"Lalu apakah setelah semua yang Om lakukan itu menjadikan Ibu bahagia?"Deg!Jantung Wisnu seolah berlari ke kerongkongannya saat mendengar pertanyaan Jonathan, ia sadar kalau apa yang ia ceritakan tadi malah membuat celah agar Jonathan bisa membujuknya agar membantu. "Apakah setelah pengorbanan yang Om lakukan membuat Ibu senang? Jonathan rasa nggak, malah Jonathan merasa Ibu dulu sangat-sangat tersiksa. Jarang Jonathan melihat Ibu tersenyum, berbeda dengan saat ini. Ibu sangat suka tersenyum saat sudah kembali bersama dengan Om," ucap Jonathan lagi yang saat ini makin merasa mendapatkan celah untuk mendapatkan bantuan dari Wisnu."Tapi, apa yang terjadi pada saya dan Emma itu sudah takdir, dan sudah terjadi." Wisnu masih mencoba berkelit."Iya, paham ... makanya saya meminta Om Wisnu membantu saya untuk membujuk Ibu agar sejarah tidak terulang kembali dan lagi, hubungan saya dan Kaluna masih bisa diselamatkan, hubungan kami saat ini masih bisa diselamatkan, benarkan Om Wisnu?" tanya
Suara halilintar terdengar jelas di kuping Jonathan, ia dengan cekatan melajukan mobilnya membelah jalanan kota Jakarta untuk kembali pulang ke rumah setelah selesai semua pekerjaan dan urusannya di Palembang, bahkan ia sudah memulangkan kembali Fina ke rumahnya. Sepanjang perjalanan Jonathan tak henti-hentinya tersenyum bahagia, ia bahkan sudah membuat janji dengan Fina untuk pertemuan antara Wisnu, Emma dan Fina. Bahkan Jonatgan sudah menelepon Wisnu untuk mengingatkan kembali tentang pertemuan tersebut. Bahkan sangking terlalu bahagianya, Jonathan tidak merasa lelah sama sekali padahal tiga jam yang lalu ia baru saja turun dari pesawat yang memulangkan dirinya dari Palembang, untungnya dia selalu menitipkan mobilnya di Bandara sehingga ia bisa pulang dengan cepat tanpa perlu menunggu taksi online atau jemputan. Saat ia membelokkan mobilnya ke kiri untuk memasuki komplek perumahannya, ekor mata Jonathan menangkap sosok yang tak asing, seorang wanita sedang berjalan sendirian tanp
"Yang! Ayang!" teriak Jonathan di tengah guyuran hujan. Udara dingin sama sekali tidak Jonathan indahkan, ia terus berlari sambil memanggil Kaluna yang sudah berjalan di depannya. Untungnya suasana jalan sepi dan sudah masuk ke dalam jalan komplek hingga tidak banyak mobil yang berlalu lalang, mobil Jonathan pun tidak memacetkan walau Jonathan parkirkan di bahu jalan."Ayang!" teriak Jonathan lebih lantang lagi hingga seluruh urat di lehernya terlihat.Kaluna menghentikan langkahnya lalu berbalik melihat Jonathan, "Apa? Mau apa? Mau ajak aku pulang ke rumah Ibu, hah?" tanya Kaluna sambil memicingkan matanya berusaha untuk melihat sosok Jonathan yang tak terlihat jelas akibat derasnya air hujan.Saat Jonathan sadar kalau Kaluna sudah berdiri, dengan cepat Jonathan berlari mengejar Kaluna lalu kedua tangan Jonathan langsung memeluk Kaluna dan mengangkat tubuh Kaluna seperti mengangkat karung beras."Kamu mau apa? Turun nggak!" jerit Kaluna kaget karena tiba-tiba saja ia sudah ada di bah
