Jonathan hampir salto ditempat saat mendengar perkataan Emma. Benar kata orang menjadi pria itu selalu serba salah di mata wanita. "Saya sudah bilang, saya tidak mau menempatkan Kaluna di situasi yang tidak mengenakan.""Maksud kamu?""Saya tidak mau kalau Kaluna terjebak dalam situasi yang membingungkan dan membuat dirinya harus memilih. Saya tidak mau dan lagi pilihan yang ada itu semuanya tidak akan menguntungkan untuk Ibu, kalau saya bersikeras bertahan." Jonathan tersenyum penuh arti pada Emma." ...."Jonathan membenarkan posisi duduknya, ia ingin berkata setenang mungkin karena dia ingin Emma sadar apa yang sudah ia korbankan agar hubungannya dengan Kaluna masih tetap berjalan dengan baik, "Kalau Kaluna memilih saya, saya akan membuat dia meninggalkan Ibu."Jonathan berusaha menunjukkan ekspresi paling netral yang ia miliki walaupun sangat sulit, apalagi saat ini Emosi marah bercampur kecewa juga putus asa sedang melilitnya tanpa ampun. Andai membentak dan menggebrak meja adalah
"Lun ... Kaluna, ayo bangun, Nak." Emma membuka pintu kamar Kaluna dan kaget dengan kondisi kamar Kaluna yang gelap gulita. "Ini lampunya rusak? Udah tiga hari nggak pernah Ibu lihat nyala," ucap Emma sambil mencari saklar listrik dengan tangan kanannya sedangkan tangan kirinya memegang nampan berisikan makanan.Klik ....Emma menyalakan lampu kamar dan seketika itu juga kamar Kaluna terlihat terang benderang, Emma lalu melihat sekeliling kamar yang terlihat sedikit berantakan. Sudah hampir tiga hari semenjak Jonathan pergi dan merelakan Kaluna, semenjak itu pula Kaluna sama sekali tidak mau keluar kamar dan menangis meraung-raung di ranjangnya."Kamu udah mandi?" tanya Emma mencoba untuk berkomunikasi dengan Kaluna karena selain menangis Kaluna pun menolak untuk merespon semua pertanyaan dari Emma. Emma berjalan makin ke dalam kamar tanpa melihat langkahnya dan tanpa sengaja ia menendang sesuatu."Aduh ... ya ampun, Kaluna. Kenapa kamu nggak makan, ini kan makanan kamu kemarin?" ta
"Apa?" tanya Jonathan sesaat setelah Raka menutup sambungan teleponnya. Raka menoleh lalu menyeringai kesal ke arah Jonathan, "Udah nyuruh, terus ngomongnya judes pula ... emang kagak ada ahlak-nya lo!" sentak Raka sambil menunjuk Jonathan dengan ponselnya lalu menyimpan kembali ponselnya di meja."Berisik, udah jawab aja pertanyaan aku, ini juga bukan pertanyaan sulit sesulit pertanyaan kalkulus, Raka," hardik Jonathan kesal sambil memicingkan matanya ke arah Raka yang langsung mendapatkan wajah ektra masam dari Raka. Andai Jonathan tidak membutuhkan jawaban dari Raka mungkin saat ini Raka sudah habis dimaki-maki oleh Jonathan. "Jawab aja, sudah banget!""Ampun deh, bener-bener nggak ada sopan-sopannya jadi manusia, udah bikin gue rugi karena kurang pegawai, dan sekarang malah marah-marah, sadar Pak!" seru Raka ketus seraya mengambil botol air mineral lalu meminum isinya hingga tandas, tenggorokannya tiba-tiba terasa sangat kering akibat berbicara dengan Jonathan, lelaki ngenes yan
