#Sepupu_dari_KampungBab 35Tidak Bersyukur Riri menyeret kakinya mengikuti langkah cepat Vivian yang menyeretnya ke lorong arah toilet kantor. Suasana yang sepi membuat keributan keduanya tidak didengar orang. "Vivian, lepaskan!" Suara Riri tertahan, dia masih sadar untuk tidak berteriak-teriak di kantor suaminya yang akan membuat heboh saja. Riri merasa masih sanggup mengatasi Vivian sendiri. TapTapTapLangkah cepat Vivian sampai di depan toilet yang gedung lantai sembilan belas yang sepi. Vivian membanting tubuh Riri hingga bersandar di lantai. Seolah tak memberi kesempatan Riri bernafas Vivian segera menekan leher Riri hingga gadis itu bersandar di tembok dengan kepala mengadah."Dengar ya, gadis kampung! Jangan merasa menang dariku!" Vivian menambah tenaga menekan leher Riri. Nafas Riri sampai sesak."Kau hanya gadis pembayar hutang! Zian pasti akan menceraikanmu segera!" Vivian melebarkan mata dengan sorot penuh kebencian dan emosional. Riri tak bisa menjawab, tangannya be
#Sepupu _dari_KampungBab 36Minta Maaf pada Riri "Terserah kamu saja," jawab Ega pasrah. "Bagus lah, setelah anak ini lahir, kita pisah aja!" Neni menggeser duduknya agak menjauh dari suaminya yang hanya bisa melirik. Sebenarnya Ega punya rencana mulia yaitu bila sudah selesai kuliah dan bekerja nanti dia akan mengajak istri dan anaknya keluar dari rumah mertuanya dan hidup mandiri. Ega mau mengajak Neni agar bisa menjadi seorang Ibu dab istri yang baik. Menurut Ega, pengaruh keluarga Neni sendiri tidak baik. Mertua perempuannya yaitu Sania terlalu matre dan mulutnya lemes bila menyindir atau ngatain orang. "Aku mau melanjutkan hidupku, Ga, aku mau kuliah lagi. Hidup denganmu membuatku prihatin, ingin ini itu hanya bisa nelen ludah." Cibir Neni seolah tak peduli dengan perasaan Ega. Seorang perawat keluar dan memanggil nama Neni. Bersama Ega, mereka berdua lalu memasuki ruang periksa. Hasil USG menunjukkan anak pasangan Neni dan Ega berjenis kelamin perempuan. Ega tersenyum sen
#Sepupu _dari_KampungBab 37Cemburu dengan suami orang "Pah, bagaimana ini? Aku nggak sudi nyembah Riri bocah kurang ajar itu." Sania berbisik dekat di telinga suaminya. Pur,. menghela nafas, "gapapa, Mah, demi proyek dan cuan gede, bisa buat beli mobil baru," bisik Pur dengan sedikit membuka mulutnya. Bayangan mobil baru seketika melintas di pikiran Sania. "Hmm, bener juga, aku bisa pamerkan nanti pada teman-temanku hihi, gapapa lah sandiwara sedikit pura-pura menyesal tapi, nanti aku akan membalas perlakuan Riri!" Sania mengulum bibirnya. "Om, Tante, nunggu apa?" Hardik Zian yang sudah sebal dengan kedua orang tua di depannya yang sedari tadi bisik-bisik terus. "Oh, iya, Zian."Sania berdiri duluan dan berjalan pelan menghampiri Riri. Riri nampak tegang, jujur dia tidak menginginkan hal seperti ini. Cukup minta maaf tidak usah pakai memohon, dia sungkan. "Riri, maafkan Budhe, ya?" Sania berjongkok di samping Riri, tangannya mengusap pundak Riri. "Selama ini Budhe banyak berbu
#Sepupu _dari_KampungBab 38Rencana Jahat Vivian mengamati rumah Riri setelah mobil Zian menghilang. Vivian menjalankan pelan mobilnya, dia menatap rumah tingkat bercat putih yang ditinggali Riri dan Zian. "Seharusnya rumah ini milikku!" Desis Vivian geram. Karena gagal menjadi istri Zian makanya Vivian gagal pula mendapatkan rumah bernuansa minimalis yang mewah itu. Vivian juga melihat sebuah mobil berwarna putih yang nongkrong di dalam garasi yang terbuka, "hmm, gadis kampung itu dibelikan mobil juga rupanya." Membuat rasa iri semakin meruncing di hati Vivian, apa lagi melihat mobil yang diberikan Zian untuk Riri lebih bagus dari miliknya. Terakhir sebelum putus, Vivian sedang merayu Zian untuk mendapatkan mobil baru yang keren. Sayangnya semua kandas dikarenakan Zian dinikahkan dengan pilihan orang tuanya. Vivian tidak habis pikir kenapa orang tua Zian tidak memilihnya sebagai menantu, secara Vivian merasa lebih cantik, lebih seksi, lebih tinggi derajatnya dari Riri. "Dasar ora
