"Mau kemana kau, Ehan?" Tanya Ayahnya dari belakang. Ehan terkesiap, dia lupa jika ayahnya akan bangun saat azan subuh dan melakukan shalat di masjid komplek. "E... E... hanya ingin cari udara segar, Yah.""Pagi-pagi begini? jangan bilang kau pergi ke rumah wanita pantat wajan itu?" Ehan terdiam, hatinya tak suka jika Dinda selalu di sebut wanita pantat wajan. "Bukan urusan, Ayah. Aku pergi." Ehan berlalu, tak menghiraukan teriakan ayahnya, Ehan terur melajukan mobilnya dengann cepat.Rudy hanya bisa menghela nafas.---Dinda benar-benar ketakutan di kamarnya, pasalnya pria misterius itu terus menggedor-gedor jendela rumahnya, dia tak berani untuk keluar, hanya sekedar mengintip juga tak berani. Beberapa kali dia menekan tombol panggil di ponsel, Ehan tak menjawabnya.Diliriknya jam tinggi, Dinda sedikit lega karena sebentar lagi pasti para tetangga akan kluar rumah untuk melaksanalan shalat subuh, dia berharap ada orang yang membantunya.Brak...Suara lemparan batu kembali terden
Sudah lima bulan setelah Ehan mengaku selingkuh, semuanya berjalan normal, Ara memaafkannya. Namun, hanya di mulut saja, karena suaminya itu masih menemui Dinda. Ara tak merasa kesepian lagi, pasalnya kini dia sudah semakin dekat dengan sepupunya, harapan mendapatkan cinta tulus dapat dia rasakan dari tatapan teduh Fathur.Lelaki itu, sukses membuat hati Ara merasakan bunga-bunga cinta kembali, hampir setiap hari Fathur mengirimkan kata-kata romantis, meski dia tau Ara masih berstatus istri sepupunya."Duhai cinta, senyummu bagaikan rembulan, yang cahayanya menerangi bumi yang gelap. Dan, aku lah bumi itu, kini... dia sudah tak gelap lagi, karena akan ada senyummu yang selalu meneranginya." Fathur tersenyum sesaat setelah mengirim pesan pada, Ara. Entah kenapa dirinya begitu nekad mendekati Ara.Dulu dia mundur, dan melupakan cinta pada Ara. Berbeda dengan saat ini, Fathur seakan perangko yang selalu lengket jika di dekat Ara, dia tak perduli orang menganggapnya seperti apa, yang pa
Fathur terlihat sangat mencintai Ara, dimanapun wanita itu berada, dia selalu melindunginya. Aldo sesekali menyesap kopinya, sorot matanya menatap lurus kedepan."Kau begitu licin, Fathur. Tapi, aku tak akan gagal dalam misi ini, meski aku juga mencintai Ara, aku rela melepasnya demi uang. Namun... Jika ini sudah selesai targetku selanjutnya adalah kamu."Lelaki bertopi hitam itu tersenyum smirk, dia langsung menghubungi anak buahnya untuk terus mengawasi Fathur dan Ara.---Fathur berjalan mondar-mandir di kamarnya, dia masih belum percaya apa yang di dengar dari pembicaraan Elma, hatinya merasa ada yang janggal, apalagi sekarang, Elma seakan selalu mendekatkan dirinya dengan Ara.'Apa yang disembunyikan Mbak Elma dariku?' Batin Fathur bingung.Ketukan pintu membuyarkan lamunan Fathur, dia beringsut dan membuka pintu. Ara sudah mode rapi, dia mengangkat alis dan menyandarkan tubuhnya disisi dinding dekat pintu."Jalan yuk, Bosan aku." Ajak Ara.Fathur terdiam, dia memandang Ara dari
Ehan langsung melempar ponselnya, "Aaaarggg... siapa yang berani mengancam ku?" Pekik Ehan.Rahang Ehan mengeras karena emosi yang menggebu, bola matanya memerah, dia tak menyangka akan mendapatkan ancaman seperti itu, Ehan masih sangat mencintai Ara, jika dia menceraikan Ara bisa dipastikan saham perusahaan pun akan turun.Lelaki itu menggusar wajahnya dengan kasar, 'Bagaimana aku bisa menceraikan, Ara?Dia cintaku, aku tak ingin berpisah dengannya. Tapi..."Ehan mendongak, lalu senyumnya mengembang. "Akan aku buat Ara tak berkutik," lirih Ehan dengan senyuman devilnya.Gegas lelaki itu membuka semua iformasi tetang perusahaan milik orang tua Ara, dia berecana memiliki seluruh saham perusahaan RW Glow terlebih dahulu, baru menceraikan Ara. Ehan sudah kalap, dia tak ingin namanya hancur begitu saja, apalagi dia merintis posisi itu dari staff biasa.---"Kau mau makan apa?" Tanya Fathur setelah mereka tiba di Famili karaoke."Pesankan aku jus jeruk, steak ayam dan... cap cay. Ah, ia ja