Kaluna melihat ponselnya dan menggerakkan jempolnya naik turun untuk melihat beratus-ratus chat yang ia berikan untuk Jonathan. Sesekali terdengar suara helaan napas berat Kaluna saat dirinya membaca chat-an kekesalah pada Jonathan karena merelakan dirinya semudah itu pada Emma. Pengecut!"Kamu maunya apa sih?" tanya Kaluna sambil bangkit dari tidurnya dan memukul-mukul ponselnya dengan gemas, "kamu bilang percaya sama kamu, percaya kalau kamu nggak bakal lepasin aku, tapi ...."Kaluna mengambil bantal dan melemparkannya ke sembarang tempat, "Argh!!! Berengsek kamu Jonathan!" maki Kaluna geram sambil mengacak rambutnya dengan kedua tangannya seperti orang kurang waras."Kamu itu, aduh ... ampun deh, mana kamu nggak bisa dihubungi karena nomer kamu malah kartu sim card-nya di kasihin ke Ibu! Kok kamu semunafik itu sih!" maki Kaluna lagi sambil melemparkan tubuhnya ke samping dan kembali menangis kesal.Kaluna mengusap bagian bawah matanya yang mulai terasa perih dan sakit karena lecet
"Ini, Pak, makasih," ucap Kaluna sambil menyerahkan uang ke supir taksi yang membawanya ke depan restoran Moon yang terlihat masih sepi karena waktu baru menunjukkan pukul sepuluh pagi. Kaluna yang paham dengan ritme kerja restoran paham kalau jam sepuluh pagi, restoran masih bersiap untuk buka di jam sebelas siang. Kaluna yakin semua sedang sibuk dengan pekerjaan dan tanggung jawabnya masing-masing. Dengan menyeret langkahnya ia mencoba masuk ke dalam restoran yang memiliki berjuta kenangan antara dirinya dan Jonathan. Di setiap sudut restoran moon memiliki kisahnya sendiri yang berhubungan dengan percintaan Jonathan dan Kaluna. Saat Kaluna melangkahkan kakinya ke teras restoran, spontan ia melihat ke kiri mencoba mencari sepeda Jonathan yang selalu terparkir di sana.Dengan kesal ia memalingkan mukanya untuk kembali melihat ke dalam restoran karena ia kembali mengingat senyuman Jonathan di berita yang ia lihat tadi. Kesal, iya ... hanya satu kata itu saja yang bisa melukiskan pera
"Kamu tenang dulu, aku nggak paham kamu ngomong apa kalau kamu marah-marah, gini, loh, Dek," ucap Wisnu sambil menekan telunjuknya ke lubang telinga supaya bisa mendengar perkataan Emma yang lebih terdengar seperti orang yang sedang kumur-kumur dari pada berbicara."Gi-gimana aku mau tenang, itu anak udah keterlaluan, Mas ... aku ngerasa nggak dihargai, Mas, coba ...."Wisnu berkacak pinggang sambil melihat ke arah luar jendela, melihat pemandangan lahan sawit yang terhampar. Saat ini ia sedang berada di salah satu lokasi lahan sawit miliknya yang berada di Sumatera Selatan, ada sesuatu hal yang harus ia urus hingga mau tidak mau ia harus ke sana dan meninggalkan Emma yang masih dalam keadaan tidak stabil pasca Jonathan merelakan Kaluna."Dek ... Mas nggak paham kalau kamu ngomongnya sambil nangis dan ngebut kaya gini, coba ngomongnya pelan-pelan yang manis, gitu, biar Mas paham," pinta Wisnu mencoba menenangkan Emma yang terus mengoceh tanpa titik dan koma. "Mas nggak pernah paham p
"Kamu ngapain ke sini dan gimana caranya kamu tahu alamat kantor saya?" tanya Wisnu sambil meminum kopi hitam yang terasa pahit di lidahnya dimana Wisnu berharap rasa pahit itu bisa membuat ia mengalihkan kesemberautan pikirannya saat ini."Ingat waktu Om saya tabrak?" tanya Jonathan yang langsung di jawab anggukkan oleh Wisnu, "Om kan, kasih kartu nama ke saya dan entah gimana caranya kemarin tiba-tiba saya menemukan kartu nama itu di saku celana yang saya pakai."Wisnu tertawa tipis, kocak rasanya mendengarkan penuturan Jonathan yang terdengar sangat klise dan mirip seperti alur cerita cinta picisan yang suka ada di salah satu TV swasta berlogo ikan terbang. "Ntah saya harus percaya atau nggak. Tapi, melihat kamu ada di sini yah, saya percaya aja. Padahal kamu bisa bilang dengan cari nama saya di Googleeeee," ucap Wisnu."Saya nggak kepikiran." Jonathan tertawa geli karena apa yang dikatakan Wisnu benar, kenapa dia tidak sampai berpikir ke sana dan malah berpatokan pada kartu nama W
