“Jaga mulut kamu,” jawab Mahli.
“Kenapa, aku kan bilang apa yang sebenarnya, ada yang salah?” tanya wanita itu.
“Apa kalian mengenalnya?” tanya Furkam.
“Tentu saja, wanita seperti Ira ini sudah banyak dan cepat terkenalnya, karena di sana sini sedang jadi bahan pembiaraan,” jawab Wanita itu.
“Jika kalian tidak tahu jangan banyak bicara,” jawab Furkam.
“Halah kamu saja juga pasti ada pikiran seperti itu kok, karena kamu merasa cemburu bukan? Kamu ini jauhi saja Ira, dia tidak pantas untukmu,” kata Wanita itu.
“Ya dia sangat tidak pantas untuknya, tapi dia sangat pantas untukku,” sahut Rio yang datang sari samping tangga.
“Kak Rio,” kata Wanita itu.
“Apa itu kata-kata baik untuk di ucapkan pada sesama perempuan? Kamu sepertinya tidak layak untuk masuk ke Clubku,” jawab Rio.
“Maksud Kak Rio apa? Mau mengeluarkan
Keadaan pun semakin rumyam, di social media dan di Club sekolah pun sudah menjadi gosip terpanas antara Rio dan Ira, Ira terlihat sangat tenang tetapi sejujurnya dia sangat gelisah dengan gosip tersebut.“Ira kenapa kamu melamun begitu?” tanya Mahli.“Tidak apa-apa,” jawab Ira.Rani pun menyenggol Mahli untuk segera melihat club sekolahan yang ada di HPnya, Mahli pun melihatnya dan terkejut, Furkam pun juga ikut melihatnya dan terkejut.“Jadi karena ini dia jadi melamun,” kata Furkam berbisik.Mahli pun mengangguk.“Semoga masalah ini segera usai,” kata Mahli.Furkam pun terus melihat berita itu hingga Rio memasuki Live nya.“Lihatlah Kak Rio Live,” kata Furkam.Mereka pun melihatnya dan Ira juga terlihat ingi sekali melihat live Rio.“Apa yang akan dia katakana, jika dia membuat berita palsu lagi, lihat saja sampai rumah dia akan berurusan denganku
“Ya, kita memang bersaudara, tetapi diantara kami tidak ada yang di pilih oleh Ira,” jawab Furkam.“Kenapa?” tanya Fans.“Karena dia sudah memiliki kekasih yang lebih pintar dari pada kita, dia sekolah di sekolahan paling bergengsi di kota kita, sekolah nomor satu di kota kita ini,” jawab Furkam.“Ahhh pantas saja dia benar-benar menolak mereka berdua,” kata Fans.Di hati Furkam sudah sedikit lega karena mereka sudah mulai mengerti jika Ira tidak ada hubungannya dengan semua yang sudah terjadi.“Intinya kalian ini semuanya salah paham, antara aku dan Ira tidak pernah ada hubungan apa-apa, dan mulai hari ini aku akan mencoba untuk merelakannya, bagaimana pun juga aku tidak bisa menyaingi kekasihnya yang begitu pintar itu,” kata Furkam sedikit berbisik di sebelah Microfon.Semua penonton live itu pun tertawa dan memenuhi suara di aula. Hanya Ira yang meneteskan air matanya. Mahli cuku
“Terimakasih untuk kalian para penonton Live ku hari ini, berkat kalian semua live ini berjalan dengan lancar, aku ucapkan juga untuk kalian berdua yang sudah mau menemani ku live di sini, untuk teman grup ku maafkan aku karena aku hari ini ingin live sendirian tanpa kalian, sekarang kalian mengerti alasannya, ya aku hanya ingin mengklarifikasi semua masalahnya, sekarang semua masalah sudah selesai, selamat untuk kalian semua yang sudah lulus dari sekolahan ini lain kali kita akan bertemu kembali,” kata Rio mengakhiri Livenya.“Tolong kalian tampilah untuk terakhir kalia di live kalian ini duet dengan kalian semua juga grup kakak,” kata Fans.“Baiklah aku tanya kan dulu pada grupku,” jawab Roi.“Bagaimana apa kalian mau tampil sekarang?” tanya Rio.Nowa dan yang lainnya pun mengangguk dan mereka masuk dan bersiap.“Bagiamana dengan Ira?” tanya Nowa.“Aku sih boleh saja,”
