"Kanaya, ambilkan makanan untukku!" ucap Salman.Kanaya tersenyum dan menganggukan kepalanya sementara Anita mengayunkan bibirnya dan mulai menyendok makanan untuk dia sendiri. Ucapan Salman tadi menandakan jika ia memilih dilayani oleh Kanaya daripada Anita sang sekretaris. Samuel dan Saida tersenyum melihat Salman memilihkan Ayah daripada Anita.Setelah selesai makan Samuel dan istrinya pun pamit pulang, begitu juga Asiah ingin mengajak mamanya untuk pulang."Terima kasih sudah datang di pesta ulang tahun aku," ucap Syafana."Sama-sama, Sayang. Nanti kalau Cristy ulang tahun Syafana datang ya!" ucap Vilia-istri Samuel."Iya, Tante. Nanti kalau Cristy ulang tahun aku datang sama Tante cantik," ucap Syafana seraya menggandeng tangan Kanaya."Kamu ngapain masih di sini, Anita. Kita semua sudah mau pulang, kamu gak mau pulang?" tanya Samuel ketus."Iya, Tante Anita pulang aja. Aku mau buka kado sama Tante cantik gak mau ada Tante Anita di sini," celetuk Syafana.Semua orang tertawa mend
"Ya, aku kan istrimu jadi wajar jika aku cemburu, kan!" ucap Kanaya.Salman menatap Kanaya melalui spion mobilnya, wanita itu terlihat berbeda dari hari-hari sebelumnya. Jika kemarin-kemarin Kanaya terlihat dingin, sekarang jadi lebih banyak bicara seakan ingin memperlihatkan sisi lainnya.Mereka tiba di sebuah mall, hal yang pertama di tuju oleh Syafana adalah Playground. Kanaya mengikuti semua kemauan Syafana bermain semua game yang ada di tempat itu, sementara Salman hanya mengikuti dan mengawasinya saja."Papa ayo sini, masa dari tadi cuma liatin aja gak seru!" ucap Syafana."Papa lihat saja, Ana bisa main sepuasnya tanpa Papa ganggu," ucap Salman."Ana, sudah main sama Tante saja, Papamu sudah tua jadi gak bisa di ajak main seperti ini," ucap Kanaya.Salman melebarkan bola matanya mendengar ucapan Kanaya, usianya dengan Kanaya memang terpaut cukup jauh. Namun, ia tak ingin di sebut tua menurutnya itu terlalu berlebihan dan terdengar seperti meremehkan."Aku belum tua, belum jompo
"Tante mungkin akan pergi jauh, tapi tidak selamanya. Ada saatnya akan menemui Ana, tapi tidak bisa bersama Ana selamanya," jawab Kanaya."Gak boleh! Tante cantik gak boleh pergi jauh, Tante harus selalu di dekat aku!" ucap Syafana berdecak pinggang di hadapan Kanaya dan Salman."Tante juga maunya seperti itu, tapi Papa kamu yang gak mau ada Tante dalam hidup kalian," ucap Kanaya tersenyum dan mengelus kepala Syafana.Syafana langsung memberi tatapan tajam pada sang papa setelah mendengar ucapan Kanaya, Salman menghela nafas lalu bangkit dan menggendong Syafana, lelaki berwajah tampan itu lantas membawa anaknya pergi dari makam menuju mobilnya. Kanaya tersenyum dan mengikuti langkah mereka, wanita yang tengah hamil muda itu semakin mengembangkan senyumnya saat mendengar Syafana terus menerus memarahi Salman."Papa jahat! Kenapa Papa gak mau Tante Kanaya ada di hidup kita?" ucap Syafana."Jangan dengarkan ucapan Kanaya, semua yang Papa lakukan adalah yang terbaik untuk kita," ucap Salm
"Aku mau minta maaf, Om. Tadi aku gak sengaja, biar aku bersihkan celananya!" ucap Kanaya."Tidak perlu, keluar kamu!" ucap Salman dengan wajah memerah.Lelaki itu merasa malu pasalnya ia sudah membuka celana dan hanya mengenakan celana dalam saat Kanaya masuk ke kamar, ada sesuatu yang menegang dan terlihat oleh Kanaya. Jantung Kanaya berdebar kencang karena belum pernah seperti ini sebelumnya, tapi ia ingat nasehat dari Saida jadi ia akan berusaha mencobanya."Kenapa Om terlihat malu seperti itu, aku ini istri, Om," ucap Kanaya berjalan mendekat."Berhenti di situ Kanaya! Jangan melewati batasanmu!" ucap Salman dengan suara bariton nya."Batasan seperti apa yang aku punya? Memangnya om pikir aku mau apa?" tanya Kanaya kini sudah berjongkok di hadapan Salman.Salman memejamkan matanya membayangkan apa yang akan di lakukan Kanaya selanjutnya, tetapi suara langkah kaki Kanaya membuatnya membuka mata. Wanita itu sudah berjalan membawa celana kotor Salman dan meninggalkan kamar tersebut.