"Lalu apakah setelah semua yang Om lakukan itu menjadikan Ibu bahagia?"Deg!Jantung Wisnu seolah berlari ke kerongkongannya saat mendengar pertanyaan Jonathan, ia sadar kalau apa yang ia ceritakan tadi malah membuat celah agar Jonathan bisa membujuknya agar membantu. "Apakah setelah pengorbanan yang Om lakukan membuat Ibu senang? Jonathan rasa nggak, malah Jonathan merasa Ibu dulu sangat-sangat tersiksa. Jarang Jonathan melihat Ibu tersenyum, berbeda dengan saat ini. Ibu sangat suka tersenyum saat sudah kembali bersama dengan Om," ucap Jonathan lagi yang saat ini makin merasa mendapatkan celah untuk mendapatkan bantuan dari Wisnu."Tapi, apa yang terjadi pada saya dan Emma itu sudah takdir, dan sudah terjadi." Wisnu masih mencoba berkelit."Iya, paham ... makanya saya meminta Om Wisnu membantu saya untuk membujuk Ibu agar sejarah tidak terulang kembali dan lagi, hubungan saya dan Kaluna masih bisa diselamatkan, hubungan kami saat ini masih bisa diselamatkan, benarkan Om Wisnu?" tanya
"Why?" tanya Jonathan kaget karena Kaluna dengan cepat menjawab pertanyaannya tanpa menunggu jeda atau apa pun juga."Ibu sama siapa, Jo, kalau aku pergi," ucap Kaluna sambil menyuar rambut hitam tebal Jonathan. "Kalau aku pergi, nanti Ibu yang jaga siapa? Kebayang nggak kalau aku pergi tiba-tiba aja Tante Frida dan Eyang Sekar bikin ulah lagi, siapa yang jaga Ibu?""Tapi kan, mereka sudah berjanji nggak bakal ganggu kamu dan keluarga kamu." Jonathan mencoba mengingatkan Kaluna kalau Sekar dan Frida sudah menandatangani surat perjanjian untuk tidak menggangu Kaluna dan Emma karena Kaluna sudah melepaskan semua hak warisnya atas kekayaan dari Pamungkas."Untuk Eyang Sekar aku yakin dia nggak bakal bikin ulah." Kaluna tiba-tiba kembali mengingat pertemuan terakhirnya dengan Sekar di mana nenek tua itu menangis sambil memeluknya dan meminta maaf atas segala kesalahan yang ia perbuat dulu. Sebuah kesalahan yang menorehkan luka sangat dalam bagi Kaluna, sebuah kesalahan yang hampir membua
"Screw you!" maki Jonathan saat Raka kembali mengangat telepon dari dirinya. Hampir pecah kepala Jonathan saat mendengar perkataan Raka yang akan memecat dirinya dan ditambah sudah hampir lima belas menit Raka mengabaikan teleponnya."Cool man," ucap Raka santai sambil menahan tawanya karena dia tahu kalau ia sudah membuat Jonathan murka."Cool? Are you fucking kidding me, Raka!!""Chill oi ... sabar, santai ....""Orang gila mana yang tetep santai saat tahu kalau dirinya dipecat dari tempat dia bekerja? Hah? Orang gila mana? Mana semua resep, bahan dan cara kerja udah lo ambil semuanya!" Jonathan bukan takut tidak berpenghasilan bila dia dipecat dari Moon.Jujur bagi Jonathan untuk kembali membuka restoran dan mencari pekerjaan lain semudah menjentikan jari, sudah banyak pemilik restoran dan hotel-hotel bintang lima yang mau memperkerjakan dirinya. Tapi, yang Jonathan kesal adalah hampir semua resep, cara masak dan fondasi Moon itu adalah hasil buah pikirannya. Anggaplah Moon adalah
