya.Jujur, aku sama sekali tidak berselera makan satu meja dengan Rajendra. Hawa tidak nyaman menguar di penjuru ruangan ini. Apalagi melihat tatapannya yang menusuk membuatku benar-benar merasa sesak di dekatnya. Aku hanya membolak-balikkan hidangan di depanku. Meski dapat kucium makanan yang di meja semua terlihat menggoda, tetapi diri ini sama sekali tidak menikmatinya.“Sudah selesai? Kenapa kamu hanya memainkan makananny

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-21
  • Sesal (Alasan Menghilangnya Istriku)   Bab 92. POV Arum

    POV Arum“Pakailah besok malam semua ini. Aku akan membawamu menemui kakekmu.” Dia berdiri di belakangku dengan tangan yang dimasukkan ke saku celananya, membuatku sedikit terkejut sebab dia datang dengan tiba-tiba.Aku terperangah mendengar ucapannya. Apa yang dia maksud? Aku akan menemui kakekku?“Maksudnya?” tanyaku mulai kebingungan. Jujur aku tidak percaya akan bertemu dengan kakek, bertemu dengan keluargaku satu-satunya.“Apa kamu tidak mendengar apa yang kukatakan barusan? Saya kita perkataannya cukup jelas. Lantas, kenapa kamu masih bertanya seolah-oleh tidak mengerti?” geramnya. Aku mendelik dengan wajah yang cemberut, menahan kekesalan untuk pria yang bernama Rajendra tersebut. Seolah tidak peduli dengan apa Seolah tidak peduli, pria itu kembali berlalu dari hadapanku. Dasar pria menyebalkan.Aku mengumpat di dalam hati merasa jengkel dengan perlakuan semena-mena lelaki itu. Selama aku tinggal di sini. Ia sama sekali tidak berubah. Tetap menjadi Rajendra yang menyebalkan,

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-22
  • Sesal (Alasan Menghilangnya Istriku)   Bab 93. Season 2 Bag 3

    Aku menggeleng dengan pemikiranku barusan. Apa yang kubayangkan? Lagi pula itu bukan urusanku, kenapa aku repot-repot memikirkannya?“Ada apa, Non? Non tidak apa-a, kan? Non Arum pusing?” panik Bi Ninung saat melihatku menggelengkan kepala.“Ah. Tidak, Bi. Sebaiknya kita turun sekarang, Bi,” ajakku yang dibalas dengan anggukan olehnya. Lagi pula menurut Bi Ninung, Rajendra juga sudah menunggu di ruang tamu.Saat memasuki ruang tersebut, kulihat Rajendra sedang memainkan ponsel di tangannya dengan mimik wajah yang serius. Membuatku berpikir apa dia tidak pernah tersenyum sekali pun? Senyum yang pernah kulihat itu tidak tulus melainkan hanya senyum sinis dan meremehkan.“Tuan, Non Arum sudah siap berangkat,” ujar Bi Ninung membuat pria itu mendongak serta memandangku. Aku merasa gugup saat matanya tidak lepas melihat ke arahku. Apa ada yang salah dengan penampilanku saat ini? Kenapa laki-laki ini menatapku seperti itu?Sekian detik kemudian, ia seolah tersadar dari lamunannya. Lalu kemb

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-22
  • Sesal (Alasan Menghilangnya Istriku)   Bab 94. POV Arum Bagian 4

    POV Arum“Arum calon istriku, Kek. Saya baru saja melamarnya. Apa kakek tidak keberatan kalau saya menikahi cucu kakek?” tanyanya dengan wajah santai. Seolah dia benar-benar serius ingin menikahiku. Aku menatap wajah pria itu dengan intens. Bukankah kemarin dia bilang kalau kami tidak akan menikah?Lantas apa ini? Permainan apa yang akan dirancangnya lagi? Dalam perjalanan pulang, Rajendra sama sekali tidak mengatakan apa pun. Pria itu hanya diam membisu seakan tidak ada hal apa saja yang membebaninya. Aku yang sejak tadi duduk di sampingnya hanya geram mengingat obrolan ia bersama kakek.Sebelumnya, Rajendra hanya menyuruhku untuk menjadi istri pura-puranya di hadapan kakek. Lantas, apa sekarang? Pria ini berniat menikahiku secara sah? Bagaimana mungkin?Untuk saat ini, aku sama sekali belum memikirkan untuk berumah tangga kembali. Luka yang Mas Arga torehkan saja belum mengering, apalagi diri ini masih berduka atas meninggalnya bayiku. Hati ibu mana yang tidak hancur mendengar ka

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-23
  • Sesal (Alasan Menghilangnya Istriku)   Bab 95. Mencari cara bebas