Setelah menelepon Tidan Ira pun merasa lebih tenang.“Biarkan aku saja yang mengantarmu pulang Ira,” kata Furkam.“Tidak Furkam, aku tidak mau merepotkan, aku bisa pulang sama Tidan kok,” jawab Ira.“Baiklah terserah kamu saja,” kata Furkam.Tak lama kemudian Navi pun menelepon Ira. Tetapi Ira sedang berada di kamar mandi dengan Rani, karena telponnya berkali-kali berdering akhirnya Furkam pun mengangkat teleponnya atas ijin dari Mahli juga.“Halo Ira sayangku, kenapa kamu angkatnya lama sekali, apa acaranya belum selesai, bagaimana jika nanti aku jemput kamu saja?” tanya Navi.Furkam pun diam saja.“Ira, kenapa diam saja, aku sudah selesai nih mau langsung pulang dan main denganmu,” kata Navi lagi.“Maaf Ira sedang di kamar mandi, ini saya temannya,” kata Furkam.“Ahhh begitu, teman apa ya?” tanya Navi.“Teman satu kelasnya,
Petir tak henti-henti mengeluarkan suara, Furkam pun memegang tangan Ira dan membuatnya merasa sedikit hangat. Ira menatap Furkam dengan sangat dalam.“Mengapa kamu baik sekali kepadaku, aku sudah jahat terhadapmu Furkam,” kata Ira.“Bagi ku kamu tidak pernah berbuat jahat sama sekali, aku senang jika kamu senang Ira,” kata Furkam.“Maafkan aku Furkam,” kata Ira.“Tidak papa,” jawab Furkam dan menggenggam erat tangan Ira.Furkam pun juga merasa gemetar di tubuhnya.“Kamu dingin Furkam?” tanya Ira.“Tidak,” jawab Furkam tidak mau mengakui.Ira pun kemudian menggesekan tangannya dan menempelkannya ke leher Furkam, denga tatapan kaget Furkam pun mendekat dan mencium Ira dengan sangat lembut, ciuman yang tadinya lembut kini berubah menjadi panas dan tidak berirama, Furkam pun terhanyut oleh nafsu begitu juga Ira. Setelah sadar Ira pun menghentikan ciuman Furkam
Navi melirik kearah Furkam, Navi sengaja membuat Furkam cemburu dan merasa tidak bisa untuk mendapatkan Ira.“Ira, apa kamu senang aku datang di sini dengan tiba-tiba?” tanya Navi.“Senang, ini cukup mengejutkan, tetapi bukankah lebih baik dengan bilang dulu, takutnya jika aku sedang pergi atau tidak ada di tempat kamu kan jadi sia-sia,” jawab Ira.“Tidak ada yang sia-sia untuk kamu,” kata Navi.“Baiklah terserah kamu, lain kali pakai pemberitahuan dulu ya,” jawab Ira.Navi pun mengangguk.“Baiklah bagaimana jika aku pulang duluan, hujannya juga sudah reda.” Kata Furkam.“Baiklah, memang seharusnya kita pulang sekarang sebelum hujan lagi,” kata Mahli.“Oke kalau begitu, ayo Ira kita pulang, ini semua sudah aku bayar jadi kalian langsung pulang saja, hati-hati di jalan,” kata Navi.“Terimakasih banyak Navi, kau memang baik,” ka
Navi pun memesan minuman yang kedua.“Kenapa kamu minum terus sih Nav?” tanya Ira yang heran karena sedari tadi Navi melihat HP dan terus minum setelah melihat Hp.“Tidak papa, aku hanya haus saja, panas di sini,” jawan Navi.“Ya memang agak panas sih di sini tapi apa sih yang kamu lihat, aku juga mau lihat,” kata Ira yang mendekat ke Navi.“Tidak ada apa-apa,” kata Navi tidak mau melihatkan HP-nya.Ira pun penasaran dan dia pamit ke kamar mandi.“Aku mau ke kamar mandi sebentar ya,” kata Ira.“Apa butuh di temani?” tanya Navi.“Tidak usah,” jawab Ira dan pergi.Setelah selesai Ira pun datang dengan mengendap dan diam di belakang Navi. Ternyata Navi sedang membuka social media milik Rio, dia masih mencaritahu tentang Rio.“Nav,” panggil Ira.“Ahhh kau dari tadi di sana?” tanya Navi.“Tida