Salman mematikan sambungan teleponnya, lalu memakai jas dan tergesa-gesa keluar dari ruangannya. Saat baru saja di depan pintu, ia bertemu dengan Anita."Bapak mau kemana?" tanya Anita."Ada urusan penting aku harus keluar," ucap Salman."Tapi nanti kita ada rapat," ucap Anita."Atur ulang jadwalnya, mundurkan beberapa jam saja!" ucap Salman lalu pergi meninggalkan Anita.Sekertaris yang kerap memakai baju seksi itu kesal melihat Salman meninggalkan kantornya. Ia curiga jika hal itu karena istri kecil bosnya itu."Pasti ulah perempuan itu lagi, kenapa malam itu bisa ketemu perempuan itu sih, kenapa gak aku aja yang ada di kamar itu!" kesal Anita.Anita memang sudah lama menyukai bosnya itu, tetapi Salman tak pernah peka dan selalu bersikap dingin padanya. Hingga kejadian itu terjadi membuat Anita sangat kesal dengan Kanaya, wanita yang tiba-tiba ke kehidupan Salman, kedekatan Kanaya dengan Syafana membuatnya semakin kesal karena ia yang sudah lama mendekati Syafana pun tidak berhasil
"Apa yang tidak mungkin?" "Haris?" ucap Salman dan Samuel kompak.Pria bernama Haris itu tersenyum dan masuk kedalam ruangan Samuel kemudian memeluk Salman dan Samuel bergantian."Apa kabar kalian?" tanya Haris."Tentu saja baik, bagaimana dengan kabarmu?" Samuel balik bertanya."Seperti yang kau lihat, aku baik hingga aku bisa datang kesini. Apa yang sedang kalian bicarakan tadi? Kenapa si pengusaha sibuk ini ada di sini?" tanya Haris sambil menatap Salman.Salman tersenyum dan menggelengkan kepala, sahabat sekaligus mantan kakak iparnya selalu seperti itu menyebutnya. Mereka bertiga bersahabat sejak SMA, tetapi saat kuliah Samuel memiliki kedokteran sementara Salman dan Haris menggeluti kuliah dan pekerjaan yang sama."Kita sedang membicarakan Salman. Dia sudah menikah lagi, tapi gengsi mengakui kalau sudah cinta pada istrinya," ucap Samuel."Samuel!" Salman memberikan tatapan tajam saat Samuel mengatakan hal itu pada Haris.Haris adalah kakak dari almarhumah Hani, Salman takut jik
"Kanaya, masuk kamar!" ucap Salman seraya menarik tangan Kanaya dengan kasar membuat wanita cantik itu meringis kesakitan."Salman, apa yang kau lakukan? Kenapa kau kasar padanya?" tanya Haris terkejut dengan apa yang dilakukan Salman pada Kanaya."Lebih baik kalian pulang, aku tidak ingin ada orang yang mencampuri urusan rumah tanggaku dengan Kanaya!" ucap Salman.Haris terkejut mendengar ucapan mantan adik iparnya itu, baru kali ini Salman mengusir dan bersikap tidak baik padanya. Sejak mereka bersahabat hingga Salman menikahi adiknya, belum pernah sekali pun Haris melihat Salman bertindak kasar kepada wanita seperti itu."Kau benar-benar sudah berubah, Salman. Aku akan membayar berapapun asal kau melepas Kanaya, dia wanita baik tak pantas kau perlakukan seperti itu!" ucap Haris."Aku tidak akan terima sepeserpun uang darimu, Kanaya tetap denganku sampai perjanjian itu berakhir. Sekali lagi aku peringatkan jangan coba-coba mencampuri urusan rumah tanggaku!" ucap Salman lalu menarik
Salman bangun dari tidurnya dengan nafas tersengal-sengal, mimpi itu seakan sangat nyata. Kanaya menangis lalu pergi meninggalkannya, tetapi rasa sesak di dadanya terbawa hingga ia terbangun dari mimpi itu.Salman mengusap kasar wajahnya, lalu turun dari tempat tidur. Langkah bergerak cepat menuju kamar tidur sang istri, perlahan ia membuka pintu kamar yang tak terkunci dan ia bernafas lega melihat istrinya masih terlelap dalam tidurnya."Kenapa mimpi itu sangat nyata? Kau mau pergi kemana, Kanaya?" gumam Salman.Salman merebahkan tubuhnya di atas kasur dan kini masuk dalam selimut yang menutupi tubuh Kanaya. Wanita itu tidur menyamping dan kini Salman tidur menghadapnya dan terus memandangi wajahnya."Perasaan macam apa ini sebenarnya? Bukankah kita memang akan berpisah, mengapa saat bermimpi seperti itu dadaku terasa sangat sesak," gumam Salman.Lelaki berwajah tampan itu terus menatap wajah damai sang istri yang benar-benar lelap, hingga akhirnya rasa kantuk kembali melanda dan ia