Kata demi kata yang di ucapkan Kanaya tadi masih terngiang di kepala Salman hingga lelaki tampan itu tak dapat tidur malam ini, ia duduk dan menyalakan rokok di balkon kamar membiarkan dinginnya angin malam menyapa tubuhnya."Apa yang aku lakukan selama ini salah?" gumam Salman.Lelaki berwajah tampan itu menatap langit yang terlihat mendung, tak lama kemudian hujan pun turun. Ia masuk dan menatap foto pernikahannya dengan Hani."Sayang, apakah perbuatanku pada Kanaya salah? Aku hanya tak ingin ada wanita lain yang menggeser posisimu di hatiku," ucap Salman seraya mengelus foto tersebut.Suara guntur terdengar kencang, hujan malam ini cukup deras. Kanaya di kamarnya pun belum tidur, ia memilih berdoa dan mengadukan semua rasa sedih dan sakit di hatinya kepada sang Khaliq di atas sajadah."Ya Allah, mungkin alam pun tahu bagaimana sedih dan sakitnya hatiku atas perlakuan suamiku. Aku tak punya siapa-siapa lagi selain engkau, maka aku pasrahkan semua hidupku padamu, aku tahu engkau sela
Hari berlalu terasa begitu mengesalkan bagi Salman atas sikap dingin Kanaya padanya, hingga pesta ulang tahun Syafana pun tiba. Kanaya mendandani Syafana dengan begitu cantik, mengenakan gaun dengan warna yang sama. Namun, tak serupa membuat gadis kecil yang hari ini genap berusia 5 tahun itu begitu senang."Tante nanti berdiri di samping aku pas tiup lilin dan potong kue ya!" ucap Syafana."Sepertinya Tante lebih suka kalau sibuk membagikan makanan untuk para tamu," ucap Kanaya sambil terkekeh."Itu kan sudah ada petugasnya, Tante pokoknya di sebelah aku nanti dapat potongan kue yang kedua," ucap Syafana.Kanaya tersenyum dan mengangguk, setelah selesai di dandani, Syafana dan Kanaya pun ke ruangan utama yang sudah di hias. Salman rupanya sudah rapi dengan jas yang berwarna senada dengan gaun Syafana dan Kanaya."Wah kalau kaya gini saya suka lihatnya, udah cocok jadi keluarga sakinah," celetuk bi Imah.Asisten rumah tangga yang belakangan ini sering memperhatikan interaksi antara Sa
"Ada apa, Ana?" tanya Salman menghampiri anaknya yang berteriak."Papa lihat itu gaun Tante cantik kotor karena dia!" ucap Syafana menunjuk Anita."Maaf, Pak. Saya tidak sengaja," jawab Anita."Bohong, tadi aku lihat dia sengaja," ucap Syafana.Syafana yang sejak dulu tidak menyukai Anita sekertaris papanya melihat jika wanita itu sengaja menumpahkan cake ke gaun Kanaya.Kanaya berjongkok dan membujuk Syafana agar tidak marah lagi karena bisa merusak acara pestanya."Ana, sudah tidak perlu marah seperti itu. Sekarang kan Ana sedang jadi princess nanti pestanya terganggu kalau Ana marah-marah," ucap Kanaya."Tapi gaun Tante cantik jadi kotor," ucap Ana."Tidak apa-apa, tante bisa ganti dengan gaun lain," jawab Kanaya sambil tersenyum.Salman membujuk Syafana agar tidak marah lagi sementara Kanaya bergegas mengganti gaunnya. Diam-diam Anita mengikuti Kanaya, setelah Kanaya berganti gaun ia sangat terkejut melihat Anita di depan kamarnya."Mbak Anita, ngapain di sini?" tanya Kanaya."Maa
"Kanaya, ambilkan makanan untukku!" ucap Salman.Kanaya tersenyum dan menganggukan kepalanya sementara Anita mengayunkan bibirnya dan mulai menyendok makanan untuk dia sendiri. Ucapan Salman tadi menandakan jika ia memilih dilayani oleh Kanaya daripada Anita sang sekretaris. Samuel dan Saida tersenyum melihat Salman memilihkan Ayah daripada Anita.Setelah selesai makan Samuel dan istrinya pun pamit pulang, begitu juga Asiah ingin mengajak mamanya untuk pulang."Terima kasih sudah datang di pesta ulang tahun aku," ucap Syafana."Sama-sama, Sayang. Nanti kalau Cristy ulang tahun Syafana datang ya!" ucap Vilia-istri Samuel."Iya, Tante. Nanti kalau Cristy ulang tahun aku datang sama Tante cantik," ucap Syafana seraya menggandeng tangan Kanaya."Kamu ngapain masih di sini, Anita. Kita semua sudah mau pulang, kamu gak mau pulang?" tanya Samuel ketus."Iya, Tante Anita pulang aja. Aku mau buka kado sama Tante cantik gak mau ada Tante Anita di sini," celetuk Syafana.Semua orang tertawa mend