"Udah bangun?" tanya Jonathan saat melihat Kaluna membuka matanya, tanpa sadar ia tertawa melihat Kaluna memicingkan matanya karena sinar matahari yang ada si belakang Jonathan."Ah ... mataharinya, Jo," rengek Kaluna manja sambil menepuk dada Jonathan, "kamu kebiasaan deh nggak pernah rapet nutup jendela." Kaluna menarik selimut lalu menutupi wajahnya. "Jangan tidur lagi, Yang," pinta Jonathan sambil menarik selimut Kaluna dan langsung tertawa keras saat melihat raut wajah marah istrinya itu, "kenapa? Ayo bangun, Yang ... ini udah jam sembilan. Malu sama matahari," kekeh Jonathan."Ngantuk, Jo ... sumpah ngantuk banget, kamu sadar nggak sih kalau kita itu baru tidur empat jam," ucap Kaluna sambil melirik Jonathan dan mengembikkan bibirnya karena masih merasa ngantuk.Sumpah tubuh Kaluna saat ini lelah bukan main, rasanya setiap sendi di tubuhnya meminta Kaluna untuk terus berada di ranjang dan kelopak matanya meminta Kaluna untuk kembali tidur tapi, sialnya Jonathan benar-benar meng
Kaluna mendesah saat jemari Jonathan menyusup ke dalam pakaian dalamnya dan mengusap bagian paling sensitif miliknya hingga tanpa sadar ia merenggangkan kedua kakinya untuk menerima sentuhan Jonathan yang selalu membuat dirinya melentingkan tubuh."Yang bisa buka?" tanya Jonathan sambil sesekali mengecupi garis leher Kaluna dengan lembut seolah itu adalah benda yang harus ia sentuh dengan sangat hati-hati.Kaluna yang limbung kerena gulungan kenikmatan yang Jonathan berikan berusaha untuk melepaskan kancing-kancing pakaiannya dengan susah payah, tanpa sadar dia mengutuki kancing-kancing bajunya yang cantik namun sulit untuk terlepas, "Susah," bisik Kaluna.Setelah Kaluna berkata ia merasakan jemari Jonathan keluar dari tubuhnya, menghentikan gerakan erotis nan manis yang membuat Kaluna merasa kecewa karena tidak lagi tergulung dalam kenikmatan yang membuat birahinya meraung. "Jo," desah Kaluna sambil menatap wajah Jonathan yang saat ini sedang menatapnya, tanpa sadar ia mendekatkan w
"Jo, ini kita mau kemana sih?" tanya Kaluna yang kesal bukan main karena sudah duduk di dalam mobil selama hampir dua jam dan sama sekali belum menunjukkan tanda-tanda kalau mobil itu akan berhenti."Bentar lagi sampai kok, Nyonya ... tenang saja tempatnya bagus," ucap Bli Wayan yang hanya bisa tersenyum mendengarkan pertanyaan Kaluna yang entah sudah keberapa puluh kali diucapkan oleh wanita yang saat ini menatapnya dengan kesal."Bagus sih bagus, Bli, tapi kenapa ini kayanya jauh banget tempatnya, tepos pantat aku yang ada," gerutu Kaluna sambil menggerakkan pantatnya ke kanan dan ke kiri karena sudah mulai merasa sakit. Nasib pantat tepos."Mana yang sakit?" tanya Jonathan sambil menyelipkan tangannya ke punggung Kaluna dan bergerak turun ke arah bokong Kaluna."Aw ... Jo, sakit," pekik Kaluna sambil membulatkan matanya dan menahan tangan Jonathan, "jangan dicubit," rengek Kaluna manja."Sini aku pijitin," ucap Jonathan santai tapi sumpah demi apa pun Kaluna dapat melihat tatapan p
"Kenapa?" tanya Jonathan dari balik kacamata hitamnya yang membuat ketampanannya melonjak naik."Nggak," sahut Kaluna sambil membenarkan posisi duduknya. Saat ini mereka sudah berada di pesawat salah satu maskapai penerbangan komersil Indonesia. Sesekali Kaluna melihat ke arah jendela pesawat yang sudah terlihat awan putih yang menandakan mereka sudah berada di ketinggian yang cukup untuk melepaskan sabuk pengaman, "aku mau ke kamar mandi."Jonathan menggeleng sambil menahan tangan Kaluna, "Nggak ... kamu kenapa? Dari tadi malem kamu gelisah terus bahkan kamu tidur pun gerak mulu." "Aku mau ke kama ...." Kaluna menghentikan ucapannya saat melihat Jonathan melepaskan kacamata hitam dan menatapnya tajam, "Jo.""Duduk," perintah Jonathan dan langsung diikuti oleh Kaluna. Selama beberapa menit mereka saling diam dan tidak berkata apa pun juga, hanya terdengar suara sekitar mereka saja."I am waiting, Yang." Jonathan memecahkan kesunyian sambil melirik ke arah Kaluna, mencoba menjelaskan