Setelah selesai mandi dan bersiap Ira pun mencuci bajunya dan juga mencuci piring agar ketika dia pergi orang tuanya tidak akan marah padanya.“Tumben sekali kamu Ra?” tanya Mamanya.“Ya, biar aku perginya tenang tidak kepikiran sama Mama yang akan marah-marah,” jawab Ira.“Bagus kalau kamu mengerti, perempuan memang harusnya begitu,” kata Mama.“Baik-baik Ma,” kata Ira.Ira pun menyelesaikan pekerjaannya dengan sangat cepat karena keburu jika Navi datang menghampirinya. Setelah semuanya selesai Ira pun menunggu kedatangan Navi, tetapi sudah lewat dari jam pertemuan Navi belum juga datang. Tidan pun menghubungi Ira.“Halo,” jawab Ira.“Di mana Kau? Kenapa kamu belum juga datang?” tanya Tidan.“Ahhh Navi belum datang,” jawab Ira.“Tapi dia tadi kata pemilik warung sudah berangkat pagi-pagi sekali, lalu di mana dia?” tanya Tidan
Satu tahun pun berlalu, satu tahun pula Ira dekat dengan Alex. Tak terasa Ira sudah menginjak kelas dua sekolah menengah atas. Hari ini Ira ada rencana main bersama dengan teman-temannya ke sebuah mall dekat sekolahannya. Sesampainya di Mall mereka pun bermain dan berjalan-jalan masih menggunakan seragam sekolah.Setelah lelah bermain Ira dan teman-temannya pun duduk diam di depan time zone, saat sedang melihat ke kanan dan ke kiri Ira melihat seseorang yang sangat mirip dengan Navi sedang berjalan dengan seorang wanita, tadi nya Ira merasa bukan Navi, karena baru saja Navi bilang dia sedang di rumah dan ingin beristirahat, tetapi setelah di lihat dengan teliti lagi ternyata benar dia adalah Navi, Ira pun mengikuti mereka agar lebih memastikan lagi, teman Ira pun terhera melihat tingkah Ira yag tiba-tiba berjalan tanpa tujuan.“Ira, kau lagi ngapain sih?” tanya Rani.Ira tidak meresponnya dan terus melangkah kan kaki mengikuti satu titik mata melihat.“Kamu mau kemana sih Ra?” tanya R
Kakak Ira mengajak Ira main ke rumah seniornya yang rumahnya lumayan jauh dari rumah mereka. Sesampainya di rumah senior, mereka pun di sambut dengan sorakan yang menggelegar di telinga Ira, karena sebelum ini dia tidak pernah memiliki teman yang seramai ini.“Jangan kaget ya Ra, di sini memang seperti ini,” kata Kakak Ira.“Tenang saja, aku akan membiasakan diri, tapi itu semua senior mu kak?” tanya Ira.“Iya, kenapa?”“Kenapa yang itu tampan sekali?” kata Ira.“Sini aku kenalin ke dia nanti,” jawab Kakak Ira,Ira mengangguk.“Sini sini duduk dulu Ris,” kata teman kakak Ira.Ira pun duduk di samping kakaknya dan juga senior itu.“Kamu bawa siapa ini Ris kok cantik sekali?” tanya senior.“Ini adek aku, kenalin dulu ini Ira, dan Ira ini Alex senior kakak,” jawab Kakak Ira.“Halo kakak semua aku Ira adik nya kak Risti,” kata Ira.“Halo juga, senang bisa melihat adik Risti, kenapa beda sekali denganmu ris?” tanya Alex.“Ya bedalah, ak di bawah matahari terus dia di dalam kamar mulu,” jaw