    Pagi-pagi sekali kakek datang menjemputku dengan wajah yang semringah. Sebelumnya, Rajendra mengancamku agar bungkam atas segala yang telah kualami di rumah ini. Pun, tentang rencananya untuk menikahiku serta motif di baliknya.Untuk sementara, tidak ada cara lain yang harus kulakukan selain mengikuti segala rencananya. Biarlah nanti akan kucari jalan keluar dari masalah ini. Bagaimanapun aku tidak mau terus-menerus dikekang oleh pria itu.Aku berdecap kagum saat masuk ke rumah mewah milik kakek. Ternyata, keluargaku benar-benar kaya. Pantas saja Rajendra ingin menguasai harta milik keluarga kami.Begitu mobil masuk melewati gerbang dapat kulihat rumah mewah bergaya klasik dari depannya. Saat turun dari mobil seorang pria memakai jas hitam datang menyambut kami sambil tersenyum.Aku melangkah memasuki bangunan tampaklah pada bagian depan rumah. Sebelumnya di depan halaman terdapat taman sederhana yang ditanami bunga-bunga, pohon, dan tanaman hijau yang menambah kesejukan dan keasrian

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-23
  • Sesal (Alasan Menghilangnya Istriku)   Bab 96. Mengadu

    POV Arum. Setelah pembicaraan kakek di restoran waktu itu, beliau semakin getol untuk mendekatkanku lagi dengan Rajendra. Pria itu selalu saja datang membawakan hadiah-hadiah untukku. Entahlah, dia tulus atau memang hanya bersandiwara untuk mengambil hati kakek. Yang pasti, diri ini yakin kalau dia hanya sedang melakukan pencitraan akan dirinya.Contohnya saat siang ini, sebuah buket mawar merah pria kirimkan untukku. Andaikan Arum yang dulu, mungkin aku akan terlena dengan perlakuan manisnya Namun, seorang Arum kini tidak akan semudah itu untuk dapat menerima seorang lelaki. Apalagi, itu Rajendra. Pria dingin, kejam dan berbahaya. Pria yang hanya mengandalkan uang dan kekuasaan untuk mendapatkan sesuatu.Di sela-sela buket bunga tersebut terdapat sebuah kartu, yang ternyata undangan makan malam untukku. Aku memutar bola mata malas, melihat semua ini. Sandiwara apa lagi yang akan pria itu lakukan kali ini? Belum cukupkah Rajendra mengacaukan kehidupanku?Aku tahu, harus berterima ka

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-24

Bab terbaru

  • Sesal (Alasan Menghilangnya Istriku)   Bab 143

    Arum“Papi!!”Seketika wajah Zara berbinar, gadis kecil itu pun berlari ke arah Mas Arga yang berdiri di depan pintu. Perlahan tanganku menutup mulut, berharap Zara kembali melakukan kesalahan seperti dulu di pemakaman.Tapi ternyata prediksiku salah kali ini, gadis itu tidak berhenti apalagi berbalik. Zara jatuh ke dalam pelukan Mas Arga. Pria itu pun mengangkat tubuh anakku ke dalam pelukannya. Sementara sebelah tangannya menggenggam sesuatu, aku yakin itu hadiah. Aku merekam kejadian ini dengan banyak pertanyaan. Keduanya tidak terlihat canggung dalam berinteraksi. Bahkan saat Mas Arga berjalan mendekatiku dengan menggendong anakku, mulutku masih terbuka. Entah apa yang harus kuucapkan.“Sekarang Papi Arga sudah datang dan aku mau tiup lilinnya.” Zara meminta turun dari pangkuan Mas Arga lalu gadis kecil itu pun mendekati kue ulang tahunnya. Mas Arga pun ikut mendekat, sesekali ia mengarahkan pandangannya padaku. Tatapannya terasa teduh sekaligus terlihat aneh di mataku.Tanpa perm

  • Sesal (Alasan Menghilangnya Istriku)   Bab 142

    ArumSekarang bibirku terbuka lebar saat pria itu berkata sambil berjongkok lalu merentangkan tangannya.“Stop Zara! Itu bukan .... “ Kalimatku kembali terhenti ketika melihat pria itu menempelkan telunjuk di bibirnya.Membiarkan anak itu berjalan tergesa-gesa mendekati pria yang tak lain adalah Mas Arga.Aku menahan napas ketika beberapa langkah lagi anak itu sampai di hadapan Mas Arga. Sementara pria yang masih berjongkok dengan merentangkan tangannya itu tersenyum sambil menatap ke arah Zara.Mataku kembali membola ketika Zara menghentikan langkahnya kala jarak mereka sudah sangat dekat. Gadis kecilku itu kemudian berbalik dan berlari menuju ke arahku. Lalu pelukannya mendarat di tubuh bagian bawahku.“Bukan Papi,” bisiknya dengan suara bergetar, hampir tidak terdengar. Aku pun berjongkok lalu memeluk tubuh kecilnya.“Iya, Sayang. Papi ‘kan sudah tidur di dalam sana.” Kuusap kepalanya lembut.“Zara pengen ketemu Papi.” Tangis gadis kecilku kemudian pecah. Aku pun tidak bisa menahan