"Kenapa lagi?" tanya Cakra saat melihat Karin dan keamanan hotel berada di dekatnya."Saya menemukan Bu Karin ingin membobol salah satu laci di ruangan kerja Bapak, Bapak selalu minta saya untuk menjaga laci di ruangan Bapak dan meminta tidak boleh ada yang membukanya tanpa terkecuali. Jadi, saya mohon maaf tadi saat saya lihat Bu Karin mau membuka laci dari CCTV langsung saya amankan, Pak," ucap keamanan hotel sambil melirik Karin yang terlihat marah."Saya ini istrinya, kamu nggak berhak buat memperla—""Terima kasih Pak, kamu sudah melakukan pekerjaan dengan baik. Sekarang biar saya urus dia sendiri, silakan kembali bekerja." Cakra mengabaikan perkataan Karin sambil meminta keamanan hotel pergi meninggalkan mereka."Aku duluan pulang, yah," ucap Kaluna sambil menepuk bahu Cakra, "bareng dia juga," lanjut Kaluna sambil menunjuk Gendis yang terlihat sedang mengutak atik ponselnya seolah memiliki dunianya sendiri."Kenapa ada itu lonte?" tanya Karin.Kaluna yang bersiap pergi langsung
"Kamu jangan lupa minum obat," ucap Kaluna sambil menutup pintu mobilnya dan berjalan ke arah pintu depan hotel."Iya, aku minum bentar lagi dan kamu udah konsultasi ke Dokte Fina?" tanya Jonathan melalui sambungan telepon."Udah, cerewet," jawab Kaluna sambil menahan tawanya karena sudah semenjak ia membuka matanya Jonathan terus mengingatkannya untuk konsultasi dan melakukan check up ke Dokter Fina."Bener udah? Kalau kamu bohong aku telepon Dokter Finanya," ancam Jonathan."Sono telepon, sekalian datangin hari ini," tantang Kaluna, "kamu kan emang ada janji sama Dokter Fina buat nanti sore jam lima. Aku tahu karena tadi Dokter Fina bilang kamu ubah jadwal konsultasi.""Salahin si Raka sialan ini yang maksa banget buat ketemu dan entah apa lagi yang mau dia bahas padahal dia udah aku kasih semuanya. Bahkan aku udah pilihin sous chef yang normal bukan si Rahmat Mcflurry," maki Jonathan yang kesal karena hari liburnya terganggu karena Raka."Ampun deh aku suka ngakak kalau inget si Ra
Kaluna memekik keras saat ia merasakan jemari Jonathan memasuki dirinya, bergerak dengan ahlinya hingga membuat ia menahan ledakan kenikmatan di bagian paling kecil tubuhnya yang menjalar dengan liat ke seluruh tubuh."Jo ... ah, bisa kamu pel — ah, Jo," desah Kaluna saat ia dibuat pusing karena digulung kenikmatan dari gerakan jemari Jonathan yang selali bisa melambungkan birahinya hingga ketitik tertinggi.Jonathan mencumbu bibir Kaluna untuk membungkam mulut istrinya yang terus mendesah dengan suara paling sensual yang ia dengar. Dengan ahli Jonathan mengecupi rahang Kaluna dan bergerak turun ke arah payudara Kaluna.Birahinya tercambuk sempurna saat ujung lidahnya menyentuh puting payudara Kaluna yang sudah mengeras, seolah sudah menunggu untuk Jonathan puja. Lidahnya bergerak liar nan sensual untuk memberikan kenikmatan bagi Kaluna, sesekali Jonathan menggigit dan menyesap payudara Kaluna. Memujanya.Kaluna hanya bisa menengadahkan kepalanya dan melentingkan tubuhnya saat ia mend