Ira mencoba tidak menanyakan tentang parfum lagi pada Navi, Ira mencoba berpura-pura percaya padanya, karena pada dasarnya Ira sudah tahu jika Navi sudah menghianatinya.“Ira kamu terlihat sedikit pucat apa kamu sakit?” tanya Navi.“Tidak, hanya sedikit lelah saja,” jawab Ira.“Kalau berama aku kamu selalu lelah Ra, tapi kamu tadi bersama teman-temanmu sepertinya biasa aja,” kata Navi.“Kau mulai lagi Nav,” desah Ira yang kesal dengan perkataan Navi.“Tapi aku pikir memang begitu, kamu selalu lelah denganku,” jawab Navi semakin menjadi.“Emang beda kalau, sama temanku aku di sayangi, sedangkan bersamamu aku di hianati!” gumam Ira dalam hati.“Enggak Nav,” jawab Ira santai.“Udahlah aku tidak mau ribut sama kamu hari ini, karena aku hari ini rindu,” kata Navi.“Siapa juga yang pengen ribut sama kamu Nav, memang aneh ya kamu.”Navi pun terdiam sekejap.“Ya sudahhh ayo kita pergi keluar!” ajak Navi pergi dari rumah Ira.“Aku rasa badan ku tidak ingin pergi Nav, aku sedikit merasa lelah.”
Navi yang berfikir gelisah pun ingin segega pulang ke rumah dan menemui Ira. Dia tidak tahu mengapa saat bersama Dea dia malah selalu memikirkan Ira pada hari itu.“Navi sayang, habis ini kita mau kemana? Apa kamu mau pergi ke taman hiburan?” tanya Dea.Navi tidak merespon Dea, dia terus menatap teleponnya.“Sayang!” teriak Dea.Navi pun menoleh kearah suara yang memanggilnya itu.“Kenapa kamu berteriak aku kan jadi terkejut,” kata Navi merespon teriakan Dea.“Kamu berteriak balik denganku?” tanya Dea.“Maaf aku hanya terkejut saja,” jawab Navi.“Kenapa kamu hari ini tidak fokus kepadaku? Kenapa kamu selalu melihat layar HP dan juga melamun, aku kan sudah pernah bilang sama kamu, jika kita sedang pergi kamu jangan pernah mengabaikan aku, tapi hari ini dan baru kali ini kamu mengabaikan aku,” kata Dea.“Aku mengabaikan kamu? Kapan?” tanya Navi.“Kamu tidak menyadarinya? Apa yang ada di pikiran kamu sekarang?” tanya Dea.“Sudahlah kenapa kalian malah bertengkar?” tanya Nungki teman Dea.
Setelah pembicaraan mereka selesai, mereka memutuskan untuk pergi ke warung batagor yang selama ini menjadi langganan Ira.“Apa kalian keburu?” tanya Ira.“Tidak, kenapa Ra?” tanya Rani.“Kalau begitu aku ingin menlaktir kalian ke tempat batagor yang selalu aku datangi, apa kalian setuju?” tanya Ira.“Sepertinya aku yang harus menlaktir kalian deh,” sahut Mahli setelah melihat layar ponselnya.“Kenapa?” tanya Ira.“Apa ada kabar baik?” tanya Furkam.“Ya, aku sudah keterima di sekolahan yang aku inginkan, jadi ayo kita berangkat ke warung batagor,” kata Mahli.“Kamu lewat online?” tanya Ira.“Ya, karena aku mungkin tidak suka berdesak-desakan,” jawab Mahli.“Ya itulah kamu,” kata Ira.Mahli pun tersenyum dan mereka pun berangkat ke warung batagor dengan berbonceng-boncengan. Tak lupa Ira me
Sesampainya di rumah Navi pun segera mengirim pesan kepada Ira.[Ira, apa kau sudah tidur? Aku sudah sampai di rumah] kata Navi.[Aku belum tidur, tetapi aku sudah mau tidur] balas Ira.[Kalau begitu kamu tidurlah, mimpi yang indah ya] kata Navi.[Baiklah, kalau begitu kamu juga mimpi indah ya] balas Ira.Mereka berdua menghentikan percakapan mereka dan tidur hinga pagi datang. Ira pun bangun sebelum matahari terbit, dia bebersih ruang tamu dan selesai bebersh dia mandi dan makan pagi, setelah itu dia pun menyalakan musik agar kamarnya tidak merasa sepi.Dentingan pesan di HP Ira pun terdengar dengan nyaring bersamaan dengan alunan music yang Ira dengarkan.[Ira aku nanti jadi ke rumah kamu ya?] kata Rani.[Boleh, memang mau ngapain Ran?] balas Ira.[Mau main saja, kamu sudah sembuh bukan?] tanya Rani.[Sudah kok, kamu ke sini sama siapa?] tanya Ira.[Nanti kamu akan tahu jika aku sudah sampai] jawab Rani.