Hingga akhir, Fathur menatap wajah Ara, "Aku mencintaimu, Ara." Ara tersenyum, diusapnya dada Fathur lalu menenggelamkan wajahnya disana. Malam itu, menjadi malam panjang bagi mereka berdua, Ara melupakan seluruh masalah hidupnya. Dia tak menyangka bisa terjebak pada cinta iparnya sendiri, semua itu berawal dari Wardah, Mertuanya. Wardah berniat memberi pelajaran pada anaknya, sengaja mendekatkan Ara dan Fathur, dengan harapan Ehan berubah dan kembali pada istrinya nyatanya Ehan tetap berhubungan dengan Dinda di belakang.Flashback On"Ara... Mama ada ide," Ujar Wardah siang itu."Ide apa, Ma?" alis Ara bertautan tanda bingung.Keduanya memang sering bersama saat sore hari, menikmati mini garden milik Ara, bercerita dan berkeluh kesah, Wardah sangat ingin mengembalikan Ehan seperti dulu, anak yang penurut dan sayang pasa istrinya.Semenjak perselingkuhan nya terbongkar, Ehan semakin jarang pulang, saat di tegur dia akan meminta maaf dan kembali di rumah hanya seminggu, setelah itu
Fathur tersenyum geli, dia menertawakan dirinya sendiri yang tak dapat mengontrol sikapnya."Ah, rasanya aku benar-benar gila karena Ara."Saat Ara sudah selesai berpakaian, Fathur langsung menggenggam tangan Ara dan keluar dari kamar. Begitu terkejutnya Fathur, jika berbagai makanan sudah tersaji dengan rapi. Semuanya nampak menggiurkan.Ara tersenyum, "Waaah... Angga benar-benar memenuhi permintaanku.""Angga? Siapa?" Tanya Fathur penasaran.Ara hanya mangkat bahu, sekarang dia sangat suka melihat ekspresi Fathur yang seperti itu, sangat lucu.Disisi lain, Aldo mengepal erat tangannya, orang suruhannya gagal mendapatkan vidio keinginan Fathur dan Ara, dia tak tau bagaimana Fathur bisa tau jika ada kamera tersembunyi disana."Maafkan aku, bos." Ucap lelaki gempal itu. Dia yang sudah berpura-pura menjadi pelayan di famili karouke malam itu, dengan cara membius pekerja disana, dan mengambil alih posisi pelayanan, dia juga yang sudah membubuhi minuman Ara dan Fathur dengan obat perangs
Hati Ehan begitu risau, menunggu kabar Ara yang belum juga pulang hingga tengah hari."kemana kau pergi, Ara? aku mengkhawatirkanmu." Guman Ehan.Sudah hampir jam makan siang, tapi ponsel Ara masih juga tak bisa dihubungi, Ehan benar-benar tak tahu dimana keberadaan istrinya, selama ini dia sibuk bekerja sampai tak tau dimana kebiasaan Ara berdiam diri.Detik berikutnya, Ehan terdiam, tempo hari Ara sering berada di taman komplek, mungkin saja Ara disana. Ehan pun bangkit, segera menuju ke taman.Tapi, harapannya pupus, di taman juga sama, Ara tidak ada.Ehan membuang nafas kasar, mengusap wajahnya dengan pasrah."Aku yang salah, Ara. Aku yang bodoh karena tergoda dengan wanita lain, aku menyesal. Aku masih membutuhkanmu, Ara." Batin Ehan.Disisi lain, Fathur masih memandangi wajah Ara yang terlihat segar, wanita itu begitu fokus menatap tumpukan berkas, seperti ada magnet disana, diabaikannya Fathur yang terus memperhatikannya.Lelaki itu tak bosan memandang wajah wanita pujaannya,
"Kau harus tanggung jawab pada jiwaku, Ara.""Dengan senang hati, Bang..." Ucap Ara dengan senyum manisnya.Entah apa yang dimaksud Fathur, tapi Ara sangat menyukai sorot mata Fathur yang teduh begitu, hatinya bisa berdebar kencang jika Fathur menatapnya dengan memuja.Dengan kekuatan super, Fathur menggendong Ara, membawanya ke atas tempat tidur. Tanpa kata, Fathur membukanya dengan kecupan dikening Ara, wanita itu terpejam merasakan aliran cinta yang tulus."Aku mencintaimu, Ara."Keduanya kembali menikmati indahnya cinta, sampai ke puncak nirwana. Fathur mengusap wajah Ara yang sudah terlelap, dia begitu memuja kecantikan Ara yang terlihat begitu alami. tak lama setelah itu, dia pun tertidur memeluk tubuh Ara yang polos. --- Ara mengeliat bangun, saat matanya terbuka dia menatap Fathur yang terlelap, terdengar deru nafasnya yang begitu teratur, jari jemarinya mengusap pipi Fathur dengan lembut, lalu beranjak menyentuh mata, hidung dan dagu, menurutnya wajah Fathur adalah perpaduan