Hingga akhir, Fathur menatap wajah Ara, "Aku mencintaimu, Ara." Ara tersenyum, diusapnya dada Fathur lalu menenggelamkan wajahnya disana. Malam itu, menjadi malam panjang bagi mereka berdua, Ara melupakan seluruh masalah hidupnya. Dia tak menyangka bisa terjebak pada cinta iparnya sendiri, semua itu berawal dari Wardah, Mertuanya. Wardah berniat memberi pelajaran pada anaknya, sengaja mendekatkan Ara dan Fathur, dengan harapan Ehan berubah dan kembali pada istrinya nyatanya Ehan tetap berhubungan dengan Dinda di belakang.Flashback On"Ara... Mama ada ide," Ujar Wardah siang itu."Ide apa, Ma?" alis Ara bertautan tanda bingung.Keduanya memang sering bersama saat sore hari, menikmati mini garden milik Ara, bercerita dan berkeluh kesah, Wardah sangat ingin mengembalikan Ehan seperti dulu, anak yang penurut dan sayang pasa istrinya.Semenjak perselingkuhan nya terbongkar, Ehan semakin jarang pulang, saat di tegur dia akan meminta maaf dan kembali di rumah hanya seminggu, setelah itu
Fathur tersenyum geli, dia menertawakan dirinya sendiri yang tak dapat mengontrol sikapnya."Ah, rasanya aku benar-benar gila karena Ara."Saat Ara sudah selesai berpakaian, Fathur langsung menggenggam tangan Ara dan keluar dari kamar. Begitu terkejutnya Fathur, jika berbagai makanan sudah tersaji dengan rapi. Semuanya nampak menggiurkan.Ara tersenyum, "Waaah... Angga benar-benar memenuhi permintaanku.""Angga? Siapa?" Tanya Fathur penasaran.Ara hanya mangkat bahu, sekarang dia sangat suka melihat ekspresi Fathur yang seperti itu, sangat lucu.Disisi lain, Aldo mengepal erat tangannya, orang suruhannya gagal mendapatkan vidio keinginan Fathur dan Ara, dia tak tau bagaimana Fathur bisa tau jika ada kamera tersembunyi disana."Maafkan aku, bos." Ucap lelaki gempal itu. Dia yang sudah berpura-pura menjadi pelayan di famili karouke malam itu, dengan cara membius pekerja disana, dan mengambil alih posisi pelayanan, dia juga yang sudah membubuhi minuman Ara dan Fathur dengan obat perangs
Hati Ehan begitu risau, menunggu kabar Ara yang belum juga pulang hingga tengah hari."kemana kau pergi, Ara? aku mengkhawatirkanmu." Guman Ehan.Sudah hampir jam makan siang, tapi ponsel Ara masih juga tak bisa dihubungi, Ehan benar-benar tak tahu dimana keberadaan istrinya, selama ini dia sibuk bekerja sampai tak tau dimana kebiasaan Ara berdiam diri.Detik berikutnya, Ehan terdiam, tempo hari Ara sering berada di taman komplek, mungkin saja Ara disana. Ehan pun bangkit, segera menuju ke taman.Tapi, harapannya pupus, di taman juga sama, Ara tidak ada.Ehan membuang nafas kasar, mengusap wajahnya dengan pasrah."Aku yang salah, Ara. Aku yang bodoh karena tergoda dengan wanita lain, aku menyesal. Aku masih membutuhkanmu, Ara." Batin Ehan.Disisi lain, Fathur masih memandangi wajah Ara yang terlihat segar, wanita itu begitu fokus menatap tumpukan berkas, seperti ada magnet disana, diabaikannya Fathur yang terus memperhatikannya.Lelaki itu tak bosan memandang wajah wanita pujaannya,
"Kau harus tanggung jawab pada jiwaku, Ara.""Dengan senang hati, Bang..." Ucap Ara dengan senyum manisnya.Entah apa yang dimaksud Fathur, tapi Ara sangat menyukai sorot mata Fathur yang teduh begitu, hatinya bisa berdebar kencang jika Fathur menatapnya dengan memuja.Dengan kekuatan super, Fathur menggendong Ara, membawanya ke atas tempat tidur. Tanpa kata, Fathur membukanya dengan kecupan dikening Ara, wanita itu terpejam merasakan aliran cinta yang tulus."Aku mencintaimu, Ara."Keduanya kembali menikmati indahnya cinta, sampai ke puncak nirwana. Fathur mengusap wajah Ara yang sudah terlelap, dia begitu memuja kecantikan Ara yang terlihat begitu alami. tak lama setelah itu, dia pun tertidur memeluk tubuh Ara yang polos. --- Ara mengeliat bangun, saat matanya terbuka dia menatap Fathur yang terlelap, terdengar deru nafasnya yang begitu teratur, jari jemarinya mengusap pipi Fathur dengan lembut, lalu beranjak menyentuh mata, hidung dan dagu, menurutnya wajah Fathur adalah perpaduan