“Minumlah,” kata Ira.Navi pun mengangguk dan meminum air di depannya, juga makan camilan yang ada di depannya.“Besok temanmu datang?” tanya Navi.“Sepertinya iya,” jawab Ira.“Siapa?” tanya Navi.“Rani,” jawab Ira.“Hanya Rani saja?” tanya Navi.“Mungkin Iya, karena yang menghubungiku hanya Rani saja yang mau ke sini,” jawab Ira.“Oke lah, aku besok tidak bisa ke sini, aku harus pergi daftar sekolah sama teman-temanku,” kata Navi.Ira pun senyum sinis.“Baik, aku baru tahu liburan kelulusan sudah mau mendaftar sekolah,” jawab Ira.“Iya, karena aku mau masuk dengan tes Ra, jadi harus lebih awal,” kata Navi.“Ahhh iya aku lupa jika kamu kan anak pintar yang apa-apa harus nomor satu, tapi ingatlah dari sebuah hubungan kamu tidak akan selalu menjadi nomor satu jika kamu melakuka
“Memangnya aku bohong apa Ira?” tanya Navi.“Entah, hanya kamu yang tahu,” jawab Ira.“Jangan membuatku penasaran,” kata Navi.“Yang penting aku sudah tahu semuanya, aku akan menunggumu mengatakannya,” kata ra lirih.“Tahu apa memangnya?” tanya Navi.“Bukan apa-apa,” jawab Ira.“Apa aku boleh ke sana?” tanya Navi.“Untuk apa?” tanya Ira.“Aku merindukan kamu saja, aku ingin tahu keadaan kamu,” jawab Navi.“Aku baik-baik saja,” jawab Ira.“Apa aku tidak boleh ke sana? Apa aku tidak boleh menjenguk pacarku?” tanya Navi.“Boleh saja, tapi aku mungkin sedang tidak mood saja, jadi jka kamu ke sini aku tidak melayani dengan bak jangan salahkan aku ya,” kata Ira.“Baiklah aku akan ke sana nanti malam,” jawab Navi.“Emmm,” kata Ira.
Tidan pun kembali ke kamar Ira dan mendapati Ira sedang menatap HP dengan wajah sedih. Pelan-pelan Tidan pun mendekati Ira.“Jika kamu tidak tenang, lebih baik kamu hubungi dia saja,” kata Tidan.“Apa boleh?” tanya Ira.“Ikuti kata hatimu, aku yakin kamu ini orang yang tidak tegaan dengan orang lain,” kata Tidan.“Tapi kenapa dia tega?” tanya Ira.“Semua itu tergantung pada si laki-lakinya, jika dia menyayangimu dia tidak akan tega denganmu, mungkin Navi hanya sekedar gegabah?” kata Tidan.Ira pun diam saja dan menghela nafas panjang.“Ahhh sudahlah, kita makan dulu yuk! Aku sangat lapar, setelah ini kau hubungi Navi,” kata Tidan menarik tangan Ira.“Aku tidak lapar,” jawab Ira.“Kalau begitu temani aku makan, tidak mungkin aku makan sendirian bukan?” tanya Tidan.“Baiklah ayo,” kata Ira.Mereka pun k