Berulang kali kutengadahkan kepala dan menyandarkan punggungku ke Jok mobil sambil menutup mata. Namun, ucapan Arum terus saja berkelebat di pikiran.“Aku benci kamu Mas. Mas Arga sudah membunuh anakku dan membuatku celaka,” kata-kata ini terus saja terngiang di dalam pikiran. Apa yang harus kulakukan sekarang? Sudah tidak ada lagi harapanku untuk kembali padanya. Saat ini aku sudah kehilangan Arum selamanya.Kuhidupkan mesin mobil, jalan satu-satunya aku harus mencari ketenangan di luar sana. Akan tetapi, kulihat motor Andra melintas masuk ke tempat parkir motor di Rumah Sakit ini. Ada keperluan apa dia di sini?Mengapa tiba-tiba rasa curiga bergelayut dalam hati. Pun hati ini mulai tidak tenang dan gelisah. Apalagi baru tadi siang kupergoki pria itu melakukan hal-hal yang mencurigakan. Aku tidak tahu mengapa diriku merasa kalau akan ada sesuatu yang tidak baik dilakukan olehnya.Dengan mengendap-endap, aku turun. Sebelumnya, aku telah mengambil jaket, masker dan kacamata sepert
POV Arum“Di mana ini? Gelap sekali!” Aku menggeleng merasakan kepala yang teramat pusing. Apa yang terjadi denganku?Bagaimana mungkin aku bisa berada di tempat ini? Sepertinya ini sebuah gudang yang cukup tua. Kardus-kardus kosong berdebu mendominasi tempat ini. Pun, segala benda-benda yang sepertinya sudah tidak terpakai berserakan. Badanku pun tidak bisa digerakkan. Aku meronta mencoba melepaskan ikatan di tubuh. Apa yang terjadi? Kenapa aku bisa berada di sini dengan keadaan terikat? Pertanyaan itu terus saja terngiang di kepala. Tega sekali orang yang sudah menculik, mengurung serta mengikatku di tempat seperti ini. Ketakutanku terus menjadi kala lampu di dalam ruangan ini tiba-tiba mati. Tubuh ini gemetar dengan keringat sebesar biji jagung mengalir deras di dahi. Sungguh, saat ini aku dilanda ketakutan yang luar biasa. Rasa trauma terhadap kegelapan membuatku merasa semakin lama semakin sesak. Segala pikiran yang tidak mengenakan sekelebat terus saja menghantui.“Tolong!” t
“Maksud Anda?” tanyaku masih mencoba melepaskan ikatan tangan di belakang tubuh.“Aku hanya butuh tanda tanganmu kalau tidak kauharus menggantinya dengan nyawa.”Ucapan pria itu membuatku terkejut, sebenarnya apa yang membuatku harus berurusan dengan laki-laki kejam ini. Apa yang dikatakannya tadi? Tanda tangan? Memangnya siapa aku dan untuk apa tanda tanganku sehingga orang ini sampai menculik diriku?“Tanda tangan? Untuk apa itu semua? Saya bukan siapa-siapa, dan juga tidak kenal pada Anda sedikit pun,” bentakku mulai kesal.“Kasihan! Kau ternyata tidak tahu apa pun selama ini. Syukurlah kakek tua itu tidak bisa menemukanmu sebelum saya,” kekehnya yang kudengar bukanlah hal yang menyenangkan. Justru yang terlihat malah mengerikan. Tersirat kemarahan di matanya. Entahlah itu apa?“Maksud Anda apa? Saya sama sekali tidak mengerti?” Dahiku mengernyit mencoba mengartikan apa yang pria ini katakan.“Saya mau kamu mengalihkan segala harta milikmu menjadi atas namaku.” “Harta apa yang And
POV ArumPria itu semakin mendekat dan aku terus meronta mencoba menggerakkan badan agar bisa bebas dari ikatan ini. Sambil memundurkan kursi karena pria di hadapanku terus saja mendekat dengan senyumnya yang membuatku seketika ketakutan. Orang ini memang sudah gil*, bisa-bisanya memanfaatkan ketidakberdayaan seorang wanita yang sedang disekap. “Anda mau apa? Jangan mendekat. Jika tidak ... kau akan menyesal,” ancamku yang malah membuat pria itu tertawa terbahak-bahak. “Memangnya apa yang berani kamu lakukan, heh? Kau tidak bisa apa pun dengan keadaan terikat seperti ini. Jadi, terima saja apa yang akan kulakukan. Tidak ada seorang pun yang bisa menyelamatkanmu dari sini.”Pria tersebut semakin menghampiri dan mencoba menciumiku, namun kutampar wajahnya dengan tangan ini yang memang tidak terikat, hingga membuatnya memegang pipi yang sudah memerah karena ulahku. Dia mengepalkan tangan sambil menatapku penuh dengan kilat kemarahan. Lalu, memegang lengan ini serta mengikatnya kembal