  • Sesal (Alasan Menghilangnya Istriku)   Bab 141

    ArumKakiku tak bisa bergerak, seakan terpatri pada tanah basah yang kupijak. Gundukan di hadapanku ini sudah bertabur bunga dan di dalamnya jasad suamiku terbaring dengan tenangnya.Setelah koma selama 3 hari, Rajendra benar-benar pergi untuk selamanya. Aku yang tidak tahu tentang penyakitnya selama ini, merasa sangat kehilangan. Bagiku kepergiannya ini begitu tiba-tiba. Kakek sudah mengajakku pulang beberapa kali. Tetapi aku enggan beranjak. Tak ingin jauh dari suamiku. Laki-laki yang sudah memporak-porandakan kehidupanku, tetapi dia juga yang sudah mengisi kisah-kisah manis selama beberapa tahun ini. Ingatanku terbang ke ingatan beberapa tahun lalu. Kilasan demi kilasan kenangan saat bersamanya yang terekam diputar layaknya sebuah film. “Rum, rasanya aku ingin terus mendampingi kalian lebih lama lagi. Mengisi hidupku berdua bersamamu sampai hari tua, melihat tumbuh kembang Zara sampai dewasa. Hingga dia bisa mengejar cita-cita dan memilih jodohnya sendiri. Bisakah aku melihat cuc

  • Sesal (Alasan Menghilangnya Istriku)   Bab 140

    ArumLima tahun kemudian“Mami, kenapa Papi lama sekali?”Untuk ke sekian kalinya terdengar rengekan dari bibir mungil milik Zara. Gadis kecil yang bernama lengkap Lamia Nadia Zara ini, hari ini genap berusia 5 tahun. Pesta ulang tahun yang diadakan secara sederhana di kediaman kami tengah berlangsung. Gadis kecilku tidak mau meniup lilin sebelum Papinya datang.Tiga hari yang lalu, ketika Rajendra berpamitan untuk urusan ke luar kota. Dia memang tidak berjanji untuk hadir di acara ulang tahun ini.“Papi usahakan datang, tapi enggak janji, ya. Kalau Papi terlambat datang, Zara tiup lilinnya sama Mami saja. Okey?”Saat itu Zara mengangguk, meskipun ada raut kecewa mendengar ucapan Papinya. Aku sendiri ingin bertanya banyak, sebab akhir-akhir ini Rajendra terlihat kurang bersemangat. Berat badannya pun menurun. Saat kuminta untuk periksa, Rajendra bilang dirinya hanya kecapean dan butuh istirahat. “Aku baik-baik saja, tidak ada keluhan apa pun. Kamu jangan khawatir. Tentang berat badan

  • Sesal (Alasan Menghilangnya Istriku)   Bab 139

    Asap semakin memenuhi ruangan, bahkan kini warnanya tak lagi putih. Agak hitam dan membuatku sesak. Aku yang semula akan berjalan menghampiri pintu, mengurungkan niat karena semakin dekat ke pintu, pandangan semakin kabur dan aku semakin tidak nyaman.Akhirnya aku berjalan ke arah balkon, di mana bisa mendapatkan udara yang lebih bersih. Dari atas sini, aku mendengar dengan jelas teriakan Mang Kurdi dan istrinya. Benar saja, ternyata di bawah terjadi kebakaran. Begitu menyadari hal itu, aku semakin panik. Tidak mungkin kalau turun melalui pintu dan tangga sebab asap berasal dari sana. Untuk meloncat dari balkon kamar lantai dua ini pun sangat tidak mungkin.Badanku bergetar hebat, aku merasa kematian sudah di depan mata.Aku mendekati pagar yang berada di balkon dan mendongak. Tak terlihat satu orang pun di halaman depan. Villa ini memang terletak agak terpencil dari bangunan-bangunan lainnya. “Tolong ... tolong “Aku berteriak sekuat tenaga, sementara asap semakin bergerak cepat

  • Sesal (Alasan Menghilangnya Istriku)   Bab 138

    Tujuh hari sudah aku bolak-balik ke rumah sakit. Sebenarnya capek, tapi mau bagaimana lagi. Aku tidak bisa berdiam diri di rumah, sementara suamiku terbaring di ranjang pasien. Mengenai perasaanku, memang belum sepenuhnya memaafkan Rajendra. Meskipun setiap hari pria itu berusaha menunjukkan perasaan sayangnya padaku. Tapi setiap kali aku mengingat kejadian itu, hatiku kembali diliputi rasa tidak nyaman.Luka di wajahnya sudah mengering, hanya saja retakan di bagian tulang lengannya yang membuat dokter belum mempersilakan pulang.Rajendra sendiri tampaknya sudah bosan berada di rumah sakit. Oleh sebab itu ia, tak hentinya meminta dokter supaya mengizinkannya pulang. Hari ini aku tidak bisa menemuinya ke rumah sakit. Mungkin karena selama beberapa hari ini aku bolak-balik ke sana, badanku sudah memberikan sinyal, bahwa aku sesungguhnya kecapean.“Tidak apa-apa, Rum. Kamu istirahat saja di rumah. Bukankah kemarin juga sudah aku katakan. Supaya kamu tidak setiap hari pergi ke sini.”

  • Sesal (Alasan Menghilangnya Istriku)   Bab 137

    Sempat kusesali, kenapa aku datang terlalu cepat hingga jasad Pak Bachtiar belum sempat dipindahkan ke ruang jenazah. Sebab itu pula aku harus menangis meratapi jasad yang disangka suamiku itu. Lalu, kenapa pula ada yang memberitahukan kejadian itu kepada Rajendra. Apa pria ini punya mata-mata huh?Begitu sampai dan berbicara pada suster penjaga tadi, aku sempat bertanya apakah jasad yang diduga suamiku itu sudah dipindahkan ke kamar jenazah? Perawat itu bilang masih di ruang IGD, makanya aku langsung menuju ruangan itu. Dan ini sebuah kesialan bagiku.“Jadi tangisan dan semua kata-katamu itu hanya pura-pura?”Aku belum berani menoleh ke arah pria itu, sebab kutahu saat ini pun dia pasti sedang tersenyum mengejekku. “Wajar kalau seorang istri menangisi kepergian suaminya.” Aku menjawab tanpa mengalihkan pandangan. “Memangnya siapa yang bilang tidak wajar. Itu sangat wajar. Aku senang saat seorang perawat mendengarnya dan menceritakan semua kepadaku, itu artinya jauh di dasar hati

  • Sesal (Alasan Menghilangnya Istriku)   Bab 136

    Aku berpikir beberapa saat lalu menengok sekeliling. Tidak enak juga dilihat orang jika aku terus-menerus berdiri di depan pintu ruangan ini. Akhirnya aku memutuskan untuk masuk, perlahan mendorong hendel pintu supaya tidak membuat kaget orang yang berada di dalam. Siapa tahu Rajendra masih tertidur. Kalaupun sudah bangun, pasti ia akan terkejut dengan suara pintu terbuka yang tiba-tiba.Ketika memasuki ruangan, keringat meluncur di seluruh tubuhku. Telapak tangan terasa dingin, entah apa penyebabnya. Ini seperti pertama kali akan bertemu dengan pria itu, tapi aku yakin kali ini alasannya berbeda.Lagi-lagi kuatur langkah se-pelan mungkin supaya tidak menimbulkan suara, lantaran sekecil apa pun suara di ruangan yang sunyi seperti ini pasti akan terdengar.Rajendra masih menutup matanya, itu artinya dia masih terlelap. Mungkin benar yang dikatakan oleh suster kalau Rajendra dalam pengaruh obat.Aku memutuskan untuk duduk di sofa yang tidak jauh dari tempat tidur Rajendra, itu pun lakuk

  • Sesal (Alasan Menghilangnya Istriku)   Bab 135

    “Beberapa menit yang lalu, Pak Rajendra sudah siuman. Namun sepertinya beliau sekarang tertidur karena pengaruh obat.”Setelah mendengar penuturan perawat yang kini berada di sebelah tempat tidur Rajendra, baru aku berani mengangkat wajah. Posisiku saat ini berada di dekat kaki Rajendra yang tertutup selimut. Perlahan aku menggerakkan kepalaku, ada perasaan lega ketika mendengar suamiku itu sedang tidur. Berarti barusan pria itu tidak mendengar ucapanku.Syukurlah. Aku membuang napas perlahan. Menggerakan kaki untuk mendekat ke arah perawat. Meneliti wajah suamiku yang tadi pagi sempat kubenci. Paras rupawan itu sekarang berada di balik beberapa perban yang menutupi wajahnya. Untuk beberapa saat, aku hanya memandanginya tanpa bersuara.“Biarkan Pak Rajendra beristirahat dulu. Ibu ikut saya sebentar untuk menemui dokter.” Ucapan perawat membuatku menoleh.“Ah, ya, Suster, mari!” Aku yang baru saja beberapa detik di samping tempat tidur Rajendra, akhirnya harus kembali pergi meninggal

DMCA.com Protection Status