"Ya, aku kan istrimu jadi wajar jika aku cemburu, kan!" ucap Kanaya.Salman menatap Kanaya melalui spion mobilnya, wanita itu terlihat berbeda dari hari-hari sebelumnya. Jika kemarin-kemarin Kanaya terlihat dingin, sekarang jadi lebih banyak bicara seakan ingin memperlihatkan sisi lainnya.Mereka tiba di sebuah mall, hal yang pertama di tuju oleh Syafana adalah Playground. Kanaya mengikuti semua kemauan Syafana bermain semua game yang ada di tempat itu, sementara Salman hanya mengikuti dan mengawasinya saja."Papa ayo sini, masa dari tadi cuma liatin aja gak seru!" ucap Syafana."Papa lihat saja, Ana bisa main sepuasnya tanpa Papa ganggu," ucap Salman."Ana, sudah main sama Tante saja, Papamu sudah tua jadi gak bisa di ajak main seperti ini," ucap Kanaya.Salman melebarkan bola matanya mendengar ucapan Kanaya, usianya dengan Kanaya memang terpaut cukup jauh. Namun, ia tak ingin di sebut tua menurutnya itu terlalu berlebihan dan terdengar seperti meremehkan."Aku belum tua, belum jompo
"Tante mungkin akan pergi jauh, tapi tidak selamanya. Ada saatnya akan menemui Ana, tapi tidak bisa bersama Ana selamanya," jawab Kanaya."Gak boleh! Tante cantik gak boleh pergi jauh, Tante harus selalu di dekat aku!" ucap Syafana berdecak pinggang di hadapan Kanaya dan Salman."Tante juga maunya seperti itu, tapi Papa kamu yang gak mau ada Tante dalam hidup kalian," ucap Kanaya tersenyum dan mengelus kepala Syafana.Syafana langsung memberi tatapan tajam pada sang papa setelah mendengar ucapan Kanaya, Salman menghela nafas lalu bangkit dan menggendong Syafana, lelaki berwajah tampan itu lantas membawa anaknya pergi dari makam menuju mobilnya. Kanaya tersenyum dan mengikuti langkah mereka, wanita yang tengah hamil muda itu semakin mengembangkan senyumnya saat mendengar Syafana terus menerus memarahi Salman."Papa jahat! Kenapa Papa gak mau Tante Kanaya ada di hidup kita?" ucap Syafana."Jangan dengarkan ucapan Kanaya, semua yang Papa lakukan adalah yang terbaik untuk kita," ucap Salm
"Aku mau minta maaf, Om. Tadi aku gak sengaja, biar aku bersihkan celananya!" ucap Kanaya."Tidak perlu, keluar kamu!" ucap Salman dengan wajah memerah.Lelaki itu merasa malu pasalnya ia sudah membuka celana dan hanya mengenakan celana dalam saat Kanaya masuk ke kamar, ada sesuatu yang menegang dan terlihat oleh Kanaya. Jantung Kanaya berdebar kencang karena belum pernah seperti ini sebelumnya, tapi ia ingat nasehat dari Saida jadi ia akan berusaha mencobanya."Kenapa Om terlihat malu seperti itu, aku ini istri, Om," ucap Kanaya berjalan mendekat."Berhenti di situ Kanaya! Jangan melewati batasanmu!" ucap Salman dengan suara bariton nya."Batasan seperti apa yang aku punya? Memangnya om pikir aku mau apa?" tanya Kanaya kini sudah berjongkok di hadapan Salman.Salman memejamkan matanya membayangkan apa yang akan di lakukan Kanaya selanjutnya, tetapi suara langkah kaki Kanaya membuatnya membuka mata. Wanita itu sudah berjalan membawa celana kotor Salman dan meninggalkan kamar tersebut.
Salman mematikan sambungan teleponnya, lalu memakai jas dan tergesa-gesa keluar dari ruangannya. Saat baru saja di depan pintu, ia bertemu dengan Anita."Bapak mau kemana?" tanya Anita."Ada urusan penting aku harus keluar," ucap Salman."Tapi nanti kita ada rapat," ucap Anita."Atur ulang jadwalnya, mundurkan beberapa jam saja!" ucap Salman lalu pergi meninggalkan Anita.Sekertaris yang kerap memakai baju seksi itu kesal melihat Salman meninggalkan kantornya. Ia curiga jika hal itu karena istri kecil bosnya itu."Pasti ulah perempuan itu lagi, kenapa malam itu bisa ketemu perempuan itu sih, kenapa gak aku aja yang ada di kamar itu!" kesal Anita.Anita memang sudah lama menyukai bosnya itu, tetapi Salman tak pernah peka dan selalu bersikap dingin padanya. Hingga kejadian itu terjadi membuat Anita sangat kesal dengan Kanaya, wanita yang tiba-tiba ke kehidupan Salman, kedekatan Kanaya dengan Syafana membuatnya semakin kesal karena ia yang sudah lama mendekati Syafana pun tidak berhasil