'Aku tau kau sedang akting saja, Mas. Aku bukan wanita bodoh seperti yang kau kira.' Batin Ara.Ehan membalas tatapan itu dengan mengiba, dia tak akan mundur sebelum mendapatkan hati Ara kembali.Meski harus berlutut Ehan akan melakukannya.---Dinda begitu risau, saat mengetahui rencananya menjebak Rudy gagal, pantas saja Ehan langsung menghilang, sudah dua hari sejak data yang dia manipulasi itu terbongkar, Ehan belum datang menjumpainya.Wanita berumur tiga puluh empat tahun itu frustasi, dia begitu merindukan belaian Ehan, tubuh Ehan seakan menjadi candunya untuk menuntaskan hasrat, Dinda seperti mengidap kelainan, dia ingin terus melakukan hubungan seks dengan Ehan, tak cukup hanya satu kali, dia bisa meminta beberapa ronde jika Ehan ada di rumahnya.Tentunya, dengan memberi obat kuat pada minuman Ehan, itulah yang membuat Ehan juga merasa heran, karena dia tak pernah puas dan lelah jika sedang berhubungan badan dengan Dinda.Dinda berjalan mondar-mandir tak karuan, sudah berpulu
"Jangan melarang mataku untuk menatapmu, Ara. Karena, memandang wajahmu adalah hal yang amat berarti bagiku, wajahmu memiliki magnet yang tak kasat mata" Ucap Fathur membuat wajah Ara bersemu merah.Ara semakin menundukkan kepala, dia benar-benar meleleh mendengar kata romantis dari iparnya itu, dengan cepat Ara menghabiskan rainbow cake, dia takut khilaf jika lama-lama berada di samping Fathur.Fathur masih saja menatap Ara tak berkedip, membuat Ara semakin tak berdaya untuk menghabiskan cake di hadapannya. 'Aku nyerah, sebaiknya aku ke kamar, jantungku tak aman di dekat lelaki ini.' Batin Ara.Ara pun bangkit, tapi lengannya di tahan oleh Fathur."Mau kemana, hmmm? tak baik meninggalkan tamu sendirian di meja makan,""Aku harus kembali ke kamar, Bang. Mas Ehan pasti menungguku."Senyuman Fathur seketika sirna, mendengar nama Ehan di sebut hatinya tercubit. Dia kembali tersadar jika Ara masih terikat pernikahan dengan Ehan.Fathur melepaskan genggamannya, namun manik matanya tak ber
Fathur yakin, jika mobil tadi sengaja menunggu Ara lewat, karena kejadian itu begitu cepat, membuat Fathur tak dapat melihat nomor mobilnya."Apa tak ada CCTV di area taman?" Tanya Elma."Sepertinya ada." Jawab Ehan."Ok, kau urus Ara, Ehan. Aku akan ke TKP, aku curiga jika ada yang sengaja ingin melenyapkan Ara." Ucap Elma melirik Ehan dari kaca depan.Ehan hanya terdiam, saat ini dia tak dapat berpikir jernih, dia hanya memikirkan keselamatan Ara. Sedangkan sang sopir hanya diam saja melirik Fathur yang tatapannya begitu kosong. --- Di Rumah sakit, Ara sudah dipindahkan ke ruang rawat, Mertuanya masih menunggu di luar, tidak ada yangboleh masuk untuk sementara waktu, karena kondisi Ara yang masih lemah. Terdengar suara langkah cepa dari sebelah kanan, Daffa sang adik dan juga Reno orng kepercayaan ayah Ara datang, di belakngnya tiga orang pengawal dengan berpakaian serba hitam, sontak Rudy langsung berdiri dan membungkukkan badan. Hatinya binggung, kenapa sang ekskutif muda ada
"Ara... aku disini." Lirih Fathur.Fathur masih menggenggam erat tangan Ara, di. merasakan gerakan dari jari telunjuk Ara, cepat-cepat Fathur mengusap air matanya, diperhatikan jari itu lagi, tak bergerak.Tangannya mengusap pipi Ara yang pucat."Ara, kau pasti mendengarku, gerakkan jarimu jika kau benar-benar mendengar suaraku, Ara. Hanya ada aku disini,". Ucap Fathur mencoba berinteraksi dengan iparnya itu.Netranya kembali memandang jari Ara, masih juga tak bergerak, Fathur sangat yakin jika tadi dia tak salah lihat."Ara... Aku disini, aku janji tak akan meninggalkanmu lagi, bangun, Ara..." Lagi, Fathur merasakan gerakan itu, jari jemari Ara bergerak terutama jari telunjuknya, Fathur tersenyum tipis, dilihatnya air mata mengalir dari sudut mata Ara, dengan cepat Fathur mengusapnya dengan lembut."Jangan menangis, Ara. Aku akan selalu ada disampingmu." bisik Fathur.Fathur percaya, meski Ara tak sadarkan diri, tapi di alam bawah sadarnya dia dapat mendengar dan merasakan kehadiran