#Sepupu _dari_KampungBab 39Salah sendiri "Zi, Ayo makan malam dulu, udah aku siapin," Riri mendekat pada Zian yang meringkuk di tempat tidur. Zian menggeleng. "Kamu kenapa?" Riri menarik selimut yang membungkus tubuh suaminya. "Eeh, eh!" Zian menarik kembali selimutnya. Riri mengerutkan kening. "Kamu sakit?" Tanya Riri. Zian menggeleng, dia mengambil bantal lalu memeluk di perutnya erat. Riri melihat Zian meringkuk sambil memeluk bantal jadi curiga. "Sakit perut, Zi?" Zian tidak menjawab malah berbalik membelakangi Riri dengan masih tetap memeluk bantal. "Mana yang sakit?" Tanya Riri lagi dengan memasukkan tangannya ke balik baju Zian dan mengelus perut suaminya dari belakang. "Sini?" Riri mengusap perut Zian di sekitar pusarnya. Zian menggeleng. "Sebelah kiri," katanya sambil meringis. Tangan Riri masuk lebih dalam dan terus mengusap perut Zian agar nyaman. "Aku ambilkan minyak kayu putih, ya?" Riri beranjak dan menarik tangannya. "Aduuh!" Zian memegang perut seperti kes
#Sepupu _dari_KampungBab 40DeVivian bangun dengan merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Tulang-tulangnya serasa patah bersamaan. Uuh, gadis itu mengerang dan berusaha bangkit, "apa yang terjadi?" Vivian melihat sekelilingnya. "A_aku ada di mana?" Matanya menelisik setiap sudut ruangan. "Seperti ada di hotel." Bibirnya bergumam. Vivian berusaha mengingat apa yang terjadi tetapi tidak bisa. Sampai-sampai dia harus memukul kepalanya sendiri untuk mengingat. Saat Vivian melongok ke dalam selimut yang membalut tubuhnya, dia bertambah kaget. "Astaga!" Mata Vivian melotot seketika. Tangannya kembali merapatkan selimut. Nafas Vivian memburu, "apa yang terjadi padaku?" Dia menelan ludah sendiri dengan dada yang berdebar tak karuan. Perempuan itu segera menyadari kalau seluruh pakaiannya berserakan di ranjang dan lantai ruangan. Masih dengan berbalut selimut Vivian turun dari tempat tidur. Dia merapat ke tembok, menyaksikan ranjang yang berantakan seperti habis diterjang puting beliung
#Sepupu _dari_KampungBab 41Salah Obat Zian akhirnya pergi juga dengan kedua temannya. Dalam perjalanan, mereka menelepon teman yang lainnya dan mengajak bergabung. Seperti masa lalu, mereka berpesta ada musik, minuman dan perempuan tentunya. "Undang ciwinya juga, Frans!" Kata David, temannya yang lain. Ah, nggak usah bawa cewek, rese!" Kata Zian menggeleng. Setiap dugem sama cewek ntar ada yang mabok pasti nganterin pulang. Zian sudah nggak mau begitu, dia sudah beristri. Begitu pikir Zian. "Ah, nggak ada cewek nggak asyik, udah panggil saja!" Zian kalah suara, akhirnya mereka memanggil teman cewek diantara Vivian. Zian mau protes nggak mau Vivian tapi, takut diledekin suami takut istri nanti. Zian pun mengikuti kemauan teman-temannya. "Yang penting aku tidak akan mendekati Vivian," begitu pikir Zian. Vivian segera datang bersama Linda, Eva dan Yura. Mereka semua langsung bergabung dengan meja yang sudah di-reserve sama David. Total ada sembilan orang, lima laki-laki dan empat
#Sepupu _dari_KampungBab 42Zian dijebak Vivian sangat kesal mengetahui obat yang dia berikan pada Zian adalah obat tidur. Efeknya memang beda soalnya ditambah Zian mabok juga. Zian jadi tertidur seperti orang mati. Vivian setengah rebahan dengan menyandarkan punggung di sandaran tempat tidur hotel. Dia kesal sendiri sampai memukul mukul ranjang. Anehnya Zian tetap terlelap. Obat tidurnya dosis tinggi mungkin. "Huh! Bagaimana ini aku sudah berusaha menjebaknya malah Zian tertidur pulas!" Vivian yang kesal menatap Zian dengan cemberut. Kemeja yang dikenakan Zian sudah berantakan bahkan dasinya juga sudah terlepas entah di mana. Kancing baju Zian terlepas sampai terlihat dada dan perutnya. Melihat dada Zian yang bidang menarik hati Vivian, gadis itu tersenyum sendiri dan mendekat. Tangannya meraba-raba dada hingga perut Zian. Huh! Vivian membuang nafas, tak disangka hanya dengan meraba badan Zian libidonya bisa naik. Vivian jadi bernafs* mencumbu badan Zian. "Aaah, Zian seharusny