Kaluna menyentuh air hangat yang sudah terisi penuh di dalam bathtub, setelah dirasa cukup suhunya, Kaluna langsung masuk ke dalam bathup untuk merendam tubuhnya yang sudah menggigil akibat berkelahi dengan Jonathan di tengah guyuran hujan.Rasa hangat dengan cepat menyelimuti setiap inci tubuh Kaluna dan entah bagaimana tapi, air hangat di dalam bathtub seolah memijatnya lalu mengguyurnya dengan rasa nyaman. Kaluna menyandarkan kepalanya ke sisi bathtub lalu memejamkan matanya. Menikmati sensasi rileks tanpa sadar kalau ada seseorang yang masuk ke dalam kamar mandi dan memperhatikan dirinya.“Kayanya bathtub itu cocok dipakai sama kamu, Yang.”“Hah?” Kaluna tersentak kaget lalu menoleh ke arah sumber suara dan mendapati Jonathan yang sedang membuka pakaiannya.Kaluna menelan ludahnya saat kedua matanya dimanjakan dengan pemandangan dari tubuh Jonathan. Entah karena pikirannya yang sangat rindu pada Jonathan atau memang gairahnya yang selalu terpicu setiap melihat pria itu membuka pak
"Ah ...." Kaluna melengguh saat ia kembali merasakan gerakan sensual dibagian bawah tubuhnya. Napasnya tersenggal saat gulungan kenikmatan menjerumuskan dirinya dalam hutan sensual yang dibuat dari gerakan erotis jemari Jonathan di ceruk kewanitaannya.Jonathan mengecupi leher Kaluna dan sesekali meliukkan lidahnya, memberikan jejak-jejak bukti kepemilikan di sana. Tangannya terus bergerak liar dibagian bawah tubuh Kaluna hingga membuat Kaluna menggelinjang dan mencengkeram bahu Jonathan sambil terus mendesah memanggil nama Jonathan."Jo ...," desah Kaluna sambil menengadahkan kepalanya dan memejamkan matanya karena merasakan rasa geli di bagian terkecil tubuhnya yang dibelai secara melingkar oleh jemari Jonathan. Rasa geli itu berujung nikmat dan menjalar ke seluruh tubuhnya hingga tanpa sadar Kaluna menekuk kuku-kuku kakinya dan melebarkan lebih lebar lagi kakinya agar Jonathan bisa lebih leluasa memujanya.Mata Jonathan membulat saat melihat tubub Kaluna yang bergerak naik dan turu
"Hmm ...." Kaluna tersenyum saat ia merasakan gerakan tangan Jonathan di perutnya, rasanya nikmat saat lengan Jonathan yang penuh dengan urat tangan itu membelai tubuhnya yang telanjang. "Mau apa?" bisik Kaluna sambil memutar tubuhnya dan menatap Jonathan, tangannya mengusap kening Jonathan yang terasa hangat di permukaan jemarinya."Mau kamu," bisik Jonathan pelan yang langsung mendapatkan tawa renyah di kupingnya, "aku serius, jangan ketawa. Aku nggak main-main Kaluna."Kaluna mengangguk sambil mengecup bibir Jonathan, "Aku tahu, kamu selalu serius kalau udah berurusan sama aku.""Karena kamu itu bukan buat dipermainkan dan aku nggak pernah main-main sama kamu," sahut Jonathan sambil menepuk bokong Kaluna pelan."Aw ... nakal, kamu," bisik Kaluna sambil kembali mengecup bibir Jonathan. "Jo, apa kita bisa menikah dengan ridho Ibu?" tanya Kaluna tiba-tiba. Jonathan tersenyum paham, benar apa yang ia pikirkan selama ini, mulut Kaluna mungkin dengan lantang mengungkapkan kemarahan pad
"Hah ...." Sekali lagi terdengar hembusan napas Emma di dalam dapur rumahnya yang entah kenapa terasa sangat besar dan lebih sepi semenjak Kaluna tidak pulang ke rumah. Sudah satu hari Kaluna tidak pulang, Emma sudah mencoba menghubungi Kaluna berkali-kali tapi, anak gadisnya itu seolah menghilang ditelan bumi. Ia bahkan menghubungi nomer Jonathan namun ia baru ingat kalau ia meminta Jonathan untuk mengganti nomer teleponnya hingga tidak mungkin Emma bisa menghubunginya lagi.Bahkan kemarin malam Emma mendatangi Moon restoran namun ia sama sekali tidak bisa menemukan Kaluna. Emma juga mendatangi kantor polisi untuk melaporkan dan meminta bantuan untuk menemukan Kaluna, namun, polisi meminta Emma menunggu apalagi saat ini Kaluna sudah berumur 25 tahun dan Kaluna juga bukan anak kecil lagi dan bukan dalam keadaan sakit ataupun tidak waras. Kaluna sehat walafiat dan juga sadar sepenuhnya, hingga polisi beranggapan ini hanya percekcokkan keluarga biasa.Polisi mencoba menenangkan Emma da