Pertanyaan itu terus saja bergulir di benakku. Memangnya dendam apa yang harus membawaku terseret dalam masalahnya? Apa ini ada hubungannya dengan Ayah? Namun, apa itu?Seketika teringat dengan Bu Rina dan yang lainnya. Mungkin saja saat ini sedang khawatir padaku. Apalagi baru beberapa hari aku kehilangan putra pertama. Diri ini tidak menyangka kalau Erika akan melakukan hal nekat seperti itu. Bahkan, aku sudah rela melepaskan Mas Arga untuk menjadi satu-satunya miliknya. Tapi, kenapa dia tega? Apa karena Mas Arga selalu memberikanku perhatian sehingga membuatnya cemburu sehingga dapat membutakan mata hatinya. Apa hanya karena itu alasannya?Inginku merutuki nasib yang tidak pernah berpihak, namun apa dengan seperti itu akan membuat segalanya lebih baik? Tiba-tiba saja terlintas ceramah ustazah Aisyah istri dari penceramah di sekitar tempat tinggalku dulu. Dia yang selalu mengingatkanku agar lebih mendekatkan diri lagi kepada-Nya. Allah memberikan ujian itu untuk menguji keimanan ki
POV Arum “Tidak, saya tidak mau menjadi istri Anda. Saya mohon, bebaskan saya,” ucapku mengiba. Namun, pria tersebut dengan congkaknya malah berdiri sambil memandangiku sinis. “Memangnya siapa yang ingin memiliki istri sepertimu, heh? Kau bukan jenis wanita yang menjadi seleraku,” sinisnya membuatku melongo. “Bukankah tadi ...?” “Apa? Saya hanya berkata sembarang. Lagi pula, wanita sepertimu apa menariknya? Cantik tidak, menarik tidak apalagi seksi,” sindirnya. Membuatku memalingkan muka. Bisa-bisanya pria ini menghinaku. Memangnya siapa yang ingin dipandang cantik, menarik apalagi seksi. Aku bukan wanita murahan seperti itu. “Tidak heran Anda memandang wanita hanya dari fisiknya. Ternyata selera Anda wanita murahan , yang hanya bisa mengumbar lekuk tubuh,” balasku kesal. Pria itu melotot memandang tajam padaku. Entahlah, kenapa aku mulai berani untuk menentang pria tersebut. Padahal, sebelumnya aku selalu gemetar meski hanya memandang mata dia yang tajam. Tanganku berkeringat di
Untuk beberapa hari, aku tidak bisa keluar dari kamar yang kutempati ini. Meski tidak kekurangan apa pun, karena segala kebutuhanku sudah terpenuhi termasuk pakaian. Pun seorang dokter datang memeriksa kondisi luka jahitan bekas operasi di perutku.Kamar dengan nuansa putih ini terlihat mewah jika dibandingkan dengan kamar utama rumah Mas Arga yang bukan apa-apanya. Sebenarnya diriku heran, pria itu menculik namun tidak mencelakakanku sama sekali. Dia hanya mengurungku di kamar ini. Sebenarnya apa maksud pria tersebut dan rencananya?Siang ini, lelaki dingin itu mengizinkanku untuk keluar kamar. Dia menyuruh seorang wanita setengah paruh baya memanggilku dengan diikuti para bodyguard. Bi Ninung, nama wanita tersebut. Aku tahu saat kami berkenalan. Katanya tuan mereka memanggilku untuk menemuinya di ruang kerja. Entah apa yang direncanakan lelaki dingin itu. Aku tidak bisa melawan hanya mengikuti segala perintahnya.Ketika sampai di ruangan kerja, dapat kulihat pria tersebut sedang dud
Sudah berhari-hari Arum diculik seseorang. Bahkan, aku sudah melaporkan kejadian ini ke kantor polisi. Aku dan Bi Surmi menjadi saksi kasus penculikan ini. Kukatakan juga kepada pihak berwajib kalau sebelumnya telah mencurigai seseorang. Polisi langsung memeriksa semua tempat yang sekiranya bisa mendapatkan barang bukti. Berharap akan memecahkan kasus ini dan Arum bisa segera ditemukan. Setidaknya ada jejak penculik yang tertinggal. Termasuk kamera CCTV yang ada di Rumah Sakit ini.Dapat kami lihat ada seseorang yang membawa Arum menggunakan kursi roda. Terdapat seorang wanita yang berpakaian suster dan pria yang mengenakan jas snelli khas dokter, mendorong kursi roda yang diduduki Arum di koridor. Tepat setelah keluar dari kamar rawat yang ditempati Arum.Kebetulan di kamar pasien ini tidak dilengkapi kamera CCTV karena alasan privasi. Apalagi sebelumnya tidak pernah ada kasus penculikan seperti ini. Membuat pihak Rumah Sakit membantu menjadi saksi sebagai rasa tanggung jawab mereka