"Demi Kaluna?" Emma bingung untuk menjawab apa pada Wisnu karena jujur ia baru sadar kalau apa yang Wisnu katakan benar adanya. Selama ini ia takut Kaluna a, b, c, d padalah yang paling takut adalah dirinya sendiri."Kamu sendiri bingung, kan," ucap Wisnu sambil menepuk punggung tangan Emma. Ia berjuang untuk mempertahankan intonasi suaranya agar terdengar lembut di kuping Emma agar semua omongannya dapat mengetuk hati Emma dan membuat Emma mau berpikir lebih terbuka lagi mengenai masalah Kaluna dan Jonathan."Aku nggak bingung, aku lakuin itu semua demi Kaluna. Aku nggak mau dia ma—""Kamu atau Kaluna?" potong Wisnu. "Kaluna," ucap Emma pelan."Yakin?" tanya Wisnu.Emma terdiam sambil menghela napasnya, ia kemudia mulai tersadar kalau selama ini dirinya yang ketakutan memliki calon menantu seorang pengidap HIV, dan lagi dia juga takut mendengarkan omongan orang-orang terdekat dan sekitrnya kalau seandainnya mereka tahu kalau Jonathan mengidap penyakit HIV. "Kamu yakin ini demi Kalu
"Why?" tanya Jonathan kaget karena Kaluna dengan cepat menjawab pertanyaannya tanpa menunggu jeda atau apa pun juga."Ibu sama siapa, Jo, kalau aku pergi," ucap Kaluna sambil menyuar rambut hitam tebal Jonathan. "Kalau aku pergi, nanti Ibu yang jaga siapa? Kebayang nggak kalau aku pergi tiba-tiba aja Tante Frida dan Eyang Sekar bikin ulah lagi, siapa yang jaga Ibu?""Tapi kan, mereka sudah berjanji nggak bakal ganggu kamu dan keluarga kamu." Jonathan mencoba mengingatkan Kaluna kalau Sekar dan Frida sudah menandatangani surat perjanjian untuk tidak menggangu Kaluna dan Emma karena Kaluna sudah melepaskan semua hak warisnya atas kekayaan dari Pamungkas."Untuk Eyang Sekar aku yakin dia nggak bakal bikin ulah." Kaluna tiba-tiba kembali mengingat pertemuan terakhirnya dengan Sekar di mana nenek tua itu menangis sambil memeluknya dan meminta maaf atas segala kesalahan yang ia perbuat dulu. Sebuah kesalahan yang menorehkan luka sangat dalam bagi Kaluna, sebuah kesalahan yang hampir membua
"Screw you!" maki Jonathan saat Raka kembali mengangat telepon dari dirinya. Hampir pecah kepala Jonathan saat mendengar perkataan Raka yang akan memecat dirinya dan ditambah sudah hampir lima belas menit Raka mengabaikan teleponnya."Cool man," ucap Raka santai sambil menahan tawanya karena dia tahu kalau ia sudah membuat Jonathan murka."Cool? Are you fucking kidding me, Raka!!""Chill oi ... sabar, santai ....""Orang gila mana yang tetep santai saat tahu kalau dirinya dipecat dari tempat dia bekerja? Hah? Orang gila mana? Mana semua resep, bahan dan cara kerja udah lo ambil semuanya!" Jonathan bukan takut tidak berpenghasilan bila dia dipecat dari Moon.Jujur bagi Jonathan untuk kembali membuka restoran dan mencari pekerjaan lain semudah menjentikan jari, sudah banyak pemilik restoran dan hotel-hotel bintang lima yang mau memperkerjakan dirinya. Tapi, yang Jonathan kesal adalah hampir semua resep, cara masak dan fondasi Moon itu adalah hasil buah pikirannya. Anggaplah Moon adalah
"Udah bangun?" tanya Jonathan saat melihat Kaluna membuka matanya, tanpa sadar ia tertawa melihat Kaluna memicingkan matanya karena sinar matahari yang ada si belakang Jonathan."Ah ... mataharinya, Jo," rengek Kaluna manja sambil menepuk dada Jonathan, "kamu kebiasaan deh nggak pernah rapet nutup jendela." Kaluna menarik selimut lalu menutupi wajahnya. "Jangan tidur lagi, Yang," pinta Jonathan sambil menarik selimut Kaluna dan langsung tertawa keras saat melihat raut wajah marah istrinya itu, "kenapa? Ayo bangun, Yang ... ini udah jam sembilan. Malu sama matahari," kekeh Jonathan."Ngantuk, Jo ... sumpah ngantuk banget, kamu sadar nggak sih kalau kita itu baru tidur empat jam," ucap Kaluna sambil melirik Jonathan dan mengembikkan bibirnya karena masih merasa ngantuk.Sumpah tubuh Kaluna saat ini lelah bukan main, rasanya setiap sendi di tubuhnya meminta Kaluna untuk terus berada di ranjang dan kelopak matanya meminta Kaluna untuk kembali tidur tapi, sialnya Jonathan benar-benar meng
Kaluna mendesah saat jemari Jonathan menyusup ke dalam pakaian dalamnya dan mengusap bagian paling sensitif miliknya hingga tanpa sadar ia merenggangkan kedua kakinya untuk menerima sentuhan Jonathan yang selalu membuat dirinya melentingkan tubuh."Yang bisa buka?" tanya Jonathan sambil sesekali mengecupi garis leher Kaluna dengan lembut seolah itu adalah benda yang harus ia sentuh dengan sangat hati-hati.Kaluna yang limbung kerena gulungan kenikmatan yang Jonathan berikan berusaha untuk melepaskan kancing-kancing pakaiannya dengan susah payah, tanpa sadar dia mengutuki kancing-kancing bajunya yang cantik namun sulit untuk terlepas, "Susah," bisik Kaluna.Setelah Kaluna berkata ia merasakan jemari Jonathan keluar dari tubuhnya, menghentikan gerakan erotis nan manis yang membuat Kaluna merasa kecewa karena tidak lagi tergulung dalam kenikmatan yang membuat birahinya meraung. "Jo," desah Kaluna sambil menatap wajah Jonathan yang saat ini sedang menatapnya, tanpa sadar ia mendekatkan w
"Jo, ini kita mau kemana sih?" tanya Kaluna yang kesal bukan main karena sudah duduk di dalam mobil selama hampir dua jam dan sama sekali belum menunjukkan tanda-tanda kalau mobil itu akan berhenti."Bentar lagi sampai kok, Nyonya ... tenang saja tempatnya bagus," ucap Bli Wayan yang hanya bisa tersenyum mendengarkan pertanyaan Kaluna yang entah sudah keberapa puluh kali diucapkan oleh wanita yang saat ini menatapnya dengan kesal."Bagus sih bagus, Bli, tapi kenapa ini kayanya jauh banget tempatnya, tepos pantat aku yang ada," gerutu Kaluna sambil menggerakkan pantatnya ke kanan dan ke kiri karena sudah mulai merasa sakit. Nasib pantat tepos."Mana yang sakit?" tanya Jonathan sambil menyelipkan tangannya ke punggung Kaluna dan bergerak turun ke arah bokong Kaluna."Aw ... Jo, sakit," pekik Kaluna sambil membulatkan matanya dan menahan tangan Jonathan, "jangan dicubit," rengek Kaluna manja."Sini aku pijitin," ucap Jonathan santai tapi sumpah demi apa pun Kaluna dapat melihat tatapan p
"Kenapa?" tanya Jonathan dari balik kacamata hitamnya yang membuat ketampanannya melonjak naik."Nggak," sahut Kaluna sambil membenarkan posisi duduknya. Saat ini mereka sudah berada di pesawat salah satu maskapai penerbangan komersil Indonesia. Sesekali Kaluna melihat ke arah jendela pesawat yang sudah terlihat awan putih yang menandakan mereka sudah berada di ketinggian yang cukup untuk melepaskan sabuk pengaman, "aku mau ke kamar mandi."Jonathan menggeleng sambil menahan tangan Kaluna, "Nggak ... kamu kenapa? Dari tadi malem kamu gelisah terus bahkan kamu tidur pun gerak mulu." "Aku mau ke kama ...." Kaluna menghentikan ucapannya saat melihat Jonathan melepaskan kacamata hitam dan menatapnya tajam, "Jo.""Duduk," perintah Jonathan dan langsung diikuti oleh Kaluna. Selama beberapa menit mereka saling diam dan tidak berkata apa pun juga, hanya terdengar suara sekitar mereka saja."I am waiting, Yang." Jonathan memecahkan kesunyian sambil melirik ke arah Kaluna, mencoba menjelaskan
"Kenapa lagi?" tanya Cakra saat melihat Karin dan keamanan hotel berada di dekatnya."Saya menemukan Bu Karin ingin membobol salah satu laci di ruangan kerja Bapak, Bapak selalu minta saya untuk menjaga laci di ruangan Bapak dan meminta tidak boleh ada yang membukanya tanpa terkecuali. Jadi, saya mohon maaf tadi saat saya lihat Bu Karin mau membuka laci dari CCTV langsung saya amankan, Pak," ucap keamanan hotel sambil melirik Karin yang terlihat marah."Saya ini istrinya, kamu nggak berhak buat memperla—""Terima kasih Pak, kamu sudah melakukan pekerjaan dengan baik. Sekarang biar saya urus dia sendiri, silakan kembali bekerja." Cakra mengabaikan perkataan Karin sambil meminta keamanan hotel pergi meninggalkan mereka."Aku duluan pulang, yah," ucap Kaluna sambil menepuk bahu Cakra, "bareng dia juga," lanjut Kaluna sambil menunjuk Gendis yang terlihat sedang mengutak atik ponselnya seolah memiliki dunianya sendiri."Kenapa ada itu lonte?" tanya Karin.Kaluna yang bersiap pergi langsung
"Kamu jangan lupa minum obat," ucap Kaluna sambil menutup pintu mobilnya dan berjalan ke arah pintu depan hotel."Iya, aku minum bentar lagi dan kamu udah konsultasi ke Dokte Fina?" tanya Jonathan melalui sambungan telepon."Udah, cerewet," jawab Kaluna sambil menahan tawanya karena sudah semenjak ia membuka matanya Jonathan terus mengingatkannya untuk konsultasi dan melakukan check up ke Dokter Fina."Bener udah? Kalau kamu bohong aku telepon Dokter Finanya," ancam Jonathan."Sono telepon, sekalian datangin hari ini," tantang Kaluna, "kamu kan emang ada janji sama Dokter Fina buat nanti sore jam lima. Aku tahu karena tadi Dokter Fina bilang kamu ubah jadwal konsultasi.""Salahin si Raka sialan ini yang maksa banget buat ketemu dan entah apa lagi yang mau dia bahas padahal dia udah aku kasih semuanya. Bahkan aku udah pilihin sous chef yang normal bukan si Rahmat Mcflurry," maki Jonathan yang kesal karena hari liburnya terganggu karena Raka."Ampun deh aku suka ngakak kalau inget si Ra
Kaluna memekik keras saat ia merasakan jemari Jonathan memasuki dirinya, bergerak dengan ahlinya hingga membuat ia menahan ledakan kenikmatan di bagian paling kecil tubuhnya yang menjalar dengan liat ke seluruh tubuh."Jo ... ah, bisa kamu pel — ah, Jo," desah Kaluna saat ia dibuat pusing karena digulung kenikmatan dari gerakan jemari Jonathan yang selali bisa melambungkan birahinya hingga ketitik tertinggi.Jonathan mencumbu bibir Kaluna untuk membungkam mulut istrinya yang terus mendesah dengan suara paling sensual yang ia dengar. Dengan ahli Jonathan mengecupi rahang Kaluna dan bergerak turun ke arah payudara Kaluna.Birahinya tercambuk sempurna saat ujung lidahnya menyentuh puting payudara Kaluna yang sudah mengeras, seolah sudah menunggu untuk Jonathan puja. Lidahnya bergerak liar nan sensual untuk memberikan kenikmatan bagi Kaluna, sesekali Jonathan menggigit dan menyesap payudara Kaluna. Memujanya.Kaluna hanya bisa menengadahkan kepalanya dan melentingkan tubuhnya